Pantas Untukmu (JeongHyo)

398 38 16
                                    

"Wes udah cantik aja lo? Paling juga diajak makan warmindo. Hahaha... mending sama gue yuk ketemu anak-anak. Udah lama loh lo gak ikut ngumpul." Tawa Jeongyeon menggelegar di kamar Jihyo.

"Ssstt... Ganggu gue aja lo. Cari pacar makanya sana." Usir Jihyo.

"Dih galak mbaknya... Maunya gitu tapi udah nyangkut sama seseorang." Tiba-tiba nada bicara Jeongyeon berubah serius.

"Je..."

"Tenang-tenang. Bukan lo kok kan gue udah bilang gue udah gak suka lo lagi. Gak bakal deh minta lo jadi pacar gue lagi. Hehehe..." Bantah Jeongyeon dengan setengah hati dan terpaksa tertawa canggung.

Keheningan menyelimuti pembicaraan mereka berdua.

"Mending lo siap-siap deh. Gue juga mau jalan nongkrong sama anak-anak. " Jeongyeon pergi begitu saja meninggalkan Jihyo.

"Hati-hati." Teriak Jihyo dari dalam kamar kosnya lalu mendesah lemah.

---------

Sepanjang mengendarai motornya, ia tersenyum kecut. Perasaan cintanya tidak terbalas oleh Jihyo. Menurut Jihyo, Jeongyeon bukan tipenya. Terdengar jahat memang, tapi jangan salah. Jihyo gencar mencarikan pacar untuk Jeongyeon walaupun ujung-ujungnya semua di ghosting sama Jeongyeon.

*Tinnn

*BRAK

Gelap... Itu yang Jeongyeon ingat.

Suara gaduh memenuhi ruangan UGD rumah sakit. Para suster dan dokter bergerak cepat berusaha menghentikan darah yang terus mengalir dari perut korban, Jeongyeon.

Sementara diluar terdapat teman-teman gengnya. Lokasi bertemu dengan teman gengnya, tak jauh dari Jeongyeon kecelakaan.

"Harusnya gue jemput aja dia tadi. Dia ngotot mau bawa motor." Ucap Tzuyu frustasi dan memukul-mukul dinding.

"Hiks... Udah Tzu..." Sana mencoba menenangkan kekasihnya itu. Sana menangis melihat abangnya sedang ditangani sementara orang tua mereka sedang di Singapore dan baru berangkat barusan, belum lagi perjalanan mereka ke Bandung.

"Maaf..." Lirih Tzuyu memeluk kekasihnya.

"Udah, San. Sekarang berdoa buat abang lo." Ucap Momo sahabatnya.

Chaeyoung bersama Moonbyul datang membawakan minum untuk Momo, Sana, Solar, dan Tzuyu. Ia sendiri masih shock.

"Sana!" Suara besar Jihyo mengambil atensi semua orang. Jihyo berlari menuju Sana di susul gebetannya Daniel.

Ya, Jihyo harusnya masih kencan bersama Daniel. Mungkin Daniel juga ingin menembaknya.

"K-kok bisa?" Jihyo tampak frustasi. Baru saja beberapa jam lalu Jeongyeon mengisenginya tapi sekarang Jeongyeon sedang berusaha hidup dan mati di dalam sana.

"Dia kurang fit tadi... Dia ngotot mau berangkat sendiri. Taunya ada mobil pickup oleng bawa kawat. Alhasil kawatnya nusuk perut Jeongyeon." Jelas Moonbyul.

Kaki Jihyo melemas. Ia mulai merasa bersalah. Harusnya tadi temenin Jeongyeon saja, mungkin Jeongyeon memilih naik mobil bersama dia. Harusnya tadi lebih milih pergi sama Jeongyeon karena sudah lama gak pergi bareng.

Kalau saja dia setuju, mungkin sekarang Jeongyeon lagi ngeledek dia di depan teman-teman mereka sambil ketawa gak jelas.

Matanya beralih ke ruang UGD. Dari kaca ia bisa mengintip banyaknya kain dan kapas berserakan penuh darah. Kain yang ia hapal betul itu kemeja yang Jeongyeon pakai tadi.

Jihyo bernapas dalam sebelum berbalik menghampiri Daniel.

"Dan, sebaiknya lo pulang ya. Gue... Gue mau disini." Jihyo berusaha menahan emosi dan tangisnya.

"Oke... Kalo ada apa-apa hubungin gue, ya." Daniel pergi dari sana.

Jihyo beralih duduk disebelah Sana.

"San..."

"Jihyo... Lo pulang aja." Lirih Sana. Secara tidak langsung Sana mengusirnya.

"San... Gak... Gue mau disni, gue mau ada saat dia buka mata." Ucap Jihyo dengan nada bergetar.

Sana kembali menangis dan tidak merespon ucapan Jihyo. Pikiran Jihyo kacau berat.

Pintu ruang UGD terbuka dengan mendorong kasur Jeongyeon.

"Mau dibawa kemana dok?" Tanya Solar pada dokter yang menghampiri mereka.

"Kami akan segera mengoperasinya karena tusukan cukup dalam hampir mengenai organ hati. Lalu pergelangan tangan kirinya juga mengalami dislokasi. Beruntung kaki yang terjepit hanya memar saja. Silahkan administrasinya diselesaikan supaya bisa kami proses." Ucap sang dokter.

Tangis Jihyo akhirnya pecah mendengar semua penuturan dokter.

"Puas lo!??" Teriak Sana tiba-tiba.

"Kalo aja lo gak bikin abang gue sakit hati. Kalo aja lo terima abang gue mungkin dia gak maksa kita buat ngumpul buat ngehibur dia!! Berapa kali gue harus bilang lo Jih, lo tuh cinta ama dia!!" Emosi Sana meluap dan langsung pergi ninggalin Jihyo yang shock.

"Mending lo pulang ya, Jih." Saran Solar lalu memeluk Jihyo.

Mereka semua pun menyusul Sana meninggalkan Jihyo sendirian di depan UGD.

---------

"Sayang..." ibu Jihyo terkejut melihat anaknya memilih pulang ke rumah dari pada ke kosan. Terlebih kondisi anaknya berantakan dengan mata sembab.

"Mah... Jeongyeon kecelakaan. Hiks..." Ia menangis di pundak ibunya.

"Astaga... Terus gimana??"

"Semua salah Jihyo mah... Kalau aja Jihyo milih pergi sama dia pasti dia gak bakal naik motor, mah. Hiks... Kalau aja Jihyo gak bikin dia sakit hati pasti dia gak maksa buat ketemu anak-anak. Hiks... Jihyo takut mah." Jihyo meluapkan semuanya.

"Mending sekarang kamu mandi terus tidur. Besok ke sana lagi." Ucap ibunya.

---------

Pagi sekal Jihyo sudah berada di rumah sakit. Ia menguatkan hati menuju kamar dimana Jeongyeon dirawat. Momo telah memberitahukan lokasi kamar Jeongyeon.

Belum juga Jihyo sampai, dokter berlarian masuk ke kamar membuat Jihyo terkejut. Sontak dia berlari dan mendengar EKG berbunyi panjang.

Seketika kakinya melemas... Apakah terlambat mengatakan pada Jeongyeon kalau dia juga mencintai Jeongyeon.

"Jihyo..." Panggil Sana. Jihyo terkejut.

"S-sana?!"

"Kamar Jeongyeon disana." Ucap Sana.

Jihyo pun terkekeh dalam tangisnya merutuki kebodohannya.

"Jih, maaf soal kemarin. Gue gak maksud ngomong begitu."

"Gpp San, gue jadi sadar kalau gue cinta sama dia." Sanggah Jihyo.

Sana tersenyum dan memeluk sahabatnya itu.

"Ikutan dong!" Momo dan Solar ikut berpelukan.

"Udah pelukannya mending ini sarapan sama bersih-bersih dulu." Ucap Moonbyul.

---------

Mereka duduk di sofa ruang rawat Jeongyeon. Kondisi Jeongyeon beruntungnya bagus setelah oprasi sehingga bisa langsung masuk ruang rawat.

Jihyo mendekat dan duduk di kursi sebelah kasur Jeongyeon.

"Je... Bangun, gue mau bilang sama lo kalo gue juga cinta sama lo Je." Bisik Jihyo dengan berlinang air mata.

"Serius?" Tanya Jeongyeon dengan suara seraknya.

"Je..." Jeongyeon tersenyum tipis mendengar Jihyo memanggilnya.

"Aku sayang kamu." Ucap Jeongyeon dengan susah payah.

"Aku juga... Aku sayang kamu."

"Pfft... Geli Jih." Ucap Jeongyeon lemah.















Celakanya hanya kaulah yang benar-benar aku tunggu















END

Lover Boy: One Shoot Kapal Jeongyeon || Jeongyeon X TwiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang