Jeongyeon adalah seorang kapten tim pemadam kebakaran di daerah Gwangju. Suatu hari terjadi kebocoran gas besar mengakibatkan ledakan diaepanjang jalur gas tersebut. Ia bersama regunya berangkat ke lokasi kejadian di daerah Naju karena kurangnya tim penyelamat di sana.
Begitu tiba, polisi setempat sedang melakukan evakuasi karena disinyalir akan ada gempa susulan.
Pandangan Jeongyeon terhenti seketika saat tidak sengaja melihat sosok wanita yang telah singgah di hatinya 8 tahun terakhir ini. Ia pun segera menghapiri wanita itu.
"Hei... masih ingat aku?" Tanya Jeongyeon.
"Tentu... Jeongyeon-ssi. Apa yang kamu- oh kau pemadam kebakaran rupanya?" Tanya balik wanita itu.
"Ah... Ne... Silahkan ikuti arahan para pol-"
"Argh!!"
"Awas" Jeongyeon segera mendorong dan melindungi Momo.
Ledakan kembali terjadi menyebabkan gedung yang sudah mulai hancur pun runtuh. Mereka terjebak di bawah reruntuhan. Untungnya mereka berada di sisi pilar pondasi.
"Cek... cek... Alpha 1 masuk..." ucap Jeongyeon pada walki talkie nya
"Capt!! Syukurlah. Dimana posisimu?" Jawab salah satu anggotanya.
"Dibawha gedung hijau, kau lihat?"
"Lihat capt. Kami akan segera kesana."
"Ne... Kami berada dipilar tengah dan ini cukup kuat berhati-hatilah." Ucap Jeongyeon.
"Kami??"
"Ahh aku bersama satu warga sipil."
"Baik capt tunggu kami."
---------
"Tanganmu tergores Momo-ssi. Sebentar." Jeongyeon mengeluarkan tissue alkohol dan membersihakn luka Momo. Momo meringis kecil Jeongyeon pun meniup-niup luka Momo lalu menutupnya dengan plester.
"Cah sudah..." Ucap Jeongyeon sambil tersenyum.
"Gomawo..." Ucap Momo.
Keheningan menyelimuti keduanya.
"Kamu mau?" Jeongyeon menawarkan pement blueberry mint yang selalu ia bawa kemana-mana.
"Ah gomawo. Ini permen kesukaanku. Sudah sulit menemukannya sekarang." Ucap Momo.
"Benarkah? Warung dekat rumahku masih menjualnya. Mungkin lain kali ku belikan. Ini untukmu saja." Momo menerima dengan senang hati permen tersebut.
"Kamu mau mendengar cerita?" Tawar Momo pada Jeongyeon. Dari pada sepi pikirnya. Jeongyeon mengangguk setuju.
"Dulu ada yang suka memberiku segala macam makanan dengan rasa blueberry. Dimulai roti, minuman, kue, dan permen di mejaku. Aku sampai bingung siapa yang rajin sekali memberikanku itu. Tapi aku bersyukur ada yang peduli dan perhatian padaku."
"Hmm... Luar biasa. Kau suka sekali blueberry ya?" Tanya Jeongyeon.
"Iya, aku sangat suka. Apalagi sejak aku tahu siapa orang yang rajin sekali memberikanku itu semua." Ucap Momo sambil menunduk dan tersenyum.
Dada Jeongyeon berdegup cukup kencang karena dialah orang yang setiap pagi selalu menaruh semua itu di meja Momo sebelum Momo datang.
"Dahimu berdarah." Momo panik melihat Jeongyeon berdarah dan sedikit menyesal karena baru menyadarinya.
"Gwenchana..." Jeongyeon mengeluarkan sapu tangan untuk mengelap darah tersebut.
"Sapu tangan yang bagus." Ucap Momo.
"Benarkah? Aku juga setuju. Entah kenapa aku selalu memakainya. Bahkan dulu saat tidak sengaja dipakai anak buahku mengelap meja, aku segera me-laundry-nya sebanyak 3 kali. Hehehe..." Cerita Jeongyeon tentang sapu tangannya.
"Sepertinya itu sangat berharga. Apa pemberian dari seseorang yang spesial untukmu?" Momo penasaran. Jeongyeon tersenyum dan menggeleng kepalanya.
"Tidak... Aku bahkan tidak tahu siapa yang memberikannya. Tapi pasti dia sangat bekerja keras menyulam inisialku dengan benang. Walaupun berantakan. Hahaha..." Inisial YJY terjahit dengan berantakan diujung sudut sapu tangannya. Namun itu lah salah satu ke spesialan sapu tangan itu.
"Yak!! Aku berjuang keras membuat inisial itu!!" Momo segera menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Ma-maksudnya??" Tanya Jeongyeon gugup. Ia tidak salah dengar bukan??
"I-itu... Huft... Dariku." Pengakuan Momo seketika membuat jantung Jeongyeon berdegup kencang.
"Ka-kamu??"
"Iya, dan itu kamu kan yang kasih aku roti, kue, dan permen ini??" Tanya Momo balik sambil menunjukkan permen yang Jeongyeon berikan. Jatuh sudah jantung Jeongyeon. Tubuhnya seketika melemas. Malu.
Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu dan terkekeh.
"Yah... ketahuan ternyata. Hehehe..." Momo tersenyum melihat tingkah Jeongyeon.
*Srak sruk
Runtuhan terbuka.
"Capt!! Gwenchana??" Ucap anggotanya.
"Ne... gwenchana. Tolong obati tangannya."
---------
"Momo... Kamu tinggal dimana?" Jeongyeon menghampiri Momo yang sedang di tangani.
"Aku masih di Gwangju, aku sedang ada pekerjaan makanya aku ke Naju." Jawabnya.
"Kalau begitu pulang bersama ku, ne?" Momo mengangguk.
Ada debaran kencang diantara 2 hati anak manusia itu yang tidak dapat di jelaskan dengan kata-kata.
Dan sejak itu pula, kisah mereka di mulai.
---------
"Hei..." Tangan kekar melingkar di perut sang wanita yang sedang membuat sarapan untuk mengisi tenaga mereka yang habis akibat pergumulan semalam.
Seharusnya semalam menjadi perayaan 1 tahun mereka bersama, dan ya itu berakhir dengan permainan panas di atas kasur.
"Sudah bangun? Aku lapar jadi aku masak." Ucap Momo. Jeongyeon mematikan kompor dan membalik tubuh Momo.
"Really, Jeongyeon? Propose with naked body?!" Jeongyeon terkekeh. Ia memang masih telanjang bulat dan dengan PD nya memampangkan kotak cincin terbuka untuk melamar Momo.
"Well it supposed to be last night... so, will you?"
"Of course... tapi sekarang biar aku masak buat sarapan dulu. Dan kamu mandi sana!" Momo membalikan tubuh Jeongyeon dan mendorongnya.
Tidak lupa menampar bokong tunangannya itu.
"Aishiteru!!" Momo tertawa mendengar teriakan Jeongyeon dari dalam kamar mandi.
I got so lost in your blueberry eyes
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover Boy: One Shoot Kapal Jeongyeon || Jeongyeon X Twice
FanfictionOne Shoot Cerita Cinta Ship Jeongyeon: - 2Yeon - JeongMo - JeongSa - JeongHyo - JeongMi - DaJeong - JeonChaeng - JeongTzu Mungkin akan ada adegan 18+, tidak tahu juga. 5 September 2022: #2 Sajeong 10 November 2022: #1 JeongHyo, JeongTzu, SaJeong ===...