Pandangan menusuk bisa Hinata rasakan datang dari berbagai arah. Dulu, meskipun bukan tipikal guru populer yang berjalan penuh percaya diri di lorong, setidaknya Hinata tidak takut. Semenjak berita itu beredar, Hinata seolah ingin menghilang. Bukan hanya karena tatapan menusuk, ujaran kebencian, serta prank-prank kecil menyebalkan yang kerap ia temui. Persaaannya jauh lebih buruk karena sadar bahwa kehamilan ini adalah kebenaran.
Bel tanda jam istirahat usai berbunyi. Suasa kelas yang tak lagi menyenangkan seperti biasa membuat Hinata lekas-lekas mengakhiri pembejalaran.
"Akhirnya selesai juga. Aslinya aku tidak mau belajar dengan guru tidak bermoral. Kenapa sekolah kita belum juga memecatnya?"
Dengan jelas Hinata mendengar ujaran seorang murid perempuan yang duduk di pojok depan kelas. Hinata ingat kalau gadis itu adalah salah satu murid berprestasi. Ucapannya tidak salah. Sebagai sekolah top, seharusnya SMA Bakti memecatnya saja saat berita itu keluar.
Hinata memilih tak merespon ujaran itu. Ia tidak ingin membantah. Membantah hanya akan membuatnya makin terjerumus dalam kebohongan yang ia buat untuk menutupi kebenaran.
"Hinata-sensei!" panggil sebuah suara tak asing selepas Hinata keluar dari kelas.
Megumi, dengan wajah sedih, takut, dan cemas yang bergabung menjadi satu, berdiri tak jauh dari Hinata. Megumi lekas menghampiri Hinata, menggenggam tangannya, dan menuntun Hinata keluar. Tampak jelas dari wajah gadis itu kalau ada yang perlu mereka bicarakan.
Atap sekolah menjadi pilihan mereka untuk pembicaraan yang barangkali tidak menyenangkan ini. Megumi memastikan tidak ada orang yang melihat mereka menuju atap, juga memastikan pintu terkunci sebelum ia bersujud di kaki Hinata.
"Sensei, Hinata-Nee, maafkan aku. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya berita kehamilan ini bocor karenaku," Megumi terisak.
Hinata menghela nafas berat. Di sekolah ini, hanya Hinata, Tenten, dan Megumi yang tahu perihal kehamilan Hinata. Hinata percaya pada keduanya. Satunya adalah sahabat terbaik, orang yang Hinata percayai bahkan dengan nyawanya sendiri. Tenten tidak mungkin membeberkan informasi ini.
Sedangkan Megumi, Hinata baru mengenalnya sebentar. Dia tidak mengajar murid tingkat satu sehingga tidak benar-benar mengenal Megumi. Pertemuan pertama mereka canggung dan aneh. Hinata menuduhnya berbuat tak benar dengan Sasuke. Ironi sekali. Padahal ia lah yang salah. Ia yang berbuat tak benar dengan lelaki yang baru ia temui sekali.
Akan tetapi, pertemuan-pertemuan berikutnya dengan Megumi tidak seburuk itu. Muridnya, calon adik iparnya, suka membantu Mikoto dan Hinata di dapur. Mereka bertiga senang mencoba resep-resep baru. Gadis itu senang memasak seperti Hinata. Hal itu membuat mereka kian dekat. Megumi mulai memanggilnya Hinata-Nee, meskipun mereka sepakat saat di sekolah Hinata akan tetap memanggilnya Hinata-sensei.
Meskipun sempat curiga, namun Hinata yakin bukan Megumi yang menyebarkan gosip. Gadis itu menyukainya, setidaknya tampak begitu. Ia bahkan sesekali membujuk Hinata untuk lekas menikah dengan Sasuke sehingga mereka bisa pergi dan pulang bersama ke sekolah tanpa perlu khawatir dilihat orang. Lalu, apa maksud Megumi kalau ini salahnya?
"Dua hari yang lalu, aku menceritakan kehamilanmu pada salah satu teman sekelasku. Tadi aku bertanya padanya, namun dia tidak mengaku menyebarkan berita ini," jelas Megumi di sela tangisnya.
Kaki Hinata lemas. Ia turut duduk di coran beton kasar atap sekolah bersama Megumi yang masih menangis. Dia tidak boleh marah. Ini bukan salah Megumi. Ini salahnya. Seharusnya ia tidak membiarkan Sasuke menyentuhnya malam itu. Ini murni kesalahan hormon mereka berdua. Seorang remaja belasan tahun tidak bisa disalahkan atas perbuatan dua orang dewasa seperti mereka.

YOU ARE READING
Yours
ФанфикHinata terbangun dengan rasa sakit luar biasa di kepalanya. Setengah sadar ia melihat tubuhnya yang telanjang dan penuh ruam kemerahan di sekitar leher dan dada. Tunggu! Siapa lelaki yang tidur di sampingnya? Demi Klan Hyuga! Tidak ada yang boleh ta...