Sebuah mobil hitam memasuki pekarangan sekolah. Satpam yang biasanya hanya membukakan gerbang bahkan sengaja mengiringi mobil tersebut dan membukakan pintu. Hinata bisa melihat dengan jelas seorang lelaki berambut hitam sebahu turun dari mobil.
"Pak presdir sudah datang," teriak Kakashi-sensei.
Para guru yang sedang tidak mengajar diminta berkumpul di aula. Dengan langkah agak tergesa majelis guru melangkah menuju aula. Jangankan menambah riasan, mereka bahkan tidak akan sempat berkaca dan merapikan dasi karena sang presdir yang datang 10 menit lebih awal.
Hinata mengenakan kemeja biru langit dengan hiasan pita di bagian leher. Rok hitamnya sedikit mengembang di bagian bawah lutut sehingga tidak membuatnya susah berjalan. Degan terburu-buru Hinata mengambil cardigan hitam yang tersemat di kursi dan menyusul langkah Tenten yang sudah berada di depan.
"Kau sakit? Wajahmu pucat," komentar Tenten.
"Aku tidak sempat sarapan," jawab Hinata lesu. Untunglah sekolah tidak mewajibkan guru mengenakan sepatu berhak. Flatshoes yang ia kenakan cukup nyaman walaupun harus berjalan cepat.
Di aula, guru-guru lain yang telah lebih dulu sampai duduk mengisi bangku paling depan. Hinata dan Tenten duduk di baris kedua. Ada total 25 orang guru dan pegawai di SMA Bakti. Semuanya, terlepas dari guru, penjaga kantin, cleaning service, bahkan penjaga kebun hadir pagi itu di aula.
Tak lama, Tsunade-sensei datang bersama lelaki yang tadi Hinata lihat keluar dari mobil. Lelaki itu, saat dilihat lebih dekat, ternyata memiliki kantong mata besar yang membuatnya terlihat seperti seseorang yang tidak pernah tidur. Matanya onyx tajam dengan hidung bangir dan bibir tipis. Dia terlihat mirip dengan seseorang. Entah siapa. Hinata tidak ingat.
"Selamat pagi. Kami mengucapkan selamat datang kepada Itachi-san dalam kunjungan rutin yayasan. Bahkan anda rela menyisihkan waktu berharga anda untuk mengunjungi sekolah kita ini," Tsunade membuka pertemuan.
Setelah dipersilahkan, lelaki yang disebut sebagai Itachi-san, Presdir Uchiha Corp maju ke pentas.
"Saya berterima kasih atas sambutan hangat pada guru dan karyawan sekalian. Pendidikan adalah salah satu sektor penting yang harus diperhatikan dengan teliti dan seksama, oleh karena itu yayasan setiap enam bulan sekali selalu menyempatkan hadir untuk bertemu dengan para guru dan karyawan sekalian.
Justru saya yang meminta maaf karena baru bisa hadir. Saya sangat berharap SMA Bakti bisa mempertahankan posisinya sebagai salah satu SMA unggulan di Konoha. Terlebih karena tahun ini putri saya juga bersekolah disini."
Puluhan pasang mata terlihat terkejut dengan informasi yang barusan sampai ke mereka. Putri tunggal Presdir Uchiha Corp bersekolah di sini?
"Namun karena putri saya agak pemalu, dia minta agar identitasnya tidak diberitahukan. Saya juga berharap semua guru dan karyawan disini memperlakukan putri saya layaknya murid-murid lain. Sayangi mereka, marahi mereka, puji mereka, dan didiklah mereka dengan sebaik-baiknya."
Pertemuan singkat di aula diakhiri dengan pengumuman-pengumuman. Tepat jam 10 siang nanti akan ada beberapa guru yang diwawancarai langsung. Untuk sekarang, mereka semua dipersilahkan melakukan kesibukan masing-masing.
Hinata tidak ada jadwal mengajar pagi ini. Ia baru akan masuk kelas jam 10 siang, setelah jam istirahat pertama. Mengingat pengalaman tahun lalu, Hinata yakin ia tidak akan terpanggil karena dia harus mengajar di jam tersebut.
"Aku berani bertaruh kalau putri presdir itu Uchiha Hanami," Tenten, seperti biasa, memulai obrolan di antara mereka bertiga.
"Tapi ada kurang lebih 10 orang siswa bermarga Uchiha disini. Semua klan Uchiha sepertinya menyekolahkan anaknya disini," balas Hinata.
YOU ARE READING
Yours
Fiksi PenggemarHinata terbangun dengan rasa sakit luar biasa di kepalanya. Setengah sadar ia melihat tubuhnya yang telanjang dan penuh ruam kemerahan di sekitar leher dan dada. Tunggu! Siapa lelaki yang tidur di sampingnya? Demi Klan Hyuga! Tidak ada yang boleh ta...