Vio berbaring di atas ranjang UGD. Lelaki itu berdiri di samping ranjang Vio dengan tatapan datar.
"Makasih ya," ujar Vio lalu tersenyum. Tak ada jawaban dari lelaki itu.
Dokter masuk ke ruangan dengan membawa beberapa peralatan lalu mengecek kondisi Vio. "Kakinya harus diamputasi," ujar dokter itu yang membuat Vio terkejut.
"Apa?! Lo bercanda ya? Gue aja tadi masih bisa jalan, mana mungkin kaki gue harus diamputasi!" protes Vio.
Dokter itu menjelaskan panjang lebar ke arah Vio, tetapi Vio masih saja memberontak dan menolak. Dokter memandang lelaki itu meminta persetujuan. "Kalau tidak segera ditangani, ini akan merambat ke bagian tubuh lain," jelasnya.
"Lakukan saja, Dok. Aku akan mengurus semua administrasinya," ujar lelaki itu lalu berjalan menuju pintu.
"Lo gila ya?!" seru Vio tidak terima.
"Mau milih lo kehilangan satu kaki lo atau lo biarin akhirnya mati?" tanya lelaki itu kesal.
Vio terdiam cukup lama. "Siapa nama lo?"
"Nama gue gak penting. Yang terpenting, gue benci sama lo setelah gue tau siapa lo sebenarnya!" ketus lelaki itu lalu berjalan pergi.
"Jadi gimana? Anda bersedia, kan?" tanya dokter."Sebentar, biar gue hubungi keluarga gue," ujar Vio sambil mencari handphone miliknya. Ia mengingat ingat kejadian kemarin saat kecelakan. "Ah sial, handphone gue kan rusak!"
***
Andre membuka matanya secara perlahan. Beberapa tubuhnya masih terasa sakit hingga membuatnya meringis menahan sakit.
Ia mencari sosok seseorang lalu tertuju kepada sosok wanita di dalam ruangan itu. "Bun, bunda juga ada di sini?" tanya Andre membuat wanita itu terkejut lalu menghampiri Andre.
"Kamu sudah sadar? Gimana keadaanmu? Oh ya bunda panggil dokter ya," ujarnya bingung.
"Gak usah Bun. Ivan mana? Dia gapapa?" tanya Andre khawatir.
"Dia ada di kamar sebelah, tapi belum sadar," jawab bunda.
"Itu salah Andre Bun. Harusnya waktu itu aku gak ngebut," jelas Andre sedih.
"Jangan salahkan dirimu sendiri. Kecelakaan gak ada yang tau kan?"
"Dah sadar lo anak bodoh?" tanya seorang lelaki memasuki ruangan. "Kenapa lo masih hidup? Bukannya lo sengaja bahayain diri lo sendiri, kan?" tanya lelaki itu yang dengan marah.
"Hei, jaga omonganmu!" bentak bunda.
"Biar gue bantu kemauan dia," ujar ayah Andre. Seketika sebuah pukulan mendarat di wajah Andre hingga Andre hampir terjatuh dari ranjang.
"Lo apa-apaan sih! Anak lo lagi sakit lo mau anak lo cepet mati?!" bentak Andre emosi.
"Gak seharusnya seorang ayah bertindak demikian," ujar seseorang lelaki lain muncul menahan amarah.
"Lo mau bela anak bodoh ini?" tanya ayah Andre sambil tersenyum gentir.
"Aku juga seorang ayah. Ayah yang bertindak seperti itu hanyalah seorang pengecut!" seru Ayah Ivan lalu meluncurkan pukulan hingga Ayah Andre hampir terjatuh di lantai.
"Lo siapa berani seperti itu? Lo gak tau kan siapa gue?"
"Gue gak peduli lo siapa, yang aku tau lo cuman ayah yang pengecut," ujar Ayah Ivan lalu berjalan pergi.
Tidak lama kemudian beberapa scurity datang membawa pergi Ayah Andre dengan susah payah.
"Kamu gapapa?" tanya bunda dengan khawatir hingga air matanya menetes. "Bunda sudah mengurus surat cerai. Kamu tenang saja ya."
Andre masih terdiam merendam amarahnya. "Kalau saja aku sedang tidak sakit, aku sudah menghabisinya sekarang juga," batin Andre.
"Huft, ada-ada saja," ujar Ayah Ivan sambil menghela nafas kesal.
"Memang ada apa Om?" tanya Julian bingung.
"Loh, sejak kapan kalian ada di sini?"
"Sepuluh menit lalu," jawab Lesya.
"Itu temenmu, habis dihajar sama ayahnya," jelas Ayah Ivan membuat semua terkejut. "Ada ya ayah yang kayak gitu."
"Kalau gitu, kami permisi dulu Om," pamit Julian lalu berjalan ke kamar sebelah.
"Andre kenapa, Yah?" tanya Ivan bingung.
"Loh, sejak kapan kamu sadar?"
"Barusan," jawabnya dengan nada lemah.
"Andre gapapa. Dia sudah sadar jadi jangan khawatir ya," ujar Ibu Ivan yang dijawab anggukan.
"Ndre, gapapa?" tanya Julian panik.
"Mukaku sampai bonyok gini masih tanya gapapa?" tanya Andre kesal.
"Loh, kamu sendirian? Bundamu mana?" tanya Lesya mencari sosok perempuan.
"Lagi minta obat merah," jawab Andre.
"Oh ya, kok bisa kecelakaan itu gimana ceritanya?" tanya Julian penasaran.
"Jadi itu malem-malem Riana kasih kabar kalo gak balik dia dalam bahaya. Nah aku langsung kesana sama Ivan. Gara-gara ngebut gak lihat ada mobil dari arah berlawanan. Yaudah," jelas Andre panjang lebar.
"Lho, Riana?" Lesya buru-buru mengambil handphonenya lalu mengecek pesan terakhir Riana di dalam grup. "Sekarang dia ada dimana?"
"Itu masalahnya. Handphoneku rusak. Ah sial."
"Kenapa?"
"Itu handphone milik Riana. Itu artinya dia gak akan pernah servis handphoneku kalau tau handphone miliknya rusak," ujar Andre panik.
Julian menatap Andre datar. "Bukannya itu impas? Kalian saling merusakkan handphone satu sama lain."
"Masalahnya alamat Riana ada di handphone itu!" tegas Andre yang membuat Julian dan Lesya ikut panik.
***
"Aku gak nyangka, ayah lebih memilih uang daripada anak kandungnya," batin Riana dengan air mata yang terus mengalir. Sejak ia ditahan, ia belum tidur sama sekali.
Terlebih lagi di ruangan gelap dengan suara tikus dan suara-suara misterius lainnya.
"Riana," panggil ayah Riana yang membuat Riana terkejut. Ia berjalan mendekati Riana sambil membawa sepiring makanan dan segelas minuman.
"Ayah minta maaf ya," ujar ayah Riana tidak dihiraukan oleh Riana. "Kamu pasti lapar kan? Makan dulu," lanjut Ayah Riana sambil melepaskan ikatan yang mengikat Riana dan lakban yang menutup mulutnya.
"Setelah kau makan, ayah akan mengeluarkanmu dari sini. Ayah tinggal ya." Lelaki itu berdiri lalu meninggalkan Riana sendirian.
"Kalau kau sadar, seharusnya kau tidak meninggalkan di sini!" seru Riana kesal. "Aku tidak mau memakannya!"
Dengan kesal Riana menyampar makanan itu hingga berserakan. Tapi di sisi lain perutnya telah keroncongan meminta makanan.
Ia mencari sosok benda di sekitar tubuhnya, tapi tidak ia temukan. "Ah, handphoneku kan... Ah sialan kau! Mati aja kau!"
*****
Punten....
Sebenernya tu di part ini aku pengen banget kasih Toxic. Tapi ya lebih baik jangan gegabah (daripada gagal terbit cuma gara² toxic)😬
Jadi kalo kalian mau nambahi toxic di batin aja kalo gak dikomentar juga boleh😐
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M BACK
HorrorSemua teror dan kekacauan ini, berawal dari kecelakaan seorang siswi bernama Lesya. Sebelumnya dia dinyatakan meninggal tetapi tiba-tiba detak jantungnya berdetak kembali. Tapi semenjak itu, banyak sekali teror yang ada di SMA ini bahkan sudah banya...