11

383 63 0
                                    

"Apa yang kau lakukan pada Amelia?" Aaron langsung bertanya sambil mencengkram kuat tangan Ivee.

Ivee kaget tentu saja, ia baru keluar dari mobil hendak memasuki rumahnya saat sebuah tangan kekar langsung mencengkram pergelangan tangannya dengan begitu kuat. Ivee memandang pria itu dengan tatapan remeh, "Sepertinya kekasihmu itu sungguh tukang mengadu yah."

"Jawab saja Ivee, apa yang kau lakukan pada Amelia?!" Suara Aaron meninggi hingga membuat Ivee memejamkan matanya sesaat, bukan karna takut tapi karna tak suka, ia paling tak suka dengan orang-orang yang meninggikan suara saat sedang emosi.

"Jika kekasihmu sudah mengadu seharusnya kau sudah tau apa yang kulakukan pada kekasihmu Aaron, jadi lepaskan tanganku dan menjauhlah, kau mengganggu." Ivee menatap Aaron dengan tajam.

"Kau mencuri ATM-nya? Ku pikir Avellino sudah cukup kaya, tapi kenapa cucunya masih mau mencuri." Aaron seolah sedang memprovokasi Ivee.

"Aku hanya membalas perlakuan Amelia, kekasihmu. Kupikir standard menjadi kekasihmu sangat tinggi melihat penampilanmu yang lumayan tampan, tapi setelah mengenal Amelia, kurasa standardmu soal wanita benar-benar buruk." Sahut Ivee tanpa terprovokasi, pergelangannya masih ditahan oleh Aaron dan itu membuat Ivee semakin risih, "Lepaskan tanganku Aaron." Peringat Ivee lagi.

"Dia tak memakai atm-mu Ivee dan kau memakai atm-nya, itu sama saja dengan kau mencuri bukan membalas. Aku akan melepaskanmu jika kau sudah meminta maaf pada Amelia." Aaron terdengar begitu tegas.

"Dia yang memulai pertama kali maka ia yang harus minta maaf padaku terlebih dahulu, lagi, kau tunanganku Aaron, seharusnya kau membelaku bukan kekasihmu itu." Ivee dengan cepat menendang kemaluan Aaron, hanya tendangan ringan namun bisa membuat pria itu bertekuk lutut dan langsung melepaskan pergelangan tangan Ivee begitu saja.

"Jika kau datang hanya untuk membahas perihal kekasihmu itu maka pulanglah. Ku peringati sekali lagi, segera akhiri hubungan kalian sebelum aku memberitahu keluargamu, meskipun Amelia termasuk kaya namun aku masih berada diatasnya." Ivee berujar dengan tenang sebelum meninggalkan Aaron yang masih berlutut dilantai jalanan sambil memegang kemaluannya, wajah pria itu meringis menahan sakit tapi mana Ivee peduli, gadis cantik berseragam sekolah elit itu hanya melangkahkan kaki dengan santainya memasuki rumah.


------

Keesokkan paginya Ivee kembali kesekolah, kali ini semua mata memandangnya dengan tatapan remeh tapi ia mana peduli, Ivee terus berjalan menuju kelasnya dan begitu memasuki kelasnya, kursi miliknya sudah dicorat-coret dengan tulisan sugar baby, Ivee memiringkan kepalanya sebentar, seolah berpikir apa yang membuat manusia-manusia bodoh ini bisa mengatakannya seorang sugar baby.

"Well, well, well, ternyata kau menggunakan wajahmu dengan baik yah Ivee." Sebuah suara yang Ivee kenali, Amelia tentu saja.

Ivee memutar tubuhnya untuk melihat Amelia baru saja datang dengan ketiga ekor pengikutnya, penampilan keempatnya begitu stylish, almamater sekolah, rok pleated mini, kaos kaki tnggi dan sepatu loafer jangan lupakan topi baret yang dipakai Amelia, pita besar yang di pakai Camila untuk aksesoris rambut, pita yang dipakai Mila untuk dasi dan terakhir Leah memakai vest bukannya almamater sekolah, Ivee jadi berpikir apakah ini sekolah atau ajang fashion show, jika memang murid bisa memodis seragam dengan suka-suka maka seharusnya sekolah mengijinkan mereka untuk memakai pakaian bebas daripada harus mengeluarkan uang untuk seragam, dan jika ingin memakai seragam maka seharusnya dibuat secara universal dan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya, ini sekolah untuk menuntut ilmu, bukan menghamburkan uang.

"Tak ku sangka ternyata kau menjadi seorang sugar baby, tapi pilihanmu tak salah, Niklaus Alexandro, direktur A Group, tycoon." Lanjut Camilla.

"Tapi tidakkah kalian lihat bagaimana rupa seorang Ivee, sudah sepantasnya ia menjadi seorang sugar baby." Sahut Mila dengan remeh.

"Oh ayolah, tak ada yang salah menjadi sugar baby, terlebih dengan latar belakang tak jelas tentu lebih baik menjadi seorang sugar baby dari seorang direktur perusahaan besar, tapi seharusnya ia menjadi sugar baby dari Loren, sang pemilik dari A Group, kudengar dia sudah cukup tua, tinggal menunggu ajal menjemput." Ucap Leah dan membuat semuanya tertawa sementara Ivee memandang mereka dengan tenang padahal hatinya sudah memanas mendengar mereka menjelekkan kakeknya, sialan memang.

"Sugar baby? Hmm, menarik, jadi kalian memang berpikir aku seorang sugar baby." Ivee akhirnya membuka suara sambil menganggukkan kepalanya.

"Tentu saja, kau pikir apa lagi kalau bukan sugar baby? Kau bukan berasal dari keluarga mapan, bahkan latar belakangmu tak jelas lalu kau bisa mengendarai mobil limited edition, bukankah sugar baby sudah sangat cocok menjadi panggilanmu?" Amelia merespon sambil tertawa remeh.

"Aku jadi menyesal bertemu dengan Niklaus Alexandro terlebih dahulu, seharusnya aku bertemu dengan ayah kalian dulu, menguras habis semua kekayaannya, ah, tapi sepertinya belum terlambat, mungkin aku masih bisa mendapatkan limited edition car untuk koleksiku." Sahut Ivee dengan santai namun membuat yang lainnya terdiam.

"Jangan sesekali kau mendekati papaku." Amelia mendekat dan sudah berdiri dihadapan Ivee, ia memperingati Ivee dengan tegas.

"Mungkin bukan papamu, sepertinya kekasihmu, Aaron lebih baik, ia datang menemuiku setelah kau melaporkan apa yang kulakukan kemarin, priamu itu menarik dan kaya, Aaron Salvatore, dari keluarga Salvatore, lebih menarik daripada papamu." Jawab Ivee sambil memandang dengan senyuman manis yang membuat Amelia semakin geram.

"YA!" Teriak Amelia karna kesal.

Bukannya merespon tapi Ivee hanya tertawa kecil lalu duduk di kursinya seperti tak melakukan apapun sementara Amelia sudah hendak menyerangnya namun ditahan oleh Mila dan Leah.

"Tenanglah Mel, Aaron tak mungkin meninggalkanmu demi gadis tak jelas sepertinya, derajatmu lebih tinggi daripada dirinya, jadi kau tak perlu khawatir." Camilla berkomentar sambil memandang remeh Ivee.

"Lagipula ia pasti lebih memilih menjadi sugar baby pria tua, Loren contohnya, pria tua yang sudah tinggal menunggu ajal menjemput." Ejek Mila lagi.

Ivee memandang keempatnya, tatapannya berbeda, ia marah karna lagi dan lagi nama kakeknya dibawa, maka biarkan ia membalas keempatnya dengan sesuatu yang diluar dugaan, tunggu saja, ia akan melakukannya segera.

TBC

AeilsyIr 

The Shadow - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang