21. Rahasia

839 136 9
                                    


"Ada 6 orang yang ikut dalam kencan buta itu: Korban (Yui), Ame, Sakura, Kiba, Lee, dan Sasori. Kita punya 5 tersangka," ujar Naruto yakin dengan hasil penyelidikannya.

"Baiklah. Kita akan perintahkan beberapa personil untuk mengawasi kelima orang itu," ujar Sasuke.

"Tunggu, aku masih punya informasi lebih lanjut," tukas Naruto.

Jiraiya bersiul. Ia tak menyangka Naruto sudah menginvestigasi sejauh itu.

"Aku sudah bertemu dengan beberapa orang yang hadir dalam kencan buta itu. Aku mencoba memancing mereka. Dan, seperti yang kuduga, salah satu dari mereka memakan umpannya.

Kita hanya perlu fokus mengawasi satu orang," ujar Naruto yakin.
.
.
.
Yours
Sasuhina fanfic by chocohug 🍫
.
.
.
Hinata menuruti saran Tenten untuk kembali masuk mengajar pagi ini. Hinata sudah libur 2 hari. Tentunya akan ada kecurigaan jika ia terlalu lama absen.

Perempuan Hyuuga itu terpaksa meminjam baju si calon kakak ipar. Ia belum berani kembali ke kediaman Uchiha selepas perdebatannya dengan Sasuke. Dalam hati Hinata berjanji akan mencoba bersikap lebih dewasa dan melanjutkan diskusi mereka dengan kepala dingin.

"Apa ini bawaan hamil? Aku jadi cengeng dan gampang ngambek," keluh Hinata.

Tenten tergelak. "Biar nanti kubuktikan teorimu setelah menikah dengan Neji," jawab Tenten mencibir. Hinata balas tertawa kecil.

Mereka menikmati perjalanan menuju sekolah. Jalanan pedestrian yang sibuk membuat Hinata menyadari betapa nyaman hidup yang ditawarkan Sasuke padanya. Ia bahkan tak ingat kapan ia terakhir kali naik transportasi umum.

Bus dipenuhi orang-orang. Kebanyakan anak sekolahan dan pekerja kantoran. Kursi-kursi telah penuh saat bus tiba di halte tempat Hinata dan Tenten menunggu. Mau tidak mau mereka berdua berdiri sembari memegang seutas pegangan pengaman.

"Kau tak apa?" bisik Tenten.

"Tolong berdiri di depanku, Tenten. Perutku rasa kena dorong dari depan," balas Hinata berbisik.

Tenten dengan sigap mengambil posisi di depan Hinata. Badannya seolah memasang tameng agar perempuan di belakangnya tidak kena gencet di ramainya bus pagi Konoha. Seorang perempuan paruh baya menyenggol pundak Hinata.

"Kau sedang hamil? Kau boleh pakai kursiku," ujar perempuan itu.

Hinata memandang bingung. Akhirnya Hinata duduk di bangku itu sembari mengucapkan terima kasih. Tenten memaksanya menerima kebaikan hati si perempuan paruh baya.

"Aku tahu rasanya hamil. Memang sudah seharusnya perempuan hamil diprioritaskan untuk duduk di transportasi umum."

Dengan canggung Hinata menerima kebaikan hati ibu itu. Ia merasa jauh lebih baik. Perutnya memang masih belum membesar, malah cenderung tak menunjukkan apa pun. Tampaknya ibu baik hati itu mendengar percakapan Hinata dan Tenten.
.
.
.
Sasuke mendecih saat Itachi menertawakannya. Sulung Uchiha berbaik hati membawakan baju ganti karena sudah dua hari adik kesayangannya tidak pulang ke rumah dan terpaksa bermalam di kantor kepolisian.

"Seharusnya kau menikah, biar istrimu yang mengantarkan baju," goda Itachi.

Sasuke melempar baju yang baru saja ia lepas ke muka Itachi. "Berisik!" keluh Sasuke.

"Kau bahkan belum menikah, tapi calon istrimu sudah minggat dari rumah. Ckckck. Seharusnya kau belajar dari kakakmu ini cara menggaet hari perempuan," ujar Itachi sambil memamerkan fotonya dengan sang istri yang tengah berpose membentuk lambang hati dengan tangan mereka.

Sasuke tak bisa menahan rasa kesalnya. Itachi menyebalkan, tapi ia benar. Karena perkataan Itachi benar membuat Sasuke makin kesal.

"Aku akan membujuknya pulang," ujar Sasuke.

YoursWhere stories live. Discover now