Di Atap Sekolah

428 31 6
                                    

"Eh Ndre, tu orang kenapa ya ngalamun di atap?" tanya Ivan heran sambil menepuk bahu Andre yang sedang sibuk mengejakan sebuah soal.

"Mana?" tanya Andre menghentikan kegiatannya. Ivan menunjuk salah satu anggota Dio yang duduk menerung di atap sekolah.

"Wah iya. Itu orang habis putus cinta mungkin ya?" tanya Andre heran.

"Bisa jadi. Eh tapi itu ada cewek," ujar Ivan. Ia menyipitkan matanya untuk melihat sosok perempuan yang juga berada di atap.

"Itu bukannya Lesya?" tanya Andre.

"Lesya? Emang alasan apa ya Lesya di atap bersama itu orang?" tanya Ivan semakin heran sekaligus penasaran.

"Mungkin itu orang mau minta maaf ke Lesya," tebak Andre.

"Eh dia berdiri, hadap-hadapan sama Lesya," ujar Ivan yang masih penasaran.

"Tapi kalau tak lihat, lebih kayak menantang, bukan minta maaf," ujar Andre menatap dengan serius.

"Lesya menantang itu cowok?"

"Bisa jadi. Tapi apa alasannya Lesya menantang itu manusia?"

"Entahlah."

Suasana seketika menghening. Bukan tanpa sebab, tapi mereka berdua fokus dengan anak buah Dio dan Lesya yang berada di atap.

"Baaa.."seru Lesya tiba-tiba membuat mereka berdua reflek berteriak. " Maaf," ujar Lesya saat hampir di bukul Ivan dengan buku milik Andre.

"Kalau mau ngagetin itu lihat situasi," ujar Andre kesal.

"Ya maaf," ujar Lesya dengan wajah memelas.

Ivan menghela nafas. "Kalian ngapain sih kok sampai serius gitu liatnya," tanya Lesya penasaran.

"Kita tu lagi mengamati anak buah Dio dan Lesya lagi di atas atap sekolah," jelas Andre. Suasana menjadi hening. "Sebentar... " ujar Andre mencoba mengingat sesuatu.

"Aaaaa..." teriak Andre dan Ivan bersamaan membuat Lesya juga ikut berteriak. "Kok Lesya ada dua?"

"Yang asli yang mana?" tanya Ivan ikut heran.

Lesya menunjuk ke arah dirinya sendiri. "Ini yang asli," ujarnya.

"Lalu yang itu?" tanya Ivan menunjuk perempuan di atas atap.

"Tipu-tipu," jawab Lesya.

"Mana ada orang tipu-tipu," ujar Andre.

"Lalu siapa?" tanya Ivan.

"Ya gak tau," jawab Andre. "Eh tu orang mau ngapain?" tanya Andre panik.

Laki-laki itu berjalan mendekati ujung atap. Perempuan yang ada di sana juga mendekat ke arah lelaki dengan membawa pisau.

"Eh dia bisa jatuh!" ujar Ivan panik. Ia segera berlari ke ruang guru untuk mengabarkan berita ini.

Banyak siswa berkeluaran dari kelas melihat kejadian ini. Bahkan para guru naik ke atap untuk menyelamatkan mereka.

"Les, itu bukan karena kamu, kan?" tanya Andre.

"Gak lah, aku dari tadi kan di sini," jelas Lesya.

"Lalu dia siapa? Kembaranmu?"

"Aku gak tau, yang pasti bukan aku!"

Anak buah Dio langsung melompat dari ketinggian 4 lantai. Teriakan histeris terdengar bercampuran dari semua lantai di sekolah ini.

Kaki Andre seketika melemas saat melihat orang itu jatuh di lantai utama dengan darah yang mengalir banyak.

"Aa.. Aku masuk kelas dulu," ujar Andre kepada Lesya dengan nada seram dan tubuh gemetaran.

Tak lama kemudian ambulan dan mobil polisi berdatangan mengutus jasad yang sudah tak bernyawa. Kejadian ini tertulis kasus bunuh diri.

Entahlah, tapi dari pandangan orang lain, hanya ada satu lelaki sendirian di atap sekolah. Dengan kata lain, mereka semua tidak melihat sosok yang mirip dengan Lesya di atas atap.

Lagi-lagi sebuah kasus yang ada di sekolah membuat sekolah ini ditutup beberapa hari kedepan.

***

"Tok.. tok.. tok.." sebuah ketukan pintu terdengar di rumah Lesya.

Liando menghentikan kegiatannya, menutup laptopnya, lalu berjalan menuju pintu.

"Ngapain kalian berani kesini?" tanya Liando dengan wajah menahan marah.

"Ini buat Lesya," ujar salah satu lelaki sambil memberikan surat dan sebilah pisau berdarah yang ia temukan di rumahnya.

"Buat?"

"Petunjuk dimana Dio berada," jawab lrlaki yang lain.

Liando menerima dua barang itu lalu ia taruh di atas meja. Liando berjalan menuju pintu lagi.

"Oh ya, turut berduka cita ya atas kematian salah satu temenmu," ujar Liando.

"Iya kak," jawab mereka singkat. "Kami permisi dulu ya," pamitnya lalu berjalan pergi.

Liando menutup kembali pintu lalu kembali ke tempat duduk miliknya. Ia membuka laptopnya lalu mencari informasi tentang Dio dan anak buahnya.

"Dari siapa kak?" tanya Lesya yang keluar dari kamarnya.

"Nih dari anak buahnya Dio kasih surat sama pisau," jelas Liando yang masih fokus ke laptopnya.

Lesya mengambil surat itu lalu membukanya. Tertulis denah, nama Villa, dan nomor Villa yang dihuni oleh Dio.

"Kamu masih menyelidiki?" tanya Liando.

"Masih kak," jawab Lesya.

"Oke, besok kakak antar ke sana bareng temen-temenmu," ujar Liando yang dijawab anggukan oleh Lesya.

*****

I'M BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang