Hari berlalu dengan cepat hingga akhirnya sudah 2 minggu dari kejadian The Shadows menyambangi markas The Snakes dan juga Aaron yang sudah diperbolehkan untuk pulang meskipun ia masih harus menggunakan penyangga lengan dihari-harinya.
Kedekatan Ivee dan Aaron seperti one side love dari Aaron karna meskipun mereka adalah suami istri tapi pada dasarnya Ivee selalu bersikap cuek padanya dan hanya memperhatikannya untuk mengurangi rasa bersalah.
Aaron tau Ivee bertahan disana menjaganya, menemaninya dan mengurusnya hanya semata-mata untuk mengurangi rasa bersalah yang dirasakan Ivee pada kedua orangtuannya, tapi Aaron tentu tak merasa keberatan justru terkadang ia harus berpura-pura sakit agar Ivee semakin perhatian padanya.
Seperti pagi ini, Aaron membuka matanya dan melihat Ivee tengah tertidur disampingnya, yes mereka sudah tinggal bersama di apartment yang diberikan Julia dan Julian. Aawalnya Ivee enggan berbagi kamar dengannya namun dengan segala alasan yang dibuat Aaron akhirnya istrinya setuju untuk tidur dikamar yang sama.
Aaron menatap istrinya yang tertidur lelap, dengan perlahan Aaron menyingkirkan helaian rambut yang berada diwajah cantik Ivee dengan tangannya yang tak sakit. Aaron tersenyum kecil memandangi wajah Ivee yang sangat cantik, menawan dan penuh kelembutan jika sedang tidur.
"Maafkan semua hal yang sudah membuatmu terluka karna aku. Aku mencintaimu." Bisik Aaron dengan suara beratnya lalu mengencup kening Ivee penuh kasih namun secara perlahan takut membangunkan istri cantiknya itu.
Bukankah terlalu cepat bagi Aaron untuk mengatakan cinta pada Ivee yang bahkan baru ia kenal meskipun mereka sudah dijodohkan sejak lama, apalagi Aaron sempat menjalin hubungan dengan Amelia sebelumnya. Tapi cinta adalah cinta, perasaan yang bahkan tidak bisa Aaron atur, mungkin iya terlalu cepat untuknya mengatakan cinta pada Ivee tapi memang itu kejujurannya, setidaknya ia tidak berbohong tentang perasaannya, biarlah Ivee mau percaya atau tidak yang jelas Aaron yakin akan perasaannya ini.
"Berhenti membual." Aaron tersentak saat mendengarkan suara perempuan yang serak akibat baru bangun.
Aaron lantas menatap Ivee yang juga tengah memandangnya.
"Kau sudah bangun?" Aaron tentunya hanya berbasa-basi.
"Menurutmu? Apa aku harus menghajarmu lagi agar kau tau jika aku sudah bangun. Siapa yang mengijinkanmu untuk menciumku?" Pagi-pagi namun mood seorang Ivee sudah jelek.
"Tidak ada yang melarang seorang suami mencium istrinya sendiri. Jangan menghajarku lagi, kau tau bahwa ini menyiksakan?" Aaron harus menurunkan egonya dan menambah kesabarannya jika mau menghadapi Ivee.
Ivee berdecak kesal sambil berusaha bangkit dari kasur ingin keluar dari kamar, menjauh dari Aaron.
"Kau mau kemana? Jangan meninggalkanku sayang, kau tau aku tak bisa bergerak bebas dengan penyangga ini."
Tiba-tiba saja Ivee rasanya merinding mendengar Aaron memanggilnya sayang untuk pertama kalinya.
"Kepalamu terbentur?" Ivee menatap jengah Aaron yang masih berbaring diatas kasur memandangnya dengan tatapan lembut.
"Tidak, kau tidak menghajar kepalaku, hanya lengan, rahang, perut, punggung dan kaki. Jadi kepalaku baik-baik saja."
"Lalu apa yang membuatmu bertingkah seperti ini?"
"Seperti apa? Aku suamimu, sudah sepantasnya aku bermanja-manja denganmu dan juga memanjakanmu. Bukankah kau yang bilang bahwa kau tidak suka berbagi dengan yang lain, aku sudah milikmu seutuhnya dan secara sah sayang."
Ivee menggelengkan kepala, semakin hari Aaron semakin bertingkah konyol hingga Ivee putuskan untuk pergi ke kamar mandi saja, menghindari pria itu.
"Sayang." Panggil Aaron lagi dan kali ini pria itu sudah masuk ke kamar mandi tepat saat Ivee hendak melepaskan bajunya, bahkan ia sudah memperlihatkan perut rampingnya, astaga perasaan tadi ia sudah mengunci pintu itu.
"Apa yang kau lakukan Aaron?!" Pekik Ivee.
"kau menghindariku dan aku tak suka." Jawab Aaron yang sudah berdiri tepat dihadapan Ivee hingga membuat Ivee mundur namun segera ditahan oleh Aaron, tangan kekar Aaron sudah melingkar secara sempurna dipinggangnya, membawa Ivee semakin dekat dengan tubuh Aaron, Ivee bahkan bisa merasakan elusan lembut dipinggangnya akibat ulah Aaron yang membuatnya sampai membulatkan mata.
"Jangan menghindariku." Tegas Aaron tepat diwajah Ivee yang sedari tadi terdiam, merasa shock dengan apa yang terjadi.
"Sayang." Panggil Aaron untuk menyadarkan Ivee yang sedari tadi diam.
Ivee mengerjap beberapa kali untuk menetralkan otak dan pikirannya.
"Katakan padaku, apa yang membuatmu menghindariku? Kau belum puas untuk menghajarku? Ayo, hajar aku lagi sampai kau puas tapi setelah itu kau harus berjanji untuk tidak menghindariku lagi." Aaron berujar dengan lembut.
Oh Tuhan! Apa yang terjadi pada pria dihadapannya ini, bukan lebih dari itu, kemana semua mulut tajam dan kekuatannya sekarang, kenapa semua tiba-tiba membuatnya seolah lumpuh, belum lagi detak jantungnya yang sudah berpacu cepat, bisa dipastikan Aron juga pasti merasakannya karna tubuh mereka begitu dekat.
"Katakan sayang." Bujuk Aaron yang semakin membuat Ivee menggila, suara berat Aaron, elusan tangan Aaron pada pinggangnya, deru napas Aaron, detak jantungnya yang saling berlomba dengan milik Aaron, kedekatan mereka. Oh Tuhan! Selamatkan Ivee sekarang, ini bukan serangan jantungkan?
"Katakan atau aku akan menciummu." Ancam Aaron dan Ivee langsung gelagapan apalagi saat Aaron semakin mendekatkan wajahnya.
"Aku sudah puas menghajarmu." Ivee menjawab dengan berbisik dan tidak berani memandang Aaron, ia bahkan berusaha untuk memundurkan kepalanya untuk menghindari ciuman Aaron seperti ancaman yang diberikan pria itu.
"Lalu kenapa kau menghindariku?" Ivee tidak melihat wajah Aaron tapi ia bisa merasakan jika pria itu sedang menatapnya dengan intens.
"Kau bersikap aneh tiba-tiba dan aku rasa ini terlalu cepat." Cicit Ivee.
"Aku tak bersikap aneh sayang, aku bersikap layaknya seorang suami yang menunjukkan cintanya pada sang istri."
"Kau tidak mencintaiku."
"Aku mencintaimu."
"Tidak mungkin secepat itu."
Aaron mengerutkan keningnya, "Ini perasaanku dan aku yakin jika aku sudah mencintaimu, sangat!" Terang Aaron yang membuat Ivee menggigit bibir bawahnya seolah ia tak percaya dengan pernyataan Aaron.
"Aku masih ingat saat kau menolak perjodohan ini."
"Iya, waktu itu aku masih tolol seperti katamu."
"Kau juga begitu mencintai Amelia hingga bisa menendangku untuk membelanya."
Oh! Aaron mengerti sekarang, "Kau cemburu dengan Amelia?"
"Mana mungkin." Jawab Ivee dengan cepat.
Aaron terkekeh kecil mendapati sikap Ivee yang salah tingkah, "Kau cemburu padanya, tak apa, aku memahaminya, tapi aku akan menjelaskan padamiu. Aku tak pernah mencintai Amelia, hubungan kami dimulai hanya karna aku yang tak sanggup menolaknya yang terlihat begitu berusaha untuk mendapatkanku, tolol bukan? Dan membelanya? Katakanlah begitu tapi itu hanya sebatas rasa kemanusiaan, bukan rasa sayang, apalagi cinta. Hubunganku dengan Amelia memang terbilang lama namun aku benar-benar tidak menggunakan hatiku. Dan alasan aku menolakmu awalnya karna aku merasa kau begitu keras kepala dan dingin tapi siapa yang tau jika sekarang justru aku yang tergila-gila padamu karna sikap itu." Aaron melepaskan tangannya dari pinggang Ivee dan beralih kewajah mungil Ivee, membawa wajah itu untuk menatapnya sembari menjelaskan.
"Aku serius dan jangan berpikir aku bercanda. Untuk itu maafkan aku jika sempat membuatmu berpikiran buruk. Aku mencintaimu Ivee."
Ivee diam dan menatap mata Aaron mencari kebohongan namun nihil.
"Tapi sejak kapan?"
"Sejak mengetahui bahwa kau adalah Black."
"Kau mencintaiku karna aku adalah Black?"
"Aku semakin yakin mencintaimu saat mengetahui kau adalah Black." Ralat Aaron, "Jangan menghindariku lagi, aku tak suka."
Cup!
Aaron mencium bibir Ivee sekilas sebelum meninggalkan Ivee yang berdiri mematung.
TBC
Mulai ada romansanya yah.
AeilsyIr