Momo, seorang pengungsi dari Jepang yang berhasil kabur dan ikut rombongan pengungsi menuju Korea setelah kampung halamannya di bom Amerika.
Sekarang ia hanya sebatang kara bersama belasan pengungsi lain yang berhasil dibantu selamatkan pemerintah Korea menggunakan kapal.
Mereka di tempatkan di satu lingkungan tempat tinggal yang sudah ada dan telah ditempati ratusan pengungsi lain. Tentunya di jaga oleh beberapa tentara sebagai keamanan karena sebagian masyarakat Korea tidak menerima kehadiran mereka.
"Ku dengar tempatnya bagus dan nyaman, suasananya seperti rumah." Ucap Sakura, salah satu pengungsi si rombongan yang Momo ikuti.
"Benarkah? Mau sebaik apapun, tetap saja..."
"Sudahlah, Nako, jangan bersedih. Kita harus semangat bangkit! Kita diberi kesempatan oleh dewa untuk bertahan." Ucap Haruto, adik Sakura yang berhasil selamat juga.
"Momo, apa kau baik-baik saja?" Tanya Sakura yang melihat Momo diam saja.
"Hm... Aku hanya teringat orang tuaku." Jawab Momo lesu.
"Mereka pasti sudah tenang dialam sana." Nako mengusap punggung Momo memberikan ketenangan.
"Bersiap! Sudah sampai!!" Teriak salah satu tentara yang menjaga mereka. Mereka memang tidak bisa melihat keluar karena mereka berada di belakang truk yang tertutup rapat sejak turun dari pelabuhan dan hanya ada sedikit cahaya masuk.
Penutup dibuka, mata mereka disilaukan cahaya dan pemandangan lokasi pengungsian. Terdapat beberapa rumah besar berbentuk kembar disana.
Momo dan yang lainnya menatap kagum pada tempat pengungsian mereka.
---------
Setelah turun, mereka di giring para relawan dan tentara untuk menuju satu gedung rumah yang masih kosong. Mereka berbaris dengan teratur, terpisah antara laki-laki dan perempuan, kecuali orang tua dan kakak beradik kandung.
Derap langkah tegas memenuhi indra pendengaran mereka semua. 5 orang tentara dengan pangkat tinggi memasuki lokasi mereka. Momo tahu pasti bahwa tentara itu memiliki pangkat lebih tinggi karena pakaiannya beda dan semua memberi hormat padanya.
"Selamat datang semuanya. Kami akan memastikan kalian aman disini. Kalian akan kami ajari bagaimana hidup menjadi warga Korea. Hidup kalian terjamin, namun harus memilih pekerjaan apa yang cocok bagi kalian semua." Ucap sang juru bicara dari salah satu 5 orang tadi, bernama Choi Tzuyu.
"Perkenalkan, Letnan kami, Yoo Jeongyeon sekaligus kepala pengungsian di sini. Wakilnya, Choi Tzuyu, Kapten Son Chaeyoung dan saya sendiri, Kapten Kim Dahyun. Kami penanggung jawab ring 1 pengungsian ini." Jelas Kim Dahyun.
Mata Jeongyeon tak lepas dari salah satu pengungsi yang juga menatapnya. Mata mereka bertemu. Tanpa ada yang sarai, Jeongyeon menyunggingkan senyumnya tipis.
---------
Setiap minggu, Jeongyeon dan yamg lain pasti akan pergi ke bar. Jangan salah, bar yang mereka datangi adalah bar kalangan atas. Letnan seperti Jeongyeon banyak disegani karena status ayahnya merupakan Jendral bintang 4.
"Hyung, apa kau akan menikah dengan Nayeon noona?" Tanya Tzuyu.
"Tak tahu... Aku tidak memiliki rasa padanya." Jawabnya sambil menyesap beer.
Tiba-tiba matanya tertuju pada seorang penari di bar. Ia hafal betul siapa orang itu. Jeongyeon berdiri dan berjalan menuju panggung. Dengan kasar menarik wanita itu.
Tak ada yang berani menahannya bahkan Chaeyoung, Tzuyu, dan Dahyun tidak berani menahan Jeongyeon.
Jeongyeon menarik tangan wanita itu keluar dari bar dan membawanya kesalah satu area kosong di dekat sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover Boy: One Shoot Kapal Jeongyeon || Jeongyeon X Twice
FanfictionOne Shoot Cerita Cinta Ship Jeongyeon: - 2Yeon - JeongMo - JeongSa - JeongHyo - JeongMi - DaJeong - JeonChaeng - JeongTzu Mungkin akan ada adegan 18+, tidak tahu juga. 5 September 2022: #2 Sajeong 10 November 2022: #1 JeongHyo, JeongTzu, SaJeong ===...