Panggilan

568 38 4
                                    

"Panggilan kepada Lesya Putri kelas 11 B, dimohon ke ruang BK sekarang juga!" sebuah speaker berbunyi membuat semua di kelas menatap Lesya bingung.

"Kenapa lagi dia?" tanya salah satu dari mereka.

"Gak tau," jawab lainnya.

Lesya bangkit dari duduknya lalu berjalan keluar dari kelas. Ia juga tidak tau kenapa tiba-tiba namanya dipanggil.

"Lanjut nonton aja."

"Ngomong-ngomong ini film kok kayak kisah nyata ya?"

"Kisah nyata gimana?"

"Pertama ada pembunuhan. Kedua dia balik lagi."

"Siapa?"

"Itu yang lagi di panggil."

"Jangan-jangan dia balik cuma mau..." semua orang saling bertatapan.

"Pet..." seketika listrik mati membuat seisi kelas reflek berteriak.

"Tok..tok..tok.." Lesya mengetuk pintu ruang BK. Setelah ada kata dijinkan, dia membuka pintu lalu masuk dan duduk di bangku yang sudah disediakan.

"Sebelumnya Ibu meminta maaf atas kejadian yang terjadi pada kamu beberapa hari lalu. Itu semua diluar pantauan kami," ujar Bu BK.

Lesya menggeleng. "Bukan salah Ibu kok. Musibah gak ada yang tau, kan?"

Bu BK mengangguk. "Saya mau tanya sesuatu sama kamu. Benar kamu yang mencabut laporan kepolisian?"

"Benar bu."

"Kenapa?"

"Ya kasian aja sama mereka. Masa depan mereka masih panjang. Kalau mereka dipenjara, masa depannya akan buruk," jelas Lesya yang membuat Bu BK terbengong tak percaya.

Bagaimana bisa orang yang hampir meninggal terbunuh, bisa memikirkan masa depan pembunuhnya.

"Oh ya bu, saya juga mau menarik laporan kasus ini yang membuat mereka dikeluarkan," lanjut Lesya.

"Kenapa kamu tarik?" tanya Bu BK heran.

"Hanya tinggal beberapa tahun sekolah. Kalau mereka dikeluarkan, mereka tidak akan keterima di sekolah manapun. Biarkan saja mereka bersekolah di sini, menyelesaikan pendidikannya," jelas Lesya yang membuat Bu BK semakin tidak percaya.

"Tapi kami sudah tidak mau mendidik mereka."

"Hanya untuk beberapa waktu sampai kelulusan saja bu," ujar Lesya memohon.

Bu BK menatap Lesya dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana bisa dia berpikir seperti itu. Dia tidak bisa memahami pikiran Lesya.

"Kamu yakin?" tanya Bu BK tidak yakin.

"Saya sangat yakin," jawab Lesya yakin.

"Baiklah. Kamu sendiri yang minta," ujar Bu BK pasrah. Lesya tersenyum lega.

Lesya kembali ke dalam kelas dengan lampu yang masih mati. Dia menatap heran dengan semua orang yang menatapnya aneh.

"Ting," suara notifikasi berbunyi. Orang itu langsung menjawab pesan. Hampir semua di kelas memainkan handphone mereka. Lesya terdiam mencoba tidak peduli.

Bahkan handphone yang satu grup dengan mereka kini rusak. Handphone dan nomor baru milik Lesya belum mereka masukkan ke dalam satu grup yang sama.

"Ting, sebuah notifikasi berbunyi dari handphone Lesya. Ia membaca pesan dari Riana.

RIANA

Semua siswa di sini ngomongin kamu gara-gara film yang lagi treding.

Mereka membuat konspirasi kalau kamu itu sama seperti tokoh yang ada di film.

Bahkan mereka juga membahas korban pembunuhan 5 tahun lalu yang juga dikaitkan sama kamu.

Dari mana kamu tau?

Semua membicarakannya di grup angkatan

Jadi itu alasan semua orang sibuk dengan handphonenya.

Iya

*

Aku ada salah apa sama mereka?

Tiba-tiba air mata Lesya menetes. Ia mengatur nafasnya agar air matanya tidak menetes lebih banyak lagi.

***

"Julian gak ikut pulang?" tanya Liando.

"Gak kak."

"Kenapa?"

"Katanya kemarin dia muntah-muntah di rumah gara-gara mabuk."

"Hahaha, kok bisa gitu ya?" tanya Liando sambil tertawa.

"Kakak sih ngebut," ujar Lesya kesal.

"Oh ya Sya, tadi guru BK-mu telfon kakak. Kenapa kamu tarik laporannya?" tanya Liando sambil menyetir mobilnya.

"Mereka juga perlu masa depannya cerah," jawab Lesya.

"Kenapa? Mereka tidak memikirkan nyawamu bahkan mencoba menghabisimu. Dan sekarang kamu memikirkan masa depan mereka? Apa sih yang sebenernya kamu pikir?" tanya Liando kecewa dengan keputusan adiknya.

"Karena aku bukan seperti mereka, kak," jawab Lesya.

Liando terdiam menahan marah. Dia sangat tidak setuju dengan keputusan adiknya ini. Adiknya bisa saja dalam bahaya jika orang-orang itu kembali.

***

"Guru BK WA nih," ujar salah satu lelaki.

"Bilang apa?" tanya lelaki lainnya.

"Katanya laporan kepolisian sama kasus itu udah di tarik. Kita gak jadi dikeluarin dari sekolah. Besok kita udah mulai berangkat," jawabnya.

"Awas jebakan," ujar lainnya dengan santai.

"Kok bisa tiba-tiba gitu?" tanya lainnya lagi.

"Dia bilang Lesya sudah menarik laporannya hari ini," jawab orang itu sambil menatap layar handphonenya.

"Bagaimana ksmi bisa percaya? Bisa saja jebakan, kan?"

"Sebentar, ada rekaman suara."

Rekaman suara diputar dengan volume full. Terdengar suara Lesya yang berbicara di ruang BK tadi siang.

"Besok kalian harus sudah di sekolah. Kalau tidak laporannya tidak akan ditarik dan akan tetap di proses," suara rekaman kedua saat diputar.

"Gimana bro?"

"Yaudah kita berangkat aja. Lagi pula ada rekaman tu cewek juga. Kalau kita ketangkap, ya ikut aja," ujar si pasrah.

"Beneran mau pasrah gitu aja? Gak mau bebas lo" tanya lainnya tidak percaya.

"Yes."

"Gue gak mau dateng."

"Kenapa?"

"Kalian aja. Bisa saja jebakan," jawabnya yang membuat ketiga orang lainnya saling bertatapan.

"Oke."

"Kalo kalian ditangkap gue gak mau tau."

"Begitu juga sebaliknya. Kalo kami bebas dan lo ditangkap karena laporan atas nama lo gak jadi ditarik, kita juga gak mau tau."

Kedua orang itu saling bertatapan tajam. Entah kenapa dua orang ini suka membuat suasana menjadi semakin panas.

*****

I'M BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang