16

412 68 8
                                    

Ivee tengah berada di mansion Christian Salvatore untuk makan malam, tentunya atas ajakan Julia dan Aaron yang menjemputnya, selama perjalanan tadi mereka hanya saling diam padahal Ivee sudah ingin mencekik leher Aaron, mengingat pria itu yang sudah membuatnya cedera.

"Menginaplah disini Ivee." Ucap Julia hingga membuat Ivee yang tengah memakan buah kiwi langsung memandang calon ibu mertuanya.

"Benar, menginaplah, toh kalian bisa menghabiskan waktu bersama dan mengenal lebih dalam." Saran Christian.

Mana mungkin Ivee bisa menolak jika kedua calon mertuanya sudah mengatakan hal itu, terlebih Ivee sangat menghormati orang yang lebih tua, maksudnya yang patut dihormati juga. Apalagi Ivee melihat Aaron hanya diam saja, tidak melakukan penolakan.

"Tapi aku tak membawa apapun." Akhirnya hanya itu yang dikatakan Ivee.

"Tak masalah, toh kita bisa menyuruh maid di mansion kakekmu untuk mengantarnya kesini." Saran Julia, sangat terlihat jelas kalau wanita baya itu sangat ingin Ivee menginap, "Menginap yah." Bujuk Julia.

Sudahlah, semakin tak mungkin Ivee menolak maka ia hanya menganggukkan kepalanya dan tentu hal itu membuat Julia maupun Christian tersenyum merasa menang sementara Aaron hanya bisa memasang wajah masam.

"Kau bisa tidur dikamar Aaron." Ucap Christian yang langsung membuat Ivee tercengang, yang benar saja.

"Pa." Aaron memperingati sang papa dengan suara rendah namun Christian tak peduli dengan anaknya itu.

"Benar, toh kalian akan menikah juga pada akhirnya, lebih baik jika tidur bersama mulai sekarang, kalian bisa semakin mendekatkan diri." Lanjut Julia.

"Tapi kami masih sekolah ma." Sahut Ivee yang sebenarnya juga keberatan dengan permintaan kedua calon mertuanya.

"Lalu kenapa? Kalian hanya berbagi kamar sebelum menikah, tapi jika kalian ingin lebih juga tak masalah, kami siap menerima cucu dari kalian, lagipula mama dan papa tidak ingin kalian seperti Dominic dan Renee yang sudah menikah lama namun baru bisa saling terbuka akhir-akhir ini." Sahut Julia dengan santai hingga membuat Ivee dan Aaron bungkam.

Dan disinilah Ivee pada akhirnya, dikamar nuansa putih dan terlihat sangat rapi, padahal dalam otak Ivee sudah terbayangkan kamar Aaron akan bernuansa gelap, dingin, penuh misteri, tipikal seorang Aaron.

"Kau bisa tidur di sofa." Sahut Aaron tiba-tiba.

"Kupikir kasurmu cukup luas untuk menampung 3 sampai 4 orang, kenapa pula aku harus tidur di sofa." Jawab Ivee dengan tenang dan tanpa merespon lebih jauh Ivee sudah mendudukkan tubuhnya diatas kasur milik Aaron.

"Kau sebegitu inginnya tidur bersamaku?" Suara Aaron begitu rendah.

"Kau pikir kau sehebat itu hingga membuatmu merasa aku ingin sekali tidur bersamamu? Aku bukan gadis lugu yang ingin menyakiti tubuhnya dengan tidur di sofa. Dan lagi, sangat ingin tidur bersamamu? Jika kau tau apa yang kau lakukan padaku, kau pasti akan menjauh karna berpikir aku akan membunuhmu." Ivee bukanlah seorang gadis yang hanya akan menuruti semua ucapan orang, terlebih pria seperti seorang Aaron yang ingin ia cekik sampai mati.

Aaron terdiam beberapa saat, memikirkan maksud ucapan Ivee.

"Tak perlu dipikirkan, otak dungumu itu tak akan bisa menemukan jawabannya." Ejek Ivee lalu tak lama ponsel Ivee berdenting tanda ada pesan yang masuk.

Nama Owen yang tertera dilayar ponselnya, pria yang kini sudah menjadi 'kekasihnya' itu suka sekali mengirimkan pesan padanya namun tak ada satu pun yang dibalas Ivee. Pesan yang kali ini dikirimkan Owen hanyalah pesan basa-basi yang menanyakan keberadaan Ivee karna Owen hendak mengajaknya nge-date, namun tidak seperti biasanya Ivee hanya membaca tanpa berniat membalasnya, kali ini Ivee membalas pesan yang dikirimkan Owen dengan satu kalimat 'OK' lalu gadis itu meletakkan ponselnya disamping kasur.

"Jika kau tak mau berbagi kasur denganku kau bisa tidur disofa, aku ingin tidur, jangan menggangguku." Sahut Ivee lagi lalu ia berbaring perlahan sambil menahan sakit di punggungnya, meskipun kejadiannya sudah beberapa hari namun rasa sakit akibat tendangan Aaron pada punggungnya masih nyeri.

Ivee tak peduli dengan keberadaan Aaron, entah pria itu akan tidur disofa atau dikasur bersamanya, ia hanya ingin memejamkan matanya akibat obat pereda nyeri yang baru ia konsumsi tadi.

-------

Aaron sendiri yang merasa bimbang dan bingung, ia merasa aneh dengan Ivee yang tak keberatan sama sekali untuk tidur bersama padahal mereka bahkan bukanlah teman dekat yang bisa tidur bersama dengan nyaman. Tapi ia juga tak berniat tidur disofa, sofa didalam kamarnya memang panjang namun salahkan tubuh Aaron yang tumbuh lebih dari panjang sofa itu dan pastinya hal itu membuat tidurnya tak nyaman nanti, tubuhnya akan sakit.

Mau tak mau Aaron membaringkan tubuhnya disamping tubuh Ivee yang tidur membelakanginya, napas Ivee begitu teratur yang menandakan gadis itu sudah berada dalam alam mimpi, Aaron lantas mengikuti jejak Ivee, ia memejamkan matanya namun baru saja memejamkan mata 10 detik, getaran ponsel mengusiknya.

Aaron tau getaran itu bukan berasal dari suara ponselnya tapi Ivee namun sepertinya sang pemilik ponsel sudah tidur terlalu pulas sampai tak mendengar getaran ponselnya. Aaron lantas bangkit dari kasur dan mengambil ponsel Ivee, keningnya berkerut, matanya berubah tajam melihat nama pemanggil.

Owen. Untuk apa pria itu menghubungi Ivee? Tentu saja Owen yang ia pikirkan sama dengan Owen yang menghubungi Ivee, karna Ivee menuliskan nama Owen Quattrone, hanya ada satu Owen Quattrone di Italy, terlebih Ivee dan Owen satu sekolah, sudah pasti Owen yang sama.

Aaron tak ingin mengangkatnya, tak ingin dibilang terlalu kepo nantinya, untuk itu ia diamkan saja, untungnya tak berapa lama getaran ponsel Ivee sudah berhenti yang menandakan Owen sudah menghentikan panggilannya. Aaron lantas kembali menaruh ponsel Ivee ditempat semula, namun baru saja ia letakkan, ponsel itu kembali bergetar, panggilan lagi, dari Owen.

Aaron yang sudah penasaran pun akhirnya menjawab panggilan tersebut namun ia tak mengeluarkan suara apapun.

"Cara Mia, kau tak membaca pesanku? Aku sudah menunggumu di Me Milan II Duca, kau ingin aku jemput saja Cara Mia?" Tanya Owen disebrang sana.

Aaron semakin menajamkan tatapan mata, meskipun tatapan matanya mengarah pada jendela dikamarnya dengan ponsel Ivee yang berada ditelinganya, ia seperti seorang suami yang mendapati istrinya tengah berselingkuh dengan pria lain.

"Cara Mia?" Owen kembali bersuara karna tak ada respon sedari tadi.

Apa-apaan ini, Cara Mia? My dear? Owen memanggil Ivee my dear? Ivee berpacaran dengan Owen? Gadis itu memintanya putus dari Amelia namun ia sendiri menjalin kasih dengan Owen? Yang benar saja, mana bisa Aaron terima.

"Siapa yang kau sebut Cara Mia?" Suara Aaron terdengar begitu berat, menjawab pertanyaan Owen dari ponsel Ivee.

"Kau siapa?" Owen merespon disebrang sana.

"Berhenti menghubungi Ivee, ia sedang tidur." Jawab Aaron dengan tenang, tentu ia sadar bahwa ia telah membuat Owen berpikir yang tidak-tidak mengenai Ivee, tapi mana ia peduli, jika Ivee bisa menyuruhnya untuk putus dari Amelia maka ia pun bisa bersikap sebaliknya.

Tanpa menunggu respon lagi Aaron memutuskan panggilan dan mulai mengutak-atik ponsel Ivee, ia ingin mencari tau, apa hubungan Ivee dengan Owen sebenarnya.

TBC

Semoga sebelum maret habis ini work dah kelar yah, aing sejujurnya sudah hopeless banget sama work ini 🤣

AeilsyIr

The Shadow - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang