Aku Bukan Adira!

580 42 6
                                    

Pagi-pagi sebelum bel sekolah berbunyi. Lesya sudah duduk di bangkunya dengan beberapa buku dan bolpoin kesayangannya yang ia taruh di atas meja.

"Les," panggil seseorang membuat Lesya menoleh. Seseorang duduk di meja Lesya sambil memandang Lesya. "Kamu Lesya atau Adira?"

"Lesya. Siapa Adira?" tanya Lesya bingung.

"Orang itu tersenyum sinis. "Adira, orang yang memiliki kejadian sama sepertimu. Dia dibunuh dan pembunuh ya belum tertangkap sampai saat ini," jelas orang itu.

"Lalu?" tanya Lesya.

"Lalu kejadian itu juga terjadi kepadamu. Dan kamu dinyatakan meninggal. Lalu kamu datang ke sekolah ini dengan keadaan sehat. Jangan-jangan kamu ini Adira ya?" Orang itu menatap Lesya curiga.

Beberapa temannya menatap Lesya tidak percaya. Mereka saling berbisik satu sama lainnya.

"Aku bukan Adira," elak Lesya.

"Guys, mulai sekarang kita panggil Lesya dengan nama Adira," seru orang itu yang membuat Lesya terkejut.

"Oh ganti nama ya?" tanya salah satu temannya.

"Besok kita syukuran ganti nama," timpal lainnya.

"Aku bukan Adira!" seru Lesya menahan marah.

"Tapi namamu bagus juga. Bukan begitu, Adira?" tanya orang itu menatap Lesya dengan senyum jahat.

"Sudah aku bilang aku bukan Adira!" bentak Lesya yang membuat semuanya tertawa. Mata Lesya tiba-tiba menyala merah selama beberapa detik lalu kembali normal.

Orang yang tadi menatap Lesya tiba-tiba menghilangkan senyumannya lalu mundur beberapa langkah dari Lesya. Ia menelan ludah lalu kembali ke bangkunya, sedangkan lainnya masih menertawakan Lesya.

"Ting," sebuah notifikasi berbunyi dari handphone Lesya. Ia melihat Riana membuat grup dengan anggota Andre, Ivan, juga Julian.

FRIENDS

Riana:
Semua orang di kelasku membicarakan kalau Lesya itu Adira.

Julian:
Adira siapa? Tadi tadi kelasku juga.

Riana:
Itu, korban bully yang sampai hilang nyawanya 5 tahun lalu.

Julian:
Oh ya? Kenapa mereka mengira Lesya itu Adira?

Riana:
Karena kasusnya sama. Oh ya Sya, semua orang di grup angkatan juga berpikir kamu itu kesurupan Adira makannya hidup lagi.

Julian:
Kok jahat banget. Siapa yang memulai?

Riana:
Teman sekelas Lesya.

Ivan:
Sssttt, jangan berisik. Aku lagi ngejar PR minggu lalu ini.

Riana:
Oke, kita bahas nanti di taman. Ajak Andre juga.

Ivan:
Cieeee...

"Ternyata semua orang berpikir aku seperti itu. Tapi kenapa?" pikir Lesya mencoba menenangkan dirinya.

***

Tiga lelaki dikumpulkan di satu ruangan luas. Mereka berdiri berjejer dengan seragam lengkap miliknya.

Liando memasuki ruangan dengan wajah datar. Dia menghampiri ketiga orang itu lalu menatapnya satu persatu.

"Kenapa kalian lakukan itu ke Lesya?" tanya Liando dengan nada tegas.

"Kami tidak sengaja," jawab salah satu dari mereka.

"Kamu bilang tidak sengaja?" tanya Liando sambil menatap tajam orang itu. "Kamu bilang menghilangkan nyawa itu tidak sengaja?!"

Tangan Liando mulai mengepal kuat. Mereka bertiga terdiam tanpa menjawab pertanyaan Liando.

"Mohon jangan gunakan kekerasan, mas," ujar Bu BK berjarak 3 meter dari mereka.

"Oh ya, ketua kalian yang mana?" tanya Liando sambil menatap satu-persatu.

"Ketua kita tidak hadir." jawab yang lainnya.

"Kenapa?"

"Dia takut ini hanya jebakan," jawabnya.

"Lesya, nyawanya hampir melayang, dia rela memaafkan kalian, dan dia pikir Lesya mau menjebak? Apa yang kalian pikit terutama ketua kalian?!"

Ketiga orang itu terdiam lagi. Liando menghela nafas kasar karena menahan marah.

"Ijinkan mereka bersekolah lagi seperti kata Lesya, dan tetap jadikan ketua mereka itu buronan!" tegas Liando kepada Bu BK lalu berjalan keluar ruangan dengan marah.

***

"Di kelasku juga," ujar Ivan menyambung pembicaraan. "Tiba-tiba semua orang mengaitkan kejadian 5 tahun lalu sama kejadian Lesya," lanjutnya.

"Emang kejadian apa?" tanya Lesya bingung.

"Kamu gak tau? Padahal semua orang mengaitkan kasus itu ke kamu. Tapi kamu malah gak tau?" tanya Riana tidak percaya. Lesya menggelengkan kepala.

"Tapi kasus itu harusnya sudah ditutup rapat oleh pihak sekolah. Kenapa sekarang terbuka lagi?" tanya Andre bingung.

"Jejak media tidak bisa hilang," jawab Julian.

"Itu lho gara-gara temen sekelasmu yang jadi kompor. Sekarang jadi pada ikutan kebakar," ujar Riana kesal sambil memukul-mukul meja taman.

"Rusak!" seru Ivan khawatir jika meja rapuh itu rusak karena Riana.

"Kenapa pelakunya belum ketangkap sampai sekarang?" tanya Lesya.

"Karena pelakunya langsung menghilang, keluarganya diancam, juga keluarga pembunuh menutupi keberadaannya," jelas Andre.

"Dari mana kau tau?" tanya Lesya heran.

"Ada beberapa media yang mengatakan itu waktu 5 tahun lalu. Tapi sudah dihapus karena dianggap merugikan pihak pembunuh.

Riana menatap Andre dengan tatapan curiga. "Apa?" tanya Andre was-was

"Ingatanmu kuat juga," puji Riana.

"Kalian kepikiran gak kalau kita selidiki kasus ini sampai pelakunya ketangkap?" tanya Lesya dengan nada serius.

"Aku juga. Kasian juga dia udah kehilangan nyawa, keluarganya diancam, dirugikan lagi," ujar  Julian.

"Jadi kita mau menyelidiki kasus itu?" tanya Andre.

"Menarik," ujar Ivan dengan semangat.

"Sepertinya boleh juga," ujar Julian.

"Kalian gila apa?" tanya Riana. "Kita masih sekolah. Kalau kita kenapa-kenapa terus dikeluarin dari sekolah gimana?"

Mereka semua terdiam cukup lama. "Tidak ada salahnya membantu Adira, kan? Adira pasti juga bakal senang kita membantu keadilan buat dia," jelas Andre.

"Aku setuju," ucap Ivan sambil mengangguk.

"Iya aku bakal ikutan," ujar Riana akhirnya setuju. "Demi membersihkan nama Lesya, huft."

Lesya tersenyum lega. "Makasih ya kalian semua," ujar Lesya terharu. "Besok aku mulai dari guru BK."

*****

I'M BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang