Buku Terkunci

475 33 4
                                    

"Aku coba keluar duluan," ujar Ivan. Dia menarik nafas lalu melangkahkan kakinya ke luar ruangan.

"Bruk," sebuah buku menabrak dahi Ivan hingga nyaris terjatuh. Buku itu kembali berterbangan bersama lainnya. Ivan mengelus-elus dahibya yang sakit sekaligus merah.

"Coba bukunya kamu taruh lagi," ujar Andre memberi saran.

Lestya mendekat ke arah meja lalu menaruh kembali bukunya. Buku-buku yang berterbangan tadi ternyata tersegel oleh buku milik Bu BK.

"Bagaimana bisa?" tanya Riana heran.

"Ntah," jawab mereka bersamaan.

"Lalu gimana cara kita keluar dari sini?" tanya Lesya bingung. "Tapi tetap harus tetap membawa buku ini."

Mereka berpikir sejenak. Hawa dingin mulai merasuki tubuh mereka. Angin berhembur kencang tanda akan datangnya hujan.

"Kenapa kita gak kayak lari estafet?" tanya Julian.

"Maksudmu?" tanya Lesya.

"Maksudku, kita berjajar berjarak dari sini sampai tangga menuju ke bawah. Masing-masing lari meninggalkan tempatnya lalu memberikan buku itu ke orang di depannya," jelas Julian.

Ivan dan Riana yang mendengarnya terbengong tak percaya.

"Kamu culun-culun gitu kok bisa pinter sih?" tanya Riana yang membuat Julian malas.

"Idemu bagus juga," puji Andre. "Lesya tunggu di sini. Nanti kamu nanti kasih ke aku, terus Ivan, Riana, lalu Julian," jelas Andre yang dijawab anggukan.

Jarak dari ruangan ke arah tangga mereka bagi menjadi 4 bagian. Masing-masing ditempati oleh satu orang untuk menangkap buku dari orang sebelum mereka.

"Udah siap!" seru Andre memberi aba-aba setelah mereka berada di posisi mereka.

Lesya berlari keluar ruangan menuju Andre sambil memeluk buku itu. Ia memberikannya ke Andre sambil menghindari buku-buku yang siap menyerang. Begitu juga dengan anggota lainnya.

Sampai di depan tangga keluar, buku dipegang oleh Julian. Seketika buku-buku itu kembali ke rak masing-masing.

"Kok bisa," tanya Andre bingung.

"Sepertinya para buku itu mengincar orang yang membawa buku diary rahasia ini seat di dalam ruangan," ujar Lesya.

"Ayo turun, kita istirahat dulu di villa," ujar Andre yang dijawab setuju.

***

"Kalian udah dapat?" tanya Liando saat kami tiba di villa. Lesya memberikan buku itu kepada Liando. "Kuncinya?"

"Kuncinya belum ada. Kami gak tau kuncinya dimana," jelas Lesya.

"Besok kalian cari lagi, sekarang kita makan dulu," ujar Liando sambil membuka tudung saji. Melihat makanan-makanan itu membuat perut seketika lapar.

Ada seafood, gulai, sup, sayur, ayam, dan banyak lainnya. "Ayo duduk," ujar Liando sambil duduk di salah satu kursi. Mereka juga ikut duduk di meja yang hampir berukuran 180 cm ×100 cm.

"Ini kak Liando yang masak?" tanya Julian sambil mengambil nasi di depannya.

"Nggak. Ternyata villa ini ada tempat untuk memesan menu.

"Kakak ambil yang VIP?" tanya Lesya tidak percaya. Liando mengangguk.

"Itu lah kelebihan villa ini. Aku dulu juga sering ke sini karena pelayanannya bagus, apa lagi yang VIP," jelas Ivan yang membuat semua orang menatapnya malas.

Ivan selalu saja membanggakan apa yang telah ia rasakan, tak terkecuali uang yang banyak.

"Ivan ya namamu?" tanya Liando. Ivan mengangguk. "Nanti totalnya aku bagi dua sama kamh ya," jelas Liando yang membuat Ivan terkejut.

"Kok gitu?" protes Ivan.

"Kan kamu anak orang kaya," jawab Liando sambil tersenyum jahil.

"Tapi... itu uang orang tuaku."

"Ya kamu tinggal bilang, 'Ma, Pa, minta uang', Kayak anak kecil itu lho," sindir Liando.

"Berapa?" tanya Ivan terpaksa dengan wajah cemberut.

"Udah bercanda," jawab Liando yang membuat Ivan kesal.

"Aku gak tau kenapa villa semewah ini bisa pada gak mau ya?" tanya Riana.

"Karena tempatnya kurang strategis," jawab Andre.

"Besok kita cari kunci dimana?" tanya Lesya.

"Biasanya kalau ada buku kuncinya juga ada di tempat yang sama. Artinya tidak mungkin kunci itu di bawa ke luar museum," penjelasan Liando membuat mereka berpikir sejenak sambil menyantap makanannya.

"Oh ya, setelah ini kalian istirahat di kamar. Aku sama Julian, Lesya sama Riana, Andre sama Ivan," jelas Liando. "Oh ya kamar kalian sudah ditandai nama, biar gak bingung.

"Makasih banyak ya kak," ujar Lesya. Liando tersenyum lalu mengangguk.

***

"Lesya, badanku sakit semua ini gara-gara kena buku-buku terbang yang melayang," ujar Riana bangkit dari kasurnya sambil memegangi beberapa tubuhnya yang terkena lemparan buku.

"Lesya kamu dah tidur?" tanya Riana lalu menoleh ke arah sebelahnya. Kosong.

"Lesya kemana?" tanya Riana bingung. Ia bangkit dari kasurnya, mengecek setiap sudut ruangan, tapi nihil. Lesya tidak ditemukan.

"Kamu kemana sih!" ujar Riana mulai kesal.

"Mungkin lagi di tempat kakaknya," Riana mencoba untuk berpikir positif lalu kembali ke tempat tidurnya.

***

Kamu dah tidur?" tanya Liando kepada Julian yang berusaha tidur.

"Belum. Aku gak bisa tidur," jawab Julian yang masih memejamkan matanya, mencoba tidur.

"Kamu juga dibully?" tanya Liando yang membuat Julian membuka matanya.

"Iya. Kenapa kak?" tanya Julian bingung.

"Dulu aku juga dibully," jawab Liando yang membuat Julian terkejut. Ia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.

"Oh ya?" tanya Julian tidak percaya. Liando mengangguk. "Kok bisa?"

"Dulu aku masih culun, apa-apa gak bisa, disuruh apa-apa mau, dan kalau aku dapat nilai bagus mereka merusak kertas ujianku," jawab Liando sedih.

"Ternyata mukaku emang culun," guman Julian lalu menghela nafas.

"Lalu aku berusaha untuk membalas dendam dengan cara sukses. Tak semuanya harus dibalas dengan dendam perilaku yang sama. Balas itu dengan kesuksesan yang akan membuat mereka iri," jelas Liando yang membuat Julian kagum.

Julian mempelajari sesuatu. Liando yang kaya dengan sifat coolnya, ternyata dia juga pernah dibully dan ingin membalas dendam dengan kesuksesan.

"You are the best,¹" ujar Julian yang membuat Liando tersenyum.

"Aku gak mau adikku juga merasakan hal yang sama denganku. Makannya aku waktu mendengar kabar Lesya di rumah sakit, syok parah. Bahkan dia hampir kehilangan nyawanya," jelas Liando menahan tangis.

"Aku paham kak. Tidak ada seorang kakak yang mau melihat adiknya diperlakukan tidak baik seperti kakaknya dulu," ujar Julian sedih.

"Kamu juga harus bisa sukses. Buktikan kepada pembullymu, kamu harus bisa mengubah dendammu menjadi kesuksesan,  ujar Liando.

"Makasih kak," ucap Julian senang. Jarang sekali ada yang menyemangati Julian, dan ini adalah kali pertamanya.

*****

___Footnotes___

¹Kamu terbaik

I'M BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang