Akhir Kita (JeongHyo 1)

505 47 30
                                    

"Appa aku tidak mau dijodohkan. Ini sudah jaman modern, appa!" Jihyo mengamuk karen appanya memutuskan untuk menjodohkannya.

"Ini untuk kebaikanmu dari pada kau selalu berpacaran dengan orang yang memoroti uangmu, Jihyo! Appa dan eomma sudah tua, bagaimana bisa appa meninggalkanmu dengan sifatmu yang begini!!" Ucap Tuan Park.

"Yeobo, sudah. Jantungmu nanti kumat." Nyonya Park berusaha menenangkan suaminya.

"Hah! Baiklah aku akan menemuinya namun jika aku tidak suka jangan paksa aku." Jihyo menghentakkan kakinya meninggalkan orang tuanya di ruangan Komisaris Utama.

Sebenarnya Jihyo gadis yang pintar namun dia sangat keras kepala. Fia memiliki rumah, apartement, mobil  seorang CFO. Apalagi yang kurang?
Namun sayang urusan percintaan, dia selalu memanjakan para mantan kekasihnya dengan uang dan berujung hanya dimanfaatkan saja. Dia bodoh jika menyangkut hubungan.

---------

"Hei babe, kenapa murung begitu?" Tanya Daniel, kekasih Jihyo yang sudah berpacaran hampir 3 bulan.

"Appa... Dia ingin menjodohkanku!" Dengus Jihyo.

"Sudahlah, kalau tak suka tinggalkan saja nanti dia jika kalian bertemu. Lebih baik ayo sekarang kita pergi ke mall." Ajak Daniel.

"Tumben biasanya kau sangat tidak suka ke mall." Tanya Jihyo.

"Ahh... ehmm... HP ku rusak babe..." Jawab Daniel.

"Kenapa tidak bilang? Biar aku belikan yang baru. Ayo." Jihyo menarik tangan Daniel.

"Jangan babe, tidak usah. Aku tidak enak, kemarin kau baru membelikan aku Macbook, babe." Ucap Daniel.

"Tidak apa sayang, dari pada aku tidak bisa menghubungimu. Kajja."

Mereka pun pergi ke mall dan membelikan HP untuk Daniel serta berbelanja beberapa baju dan sepatu untuk Daniel karena Daniel bilang sepatunya sudah mulai ketinggalan jaman.

---------

Jihyo POV

"Mana dia?!" Aku sudah menunggu hampir 10 menit dan orang yang dijodohkan denganku ini tidak kunjung datang.

"Annyeong... Kau Park Jihyo?" Aku mendongak ke arah suara. Wow... dia cukup tampan bahkan lebih tinggi dari Daniel.

"An-annyeong... Ekhem... Benar aku Park Jihyo... dan kau??"

"Yoo Jeongyeon. Maaf aku terlambat karena aku baru tiba dari Jepang." Jawabnya sambil mendudukan dirinya di hadapanku.

"Kau tahu, ini pertemuan pertama dan kau sudah terlambat. -1 point untukmu." Ia mengangguk dan terkekeh.

---------

Mereka menghabiskan beberapa waktu berbicara mengenal pribadi masing-masing. Dan Jihyo akui pria di depannya ini cukup menarik dan terlebih dia pintar.

*Ringg

"Maaf aku harus menjawab telpon ini."

Jihyo menyingkir dari sana sepersekian menit. Jeongyeon terfokus memandang Jihyo. Jujur saja ia jatuh hati pada pandangan pertama pada Jihyo saat appanya menujukkan foto Jihyo dan ia cukup senang bisa bertemu dengan Jihyo sekarang.

"Mian, tadi kekasihku." Jawab Jihyo santai. Jeongyeon sedikit tersentak kemudian tersenyum tipis.

"Ah begitu..."

"Jujur saja Jeongyeon-ssi. Aku tidak setuju dengan perjodohan di era modern begini. Kau pribadi yang baik. Aku harus pergi karena mobil kekasihku menabrak orang dan aku harus membantunya." Alis Jeongyeon mengkerut. Jihyo membantu kekasihnya? Apa tidak salah??

"Ah... Ne kalau begitu hati-hati." Jeongyeon berdiri dan membungkuk pada Jihyo.

---------

"Park Jihyo!!" Jihyo tersentak saat memasuki rumah dan disambut suara keras ayahnya.

"Kau meninggalkan Jeongyeon untuk menemui kekasih benalumu itu hah??"

"Appa!! Dia bukan benalu!!"

"Hah... Kalau kau masih mau mewarisi hartaku, tinggalkan kekasihmu itu!! Jika tidak, semua ku tarik bahkan posisimu di perusahaan ku cabut!" Jihyo tersentak dan emosi. Tuan Park pun meninggalkan dia di ruang keluarga.

Keesokan harinya Jihyo sedang bersama Daniel di sebuah kafe.

"Babe, kenapa kau murung?"

"Babe, appa mengancam jika aku tidak bersama Jeongyeon dia mencabut semua fasilitas dan bahkan jabatanku." Daniel terdiam.

"Babe?? Aku harus bagaimana?? Apa aku tinggalkan saja dan hidup bersamamu??" Rengek Jihyo.

"Ah... ehm... Jangan babe, ehm... bagaimana jika kau turuti saja. Hanya untuk pura-pura. Bagaimana?" Ide Daniel cukup gila namun mau bagaimana lagi.

"Hmm... Benar juga, setidaknya ini akan aman untuk sementara." Ucap Jihyo senang.

"Jihyo-ssi? Kebetulan sekali... Dan ini."

"Ah ini pacarku."

"Lebih tepatnya aku mantan kekasih Jihyo." Ucap Daniel membuat Jihyo bingung. Namun Daniel menyenggol kaki Jihyo memberi tanda.

"Majja, kami sudah putus."

"Begitukah?" Tanya Jeongyeon memastikan.

"Iya dan... Oh apakah kau sibuk? Bisa antarkan aku ke kantor?" Jeongyeon yang mendengar itu pun senang dan menyetujuinya

---------

Sepanjang perjalanan cukup hening.

"Jeongyeon-ssi. Aku rasa aku mau melanjutkan perjodohan ini. Tidak ada salahnya bukan?" Ucap Jihyo memecah keheningan. Sungguh itu membuat Jeongyeon ingin berteriak.

"Tentu... Baiklah mulai besok aku akan menjemputmu? Kebetulan aku akan ke luar negri bulan depan, setidaknya ijinkan aku mengantar jemputmu." Tawar Jeongyeon dan Jihyo menyetujuinya.

---------

Sudah hampir sebulan mereka berdua banyak menghabiskan waktu. Banyak hal baru yang Jihyo temukan di diri Jeongyeon dan itu sangat membuatnya terkagum.

Orang tua mereka pun bahagia melihat mereka yang sangat menempel satu sama lain dan terlihat bahagia.

"Jih, besok aku ke UK 3 minggu. Kamu mau ikut?" Tawar Jeongyeon. Mereka sedang makan malam bersama.

"Hmm? Tidak Jeongyeon sudah berapa kali ku bilang, hmm? Kamu ini..." Jihyo mencubit lengan Jeongyeon.

"Hehehe... setidaknya ada penawaran terakhir. Hmm... kamu tahu? Aku bahagia, Jih. Aku sudah menyukaimu sejak pertama appa menunjukkan fotomu padaku." Ungkap Jeongyeon yang membuat hati Jihyo meringis. Jujur Jihyo mulai jatuh hati dengan Jeongyeon.

Setiap tindakan Jeongyeon sungguh sangat berbeda jauh dengan kekasihnya. Jeongyeon begitu dewasa dan dependable.

"Ak-aku juga bahagia, Jeongyeon." Jeongyekn tersenyum dan meraih tangan Jihyo. Lalu ia mengecupnya singkat.

"Saranghae, Jihyo. Kamu tidak perlu balas, aku tahu kamu butuh waktu." Ucao Jeongyeon sambil tersenyum.

---------

"Nah, masuklah. Sampai jumpa 3 minggu lagi." Jeongyeon mengecup kening Jihyo dan itu sukses membuat Jihyo merasa terbang.

Mereka pun berpamitan dan Jihyo masuk kedalam rumahnya sambil tersenyum.

"Bagaimana? Appa lihat kalian sangat serasi."

"Kamchagi- appa! Sering sekali mengagetkanku."

"Hahaha... kau tidak perlu menjawab karena appa yakin akhirnya kau bahagia dengannya."

Jihyo tersenyum memasuki kamarnya.















Bahagia diatas kebohongan, abadi kah?















TBC

Lover Boy: One Shoot Kapal Jeongyeon || Jeongyeon X TwiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang