51. Egois

768 105 3
                                    

cw// m-preg, mention of abortions

🐶

X

🐻

Jio berjalan tak tentu arah setelah keluar dari kamar rawat papanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jio berjalan tak tentu arah setelah keluar dari kamar rawat papanya. Otaknya terus memutar perkataan daddynya, operasi. Maksudnya apa? Apakah papanya harus dioperasi? Tapi kenapa? Bukankah papanya sedang mengandung adiknya yang ia tunggu-tunggu? Tapi kenapa daddynya bertanya seperti itu pada dokter yang merawat papanya. Ia memang masih kecil tapi tentu saja ia tahu kalau operasi itu tindakan saat seseorang sakit parah. Apa papanya sakit parah? Lalu bagaimana dengan adiknya?

Jio menghela napas dan menghentikan langkahnya, tak terasa ia berjalan cukup jauh sampai di taman rumah sakit. Saat ia akan kembali berjalan kembali ke ruang rawat papanya tak sengaja maniknya melihat daddy juga dokter yang merawat papanya.

"Daddy...?" Jio berjalan lebih dekat ke arah tempat daddynya berada dan bersembunyi dekat semak disana, bisa ia dengar daddynya mengobrol dengan dokter itu.

"Aborsi...?" Jio mengernyit mendengar perkataan daddynya.

"Aborsi itu apa...?" Jio mengeluarkan ponselnya dan mengetikan kata itu di kolom pencarian. Dengan hati-hati ia baca tiap kata yang tertulis dari hasil pencarian, Jio tertegun setelah membacanya.

"Daddy mau bunuh adek...?"

.

.

Haechan simpan kembali ponselnya ke nakas setelah mengobrol dengan maminya. Ia menghela napas dan mengelus perut ratanya.

"Kehidupan..." Benar, di perutnya sekarang ada satu kehidupan lagi.

"Adik Jio..." Juga sosok adik yang ditunggu-tunggu putranya.

Semua anggota keluarga dan sahabatnya menyelamatinya tapi kenapa ia tak merasa bahagia? Bahkan, saat suaminya bertanya tentang operasi ia tak menghentikannya padahal ia tahu maksud dari kata 'operasi' itu apa. Sebenarnya ia kenapa? Apa dia orang jahat? Karena tidak mengharapkan bayi di dalam perutnya. Tidak... Haechan, ia hanya takut.

"Papa?" Suara manis dengan usapan lembut dipunggung tangannya dapat mengeluarkan Haechan dari pemikiran ruwetnya. Ia tatap wajah kecil yang mirip dengan ia juga suaminya. Jia, putri sulungnya.

"Papa kenapa?" Haechan tersenyum kecil dan menggeleng.

Jia mengerucutkan bibir dan menarik kursi untuk ia duduki, ia tatap sekeranjang buah-buahan di nakas. "Papa mau mam apel nggak? Jia kupasin ya?" Haechan kembali menggeleng.

[nohyuck] papa, daddy & twinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang