Evylin memasuki sebuah kamar, yang katanya itu adalah kamar Putra Mahkota Arthur. Kamar itu di hias dengan sangat indah. Banyak kelopak bunga yang berterbangan, dan lilin lilin aroma terapi.
"Haisss, apakah jika sudah menikah sebuah kamar akan di hias semewah ini?" Tanya Evylin pada dirinya sendiri.
Dengan malas Evylin berjalan mendekat ke arah Rajang.
"Sial, bagaimana caranya aku membuka gaun ini?""Di kamar ini tidak ada Pelayan sama sekali. Jangankan di kamar ini. Di luar kamar bahakan di lorong saja aku tidak melihat Pelayan satu pun." Gumam Evylin masih terus berusaha membuka resleting gaunnya.
Saat tengah asik berusaha membuka Resleting gaunnya, tiba tiba pintu kamar terbuka dan seorang pria berjalan memasuki kamar itu.
Ceklek!
Evylin menoleh ke arah belakang. Ia melihat Arthur tengah berjalan masuk. Evylin terdiam mematung. Rasanya,, rasanya,, arghh!
Putra Mahkota Arthur terlihat menatapnya. Tapi, setelah beberapa detik kemudian, Pria itu memalingkan wajahnya.
Arthur mendekati sebuah laci. Lalu mengambil barang yang ada di dalamnya.
Setelah itu Putra Mahkota Arthur berjalan hendak keluar lagi.
Evylin menatap punggung pria itu yang hendak menjauh.
"Hey, tunggu!" Langkah Putra mahkota Arthur terhenti karena ucapan Evylin. Tanpa Menoleh, pria itu bertanya.
"Ada apa?" Evylin menggigit bibir bawahnya pelan.
"Kau---- ingin---- kemana?" Tanya Evylin. Putra Mahkota Arthur mengerutkan alisnya mendengar pertanyaan wanita yang baru saja menyandang sebagai istrinya.
"Ruang kerja."
"Ouh, kenapa?" Mendengar Pertanyaan aneh yang keluar dari mulut gadis itu, Athur hanya dapat menghela nafas sabar.
"Aku tau, kau tidak ingin seranjang denganku bukan? Maka dari itu. Aku akan di ruang Kerja. Kau beristirahatlah." Setelah mengatakan itu, Putra mahkota Arthur kembali menjalankan langkah kakinya yang tertunda.
"Tunggu!" Lagi dan lagi pria itu berhenti di ambang pintu.
"S-setidaknya kau bantu aku." Putra Mahkota Arthur menaikkan sebelah alisnya. Bantu?
"Bantu?"
"Ya, aku tidak bisa m-melepaskan kancing gaun ini. Jadi, t-tolong ba-bantu aku melepaskannya." Ucap Evylin sembari menunduk. Hey, jika ada pelayan tidak akan mungkin dia meminta bantuan pada Arthur.
"Jangan salah paham dulu! Aku sudah mencari Pelayan. Namun tidak----" ucapan Evylin terhenti saat Putra Mahkota Arthur sudah berada tepat di depan wajahnya.
"Berbalik."
"A-apa?" Entahlah kenapa. Rasanya, Evylin sangat gugup. Apa lagi di tambah jarak mereka yang sangat dekat. Membuat jantungnya berdetak kencang.
"Berbalik." Dengan cepat Evylin berbalik.
Putra Mahkota Arthur menahan nafasnya. Ia mengangkat lengannya. Lalu memegang pundak Evylin. Dan tangan satunya mencari Resleting gaun mewah itu.
Kancing kancing gaun itu sangat banyak. Resleting, kancing, dan beberapa tali yang di ikat di pinggang ramping Evylin.
Tidak Arthur bayangkan, betapa beratnya gaun ini. Belum lagi, korslet korslet yang ada, Ck.
Evylin meremang merasakan tangan hangat itu menyentuh pundaknya yang dingin. Ia membuang nafas pelan. Lalu bersikap biasa saja.
"Apakah sudah?" Tanya Evylin saat merasakan sedikit lega.
"Hm, ya." Balas Putra Mahkota Arthur. Arthur melepaskan tangannya dari pundak Evylin. Ia menengok ke arah samping. Lalu berbalik.
"Jika membutuhkan sesuatu, aku ada di samping kamar ini." Setelah mengatakan hal itu. Putra Mahkota Arthur benar benar pergi dari kamar itu meninggalkan Evylin yang menatap punggung Pria itu dengan tatapan bingung.
"Haisss, kasihan sekali kau harus tidur di ruang kerjamu. Sayangnya aku tidak mau tidur seranjang denganmu. Maafkan aku."
"Hal ini juga ku lakukan, agar kau tidak mencintaiku. Dan sakit hati, Arthur."
Putra Mahkota Arthur memasuki ruang kerjanya dengan tergesa gesa. Setelah sampai. Ia langung meminum air yang ada di sana.
Pria tampan itu duduk di sebuah kurisi. Lalu Arthur mengusap wajahnya kasar.
"Sial."
"Kenapa harus seperti ini." Gumam Arthur. Lagi lagi pria itu meminum air.
Ia menatap ke arah rembulan yang bersinar terang.
"Kau harus menjaganya Arthur. Bukan untuk melukainya. Ingat itu." Ucapnya sembari menatap Rembulan yang terang benerang.
Sedangkan itu, di kamar Putra Mahkota Colen dan Putri Rosela. Terlihat Putri Rosela yang tengah duduk dengan manis di Ranjang Putra Mahkota Colen.
Putri Rosela terlihat sangat cantik. Lekukan tubuhnya yang terlihat membuatnya tekesan nakal.
Ceklek!
Mendengar suara pintu yang terbuka. Putri Rosela langsung menatap ke arah pintu. Terlihat seorang pria berwajah datar memasuki kamar itu.
Putri Rosela dengan santai bangkit dari duduknya. Wanita itu berjalan mendekat ke arah suaminya.
"Yang mulia." Panggil Putri Rosela. Putra mahkota Colen meliriknya sekilas. Ia lalu membuka jas pernikahan yang ia gunakan.
"Anda sudah kembali. Hamba menunggu Yang mulia " ucap Putri Rosela sembari berjalan semakin dekat ke arah Putra Mahkota Colen.
Putra Mahkota Colen terlihat tidak menggubis. Pria itu malah terlihat mengambil sesuatu.
"Yang muli---"
"Jangan mendekat." Mendengar jawaban dingin itu. Putri Rosela pun terhenti. Ia menatap ke arah Putra Mahkota Colen bingung. Ada apa?
Tanpa mempedulikan ucapan Putra mahkota Colen, Putri Rosela berjalan ke arah Pria itu lebih dekat. Saat hendak menyentuh tangan Colen, dengan cepat Colen langsung menjauh dari Putri Rosela.
"Yang mulia, anda----"
"Aku peringatkan sekali lagi. Jangan pernah mendekat ke arahku. Aku masih sangat menghormatimu, tuan Putri." Setelah mengatakan hal itu. Dengan cepat Putra Mahkota Colen mengambil sebuah mantel.
Lalu pria itu berjalan pergi meninggalkan kamarnya.
Rosela menatap kepergian sang suami dengan tatapan kesal. Apa yang kurang darinya?! Kenapa ia tidak bisa melunakkan hati Putra Mahkota Zrack itu?!
"Arghh! Apa yang kurang dariku? Kenapa dia sulit sekali mencintaiku?"
"Kata ayah, aku cantik, aku pintar, d-dan aku berbakat. T-tetapi kenapa tidak bisa?! Apa yang kurang darikuu?!" Ucapnya dengan kesal.
Putri Rosela menatap dirinya dari pantulan cermin. Rambutnya yang berwarna hitam legam, bibir yang tebal seksy, tubuh udeal, pipi tirus, mata yang indah tajam. Apa yang kurang?!
Bahkan banyak Pangeran Pangeran di luar sana yang sering mengirimkan surat lamaran untuknya. Namun, namun kenapa Putra Mahkota Zrack mencampakkannya. Yang jelas jelas, dia adalah berlian yang sangat di inginkan banyak orang.
"Kenapaaa?"
"Jika tidak secepatnya Putra mahkota itu luluh. Aku bisa mati, karena Ayah."
Yuhuuuuu!
Muachhh!
Lopyuuu!
Sarangbeooo!Papayyyy!
KAMU SEDANG MEMBACA
Evylin (S2)
Historical FictionKisah seorang Evylin Valentine Laezeno, ya Putri dari Duke Leazeno dan Duchess Leazeno.kisah Evylin yang terus mencoba mengejar Cinta Pertamanya, tanpa mempedulikan hati sang Suami yang sangat mencintainya. Bagaimana jadinya jika cinta pertama gadis...