22. Nisan kecil tanpa nama

1.5K 134 6
                                    

🐶

X

🐻

Satu minggu telah berlalu semenjak Jeno keluar dari rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu telah berlalu semenjak Jeno keluar dari rumah sakit. Hingga sekarang Jeno belum diijinkan untuk pergi bekerja kekantor. Bukan, bukan karena kondisi Jeno hanya saja... mama dan juga suami manisnya masih tak mengijinkan. Mereka, entah mengapa sangat protektif pada Jeno.

Yah, sebenarnya Jeno suka-suka saja diperlakukan seperti itu. Akan tetapi ia bosan juga karena terus-terusan diam dirumah.

Cklek.

Jeno menoleh pada Haechan yang baru saja masuk kedalam ruang kerjanya. Suaminya itu datang dengan satu nampan berisi makanan ringan dan teh.

Haechan taruh nampan yang ia bawa diatas meja yang ada didepan Jeno, lalu mengambil dokumen ditangan suaminya dan menaruhnya juga di meja.

Jeno, yang sedang duduk di sofa menaikan alis dan Haechan mendengus kecil.

"Dikasih libur malah kerja, dikasih kerja malah mau libur. Emang aneh manusia," gumam Haechan menyilangkan tangannya didepan dada.

Jeno terkekeh mengerti dengan sarkas dari suaminya. Ia tarik Haechan agar duduk menyamping dipangkuannya.

"Kamu nyidir mas?" tanyanya menatap Haechan yang juga menatapnya.

"Menurut mas~?" tanyanya balik sambil memiringkan kepala.

Jeno mengernyitkan hidung dan menjawil hidung beruangnya buat siempu mengerang tidak suka.

Jeno tertawa pelan melihat tatapan kesal beruangnya, ia peluk pinggang Haechan dan mengecup tengkuk suaminya beberapa kali.

"Sorry..." bisiknya menarik diri.

Haechan mendengus pelan dan menyamakan duduknya. Ia ambil cookies yang tadi ia bawa dan memakannya. Jeno kembali terkekeh dan mengusap remahan cookies disekitar mulut suami manisnya.

"Mau?" tanya Haechan setelah beberapa suapan sembari menyodorkan cookies pada Jeno.

Jeno membuka mulutnya menerima suapan dari beruangnya.

Sembari menikmati cookies yang Haechan bawa, Jeno anteng memainkan jemari cantik beruangnya.

Jemari Haechan cukup lentik dan cantik, walau tidak sekecil perempuan tapi menurut Jeno jemari Haechan sangat cantik. Apalagi dihiasi dengan cincin pernikahan mereka.

Jeno tersenyum tipis dan mengusap cincin dijari manis Haechan beberapakali. Hingga, ditengah usapannya ia berhenti dan menatap Haechan yang masih sibuk mengunyah.

"Sayang?"

"Mn?" Haechan menaikan alis menatap Jeno.

Jeno membasahi bibirnya sebelum berujar,"Ada tempat yang mau mas tunjukkin ke kamu."

Haechan memiringkan kepalanya.

"Kemana?"

Jeno tersenyum tipis,"Nanti juga kamu tahu."

......

Haechan menatap keluar jendela yang merefleksikan jalanan yang tertutup hamparan putih salju. Disebelahnya terdapat suaminya yang senantiasa menggenggam tangannya yang mendingin.

Hatinya mencelos mengingat kemana suaminya mengajaknya pergi.

Suatu tempat, yang kalau bisa tak pernah ingin ia datangi.

Karena, hanya kesedihan lah yang selalu mengiringi tempat dimana Jeno membawanya tadi.

Ia menghela napas panjang, maniknya mulai berembun mengingat nisan kecil yang bahkan tak memiliki nama.

Hatinya mencelos mengingat kenapa bisa ada nisan kecil itu.

"Hiks."

Tangisan mulai terdengar dari mobil yang melaju pelan.

Jeno genggam lebih erat tangan yang lebih kecil.

"Hiks. Hiks. Hiks." Haechan coba tutup bibir rapat-rapat walau percuma, isakan yang ia tahan terus meluncur bebas berbarengan dengan liquid bening yang menghiasi pipi mulusnya.

"Sayang..." Jeno panggil dan coba bawa tubuh yang lebih kecil kedekapannya.

Ia peluk erat coba hantarkan hangat dan kekuatan untuk hati yang terguncang. Haechan balas tak kalah erat dan meraung keras di dekapan suaminya.

Hari itu, Haechan sadar.

Ia sudah gagal menjaga buah hati pertamanya.

°

°

°

°

Pray for our little angel 💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pray for our little angel 💕

[nohyuck] papa, daddy & twinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang