Setelah libur selama 3 hari akhirnya Ivee menunjukkan batang hidungnya di sekolahan, tentu saja kehadiran Ivee membuat semua orang mencibir dan menggosip, mereka yakin kehidupan Ivee tak akan pernah tenang lagi dan bisa saja berakhir dalam waktu dekat.
Ivee berjalan menuju ruang kelasnya dan semua teman sekelasnya memandangnya horor, sinis dan mencibir tapi Ivee justru mengangkat kepalanya tinggi dan menatap mereka dengan tatapan dingin hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menunduk, enggan lagi menatap Ivee.
"Well, well, well. Akhirnya kau muncul juga." Amelia juga baru memasuki kelas dengan perban dikepalanya, hasil karya Ivee.
"Kehidupanmu selesai Ivee." Ujar Mila yang berdiri dibelakang Amelia bersama dengan Camila dan Leah, ah sepertinya kelompok itu datang bersamaan.
Ivee menatap mereka dengan tenang, keempat gadis itu langsung sibuk memainkan ponsel masing-masing sepertinya ingin membuat laporan agar orangtua atau pengacara mereka datang.
"Kau masih berani memandangku?" Amelia mengejek Ivee, "Seharusnya kau sudah bertekuk lutut dihadapanku untuk memohon ampun."
Tapi Ivee tetap diam menatap mereka dengan tenang, tak ada ekspresi, tak ada respon, hanya diam hingga membuat keempat gadis itu jengah.
"Tenang saja Amelia, ia masih bisa memandang kita dengan tenang sekarang, nanti jika sudah saatnya aku yakin ia akan bersujud ampun pada kita." Ucap Leah tanpa keraguan sedikit pun.
"Ia pikir kita bisa melepaskannya begitu saja setelah apa yang ia lakukan." Ejek Camila.
Amelia lantas berjalan duduk didepan Ivee dengan maksud ingin mem-bully gadis mungil itu.
"Kau memberikan alamat palsu pada sekolah atau memang kau kabur? Orang-orangku pergi ke studiomu tapi semua sudah kosong. Dan lagi, bukankah kau seorang sugar baby dari CEO A tycoon, kenapa pula ia hanya memberikanmu studio kecil itu?" Amelia berujar dengan drama.
"Oh ayolah Amel, mungkin saja ia sudah dibuang oleh sugar daddy-nya, apalagi setelah video itu tersebar." Ucap Leah dengan nada mengejek.
"Dan tadi aku tak melihat mobil limited edition-mu diparkiran, kau sudah menjualnya untuk menyewa pengacara?" Mila duduk disamping kanan Ivee.
"Jika begitu kau sudah benar-benar dibuang oleh sugar daddy-mu? Lalu kau tinggal dimana sekarang? Jangan bilang kau sudah tak memiliki tempat tinggal." Heboh Camila hingga membuat yang lainnya tertawa.
Tapi Ivee tetap diam tanpa mengeluarkan suara sedikit pun hingga membuat orang-orang semakin bersemangat untuk mem-bully-nya.
"Dimana suara dan tingkah sok-mu itu Ivee?" Sarkas Amelia sambil mengelus pipi Ivee.
"Bersujud dan minta maaflah pada kami di publik nanti, maka aku akan memaafkanmu." Lanjut Amelia lagi dan membuat semuanya semakin meremehkan Ivee.
Jika saja bel masuk tak berbunyi sudah bisa dipastikan Ivee akan menjadi bulan-bulanan mereka lagi. Tapi begitu guru memasuki ruangan, dari speakers sekolah terdengar panggilan yang menyuruh Ivee untuk masuk ke ruangan kepala sekolah. Semua orang tertawa, seolah sudah paham jika Ivee akan segera mendapatkan hukuman dari kepala sekolah, tapi Ivee hanya diam sambil membawa kakinya melangkahkan kakinya menuju ruangan kepala sekolah, sesuai perintah.
"Ivee Valerienno." Panggil sang ibu kepala sekolah begitu mendapati Ivee memasuki ruangannya.
Ivee tak menyahut, gadis mungil itu justru langsung duduk disofa yang disediakan sambil menyilangkan kakinya satu sama lain sambil menatap sang ibu kepala sekolah dengan tenang.
"Kau tau apa yang membuatmu saya panggil?" Tanya Kepala sekolah dikursi kebesarannya.
Ivee mengangkat kedua bahunya dengan tenang namun justru hal itu membuat kepala sekolah merasa kesal.
