Lesya Kembali

787 42 6
                                    

Lesya memasuki gerbang sekolah bersama kakaknya Liando. Tasnya dibawakan oleh Liando karena kondisi Lesya yang belum memungkinkan. Bahkan punggungnya masih mengeluarkan darah walau hanya beberapa tetes.

Julian berlari menghampiri Lesya dari belakang.  Langkah kakinya ia sejajarkan dengan langkah kaki Lesya.

Liando menoleh ke arah Julian dengan tatapan ramah. "Titip Lesya ya," ujar Liando kepada Julian.

"Akan ku jaga Lesya sekuat tenagaku," ujar Julian. Liando mengangguk yakin dengan ucapan Julian.

Sampai di tengah lapangan, semua mata menatap mereka dengan heran. Bahkan banyak kata-kata bermunculan dari yang awalnya diam.

Liando menatap satu persatu dengan tatapan tajam. Tak lama kemudian mereka terdiam karena tatapan Liando yang seperti ancaman.

Lesya memasuki kelasnya di kelas 11 B, hampir semua mata menatapnya tidak suka. Liando menatap semua murid di kelas Lesya sambil menunjuk beberapa raut wajah yang menatap Lesya benci.

"Jangan ada yang macam-macam dengan Lesya, paham?!" Liando menaruh tas Lesya lalu pulang.

Julian juga memasuki kelas miliknya sendiri dengan menahan rasa traumanya.

Dia masih ketakutan walau di kelas itu tidak ada para genk yang mencoba membunuh Lesya atau membullynya terus-menerus. Mereka di-drop out beberapa minggu sebelum dikeluarkan dari sekolah ini.

Di kelas lain, Andre melamunkan sesuatu. Tangannya mengambil pensil dan kertas, lalu menggambar sesuatu di sana. Ia menggambar sosok Lesya dengan garis doble.

***

Seorang guru berada di ruang kerjanya, berhadapan dengan sebuah komputer. Tangannya terus bergerak mengetik sesuatu, sedangkan matanya menatap serius layar di hadapannya.

Ia mengetik daftar-daftar nama yang akan ia keluarkan dari sekolah. Semua data itu akan ia cetak lalu diserahkan ke sekolah dan pusat. Semua laporan telah tersimpan.

Ia mengeklik "print," tapi seketika lampu mati dan listrik terputus. Ia berjalan menuju kotakan listrik untuk menyalakannya.

Lampu menyala. Ia kembali menyalakan komputernya dan membuka dokumen yang telah disimpannya. Ia mengeklik Print. Listrik kembali mati. Berkali-kali ia ulangi saat lampu menyala, tapi kejadian itu selalu terulang.

Guru itu menghela nafas kesal, lalu meninggalkan ruangan yang masih gelap gulita. Ia akan melaporkan listrik yang konslet di ruangan itu ke PLN. Bahkan komputernya ia tinggalkan begitu saja.

***

"Gimana harimu?" tanya Julian kepada Lesya saat pulang sekolah.

Julian membawakan tas milik Lesya. Mereka menunggu jemputan di depan gerbang sekolah. "Tidak ada yang menyakiti hati, kan?"

Lesya menggelengkan kepalanya lalu tersenyum ke arah Julian. "Tidak ada," jawabnya.

"Bagaimana keadaanmu? Masih sakit" tanya Julian.

"Masih," jawab Lesya pelan.

"Kenapa gak libur aja sih?"

"Nanti ketinggalan pelajaran."

Julian terdiam. Dia kagum dengan semangat sekolah yang ada pada Lesya. Lesya tak jauh berbeda dengannya. Mereka selalu fokus dengan sekolah walaupun dibully habis-habisan.

"Tinnnn," suara klakson mobil terdengar.

Liando datang dengan mobil sport miliknya. Semua orang bahkan Julian sekalipun terbengong melihatnya. Liando membuka kaca mobilnya lalu menoleh ke arah Lesya dan Julian.

"Ayo masuk," ujar Liando. Lesya masuk ke dalam mobil, sedangkan Julian hanya mengantarkan tas milik Lesya.

"Ayo kamu juga," ujar Liando lagi yang membuat Julian bingung. Julian menunjuk dirinya sendiri. Liando mengangguk. "Iya kamu siapa lagi."

"Ayo, biar dianter sekalian," ujar Lesya sambil membukakan pintu.

Julian masuk dengan ragu-ragu lalu duduk di sebelah Lesya. "Tutup pintunya," ucap Lesya yang membuat Julian tersadar lalu menutup pintu mobil.

Mobil itu langsung melesat dengan cepat. Lesya tersenyum sambil memandang jalan dari kaca mobil, sedangkan Julian hanya diam membeku.

"Kok diem aja?" tanya Liando kepada Julian. Lesya menoleh ke arah Julian yang sudah memucat.

"Kamu sakit?" tanya Lesya bingung.

"Mual," jawab Julian singkat.

"Em kak, kayaknya Julian gak biasa naik kendaraan roda empat. Tolong jangan ngebut, kak," ujar Lesya kepada Liando.

Liando memandang dari kaca mobilnya, memandang Julian yang sudah diam membeku.

Liando tersenyum jail. "Okey adekku sayang," ujar Liando.

Diluar dugaan, Liando justru menambah kecepatan mobilnya dengan menancap gasnya. Liando susah payah menahan tawanya.

"KAK LIANDOOO!!!" seru Lesya kesal sambil mencubiti tangan kakaknya.

"Maafff, salah injek," ujar Liando sambil tertawa lepas.

***

"Lu kenapa sih dari tadi ngalamun?" tanya Ivan berjalan di belakang Andre.

"Gue kepikiran Lesya," jawab Andre.

"Lesya? Siapa Lesya?" Ivan menatap Andre dengan tatapan aneh. "Lu suka sama dia ya?" tuduh Ivan.

"Gak lah. Itu anak kelas 11 B yang belum lama ditusuk sama genk Dio. Dia kan hari ini berangkat, nah kamu ngerasa ada yang aneh gak sih sama dia?"

"Nggak," jawah Ivan singkat. "Soalnya aku gak kenal," lanjutnya yang membuat Andre mendengus kesal.

"Yaudah gak jadi."

"Oh iya, lu kenapa tanya-tanya Lesya? Lu udah gak suka sama si Riana?" tuduhnya lagi.

"Enak aja! Yang suka sama Riana juga siapa?" elak Andre.

"Oh ya gue lupa telpon Riana. Bisa-bisa dia lupa sama handphone gue," ujar Andre sambil mengambil handphone dari kantongnya lalu menelepon seseorang.

Andre mempercepat langkahnya dan meninggalkan Ivan jauh di belakangnya.

"Nah kan. Orang kalau dah kenal cinta lupa sama sahabatnya," sindir Ivan kesal.

"Brukkk," sebuah jaket melayang tiba-tiba mengenai wajah Ivan.

"Siapa sih!" ucap Ivan emosi sambil menyingkirkan jaket itu dari wajahnya.

"Makannya kalau ngomong jangan sambarangan!" seru Andre sambil tertawa dari kejauhan.

*****

I'M BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang