"Panggilan kepada anak-anak yang telah saya beri surat peringatan, dimohon ke ruang BK sekarang juga!"
Deg, jantung Lesya berdetak kencang saat bayangan-bayangan menakutkan kembali muncul di pikirannya.
"Bagaimana jika aku bernasib sama sepertimu?" tanya Lesya.
"Aku tau yang aku lakuin udah bener, tapi gimana ya. Aku takut," lanjutnya. Orang-orang memandangnya aneh karena selalu berbicara sendiri.
"Lo udah gila ya?" tanya seseorang yang sudah lama mengetahui itu tapi belum berani bertanya.
"Ternyata Lesya kebanggaan para guru ini udah gila! Dia bicara sendiri, haha," timpal seseorang lainnya. Lesya menatap mereka malas.
"Gue heran aja, kenapa para guru bisa suka sama manusia aneh."
"Katanya dia berani laporin genk terkuat di sekolah kita ke guru BK, itu beneran?"
"Wah hebat banget. Gue aja takut liat mereka, dia malah berani ngelaporin? Semoga dia masih berangkat sekolah besok."
"Berisik!" bentak Lesya lalu keluar kelas dengan marah. Siapa yang tidak marah jika langkahnya yang sudah benar justru mendapat banyak hujatan?
Lesya berjalan menjauh dari kelas dengan diam, tapi di hatinya dia marah sejadi-jadinya.
"Ceklek," sebuah pintu terbuka. Beberapa orang keluar dengan wajah merah karena marah. Masing-masing membawa tiga lembar kertas ukuran A4.
Lesya mundur beberapa langkah agar mereka tidak melihatnya, tapi terlambat. Salah satu menatap Lesya marah lalu menunjuk ke arahnya. Salah satu lainnya mengode tangan yang menggaris lehernya dengan kata lain, "kamu akan mati."
Lesya segera berlari cepat ke dalam kelasnya. Badannya seketika merinding, jantungnya berdegup kencang, napasnya terengah-engah.
"Dia menenggelamkan wajahnya di atas meja. Matanya berkaca-kaca. Dia sangat ketakutan jika hal yang dia takutkan justru terjadi.
Dia segera membuka buku lainnya lalu menulis sesuatu. Dia menutup lalu memeluk bukunya. Air matanya menetes membasahi bukunya. Tak bisa dibohongi jika dia benar-benar sangat ketakutan.
***
Matahari perlahan mulai tenggelam. Langit menjadi warna merah karena sinarnya. Lesya menaruh sapunya lalu duduk sebentar di kursinya untuk melepas lelahnya.
Lesya merogoh HPnya saat puluhan notif berbunyi. Matanya melotot saat melihat tayangan video saat dia berbicara sendiri.
"Keterlaluan!" ujarnya kesal lalu mengambil tasnya untuk pulang ke rumah.
Baru 3 menit Lesya berjalan dan ingin menuruni tangga, genk itu telah menanti di tengah tangga. "Mau apa kalian?!" tanya Lesya emosi dan juga takut.
"Menepati janji kami!" jawab salah satu dari mereka yang membuat Lesya terkejut. Dia kembali naik ke lantai atas tapi tangannya dipeganggi oleh mereka.
Lesya mencoba sekuat tenaga untuk lepas dan akhirnya berhasil. Dia lari kencang menuju tangga satunya. Berkali-kali dia terpeleset tapi dia tetap bangkit.
Langkahnya terhenti saat beberapa orang lainnya juga sudah menghadang di tengah tangga. Mereka menengok ke arah Lesya lalu tersenyum sadis.
"Kau mau kemana?" tanya mereka lalu tertawa senang. Beberapa orang lainnya yang tadi ada di tangga awal, kini telah berada di belakang Lesya. Itu artinya, Lesya telah terjebak di lantai dua.
"Aku mohon, menyingkirlah dan berikan aku jalan," ujar Lesya memohon dengan nada putus-putus. Tapi mereka tetap tertawa.
"Lepaskan? Kau telah membuat kami keluar dari sekolah ini dan kami tidak bisa masuk ke sekolah lainnya juga. Segampang itu kami melepaskan kalian?"
Lesya terdiam, lututnya mulai lemas. Dia tidak mau seperti orang pasrah, tapi dia juga tidak bisa apa-apa.
"Brengsek kalian semua! Beraninya keroyokan sama cewek pula! Pengecut!" teriak seorang laki-laki sambil memukul orang-orang yang menghadang di tangga.
Mereka jatuh ke tengah tangga dengan kesakitan. Lelaki menarik tanganku untuk berada di dekatnya. Dia menatap mereka semua dengan tatapan marah sambil mengarahkan kayu ke depan.
"Julian?" guman Lesya.
"Gak usah sok berani lo, hahaha," ujar salah satu dari mereka.
Tanpa aba-aba Julian memukul mereka satu-satu hingga mereka kuwalahan. Lesya terdiam sambil menutup mulutnya saat melihat Julian menghabisi mereka semua. Dia tidak menyangka ternyara Julian yang penakut bisa menjadi pemberani seperti ini.
Mereka telah jatuh di lantai tak berdaya untuk melawan. Tanganku ditarik hingga aku terjatuh di tengah tangga. Mereka memegangi tanganku dan mendekap mulutku. Aku mencoba teriak dan memberontak tapi tidak bisa.
Julian yang sadar langsung mendekatiku dan mencoba memukul mereka. Tapi setiap pukulannya kena, Lesta teriak karena karena ada benda tajam yang sengaja dikenakan ke tubuhku.
"Lanjutkan saja, biar dia yang merasakan semua," ujar salah satu dari mereka.
"Oke, aku tidak akan memukul." Julian menjatuhkan kayunya. "Tolong lepaskan dia! Sebagai gantinya kalian boleh melukaiku."
Lesya menggelengkan kepala saat Julian mengatakan demikian. Air matanya menetes saat mereka melepaskanku dan memegangi Julian yang sudah pasrah.
"Kenapa kau melakukan ini?!" protes Lesya kepada Julian
"Anggap ini balasan karena telah menolongku," jawabnya lalu tersenyum ke arah Lesya. "Karena jika bukan karena aku, kau tidak akan seperti ini."
Lesya terdiam, hatinya sakit. Dia baru mengenal Julian, tapi dia seperti sangat akrab dengannya.
Sebuah pisau mengarah ke arah Julian. Mata Lesya terbelalak dan reflek menarik Julian hingga mereka semua juga ikut terjatuh.
Entah kekuatan dari mana Lesya jadi seperti itu. Tapi sayangnya pisau itu justru menusuk tubuh tubuhnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M BACK
HorrorSemua teror dan kekacauan ini, berawal dari kecelakaan seorang siswi bernama Lesya. Sebelumnya dia dinyatakan meninggal tetapi tiba-tiba detak jantungnya berdetak kembali. Tapi semenjak itu, banyak sekali teror yang ada di SMA ini bahkan sudah banya...