Seorang pria terlihat menyesap teh di tangannya dengan tenang. Di depannya, terdapat seorang kesatria bayangan yang menggunakan tudung serta pakaian serba hitam.
"Bagaimana?"
"Hamba belum mendapatkan informasi apapun, Tuan muda." Pria itu mengangguk faham. Jemari lentiknya meletakkan cangkir teh nya secara perlahan.
"Namun, hamba mendapatkan kertas ini, Tuan muda." Kesatria bayangan itu mengeluarkan sebuah kertas dari balik saku bajunya.
'Pria itu melihat kertas tersebut. Lalu ia mengambil kertas tersebut.
"Kertas ini merupakan seperti struk pembayaran. Yang dimana, mereka membeli Racun Vlibnogan." Si pria berparas tampan itu mengerutkan alisnya. Ia tidak pernah mendengar jenis racun ini.
"Vlibnogan? Aku tidak pernah mendengar nama racun ini." Gumam Pria itu.
"Untuk apa Racun aneh ini?"
"Hamba sendiri tidak tau, Tuan muda. Sama hal nya dengan anda. Hamba juga tidak pernah mendengar nama Racun ini."
"Hm, sepertinya Racun ini bukan berasal dari Benua ini."
"Tugasmu sekarang, cari taulah apa kegunaan Racun ini, dan apa dampaknya." Ucap pria itu. Sang kesatria bayangan mengangguk. Dalam sekejap mata, ia menghilang meninggalkan sedikit asap asap hitam.
"Racun Vlibnogan, Hm?" Pria itu berseringai.
"Kita lihat, sehebat apa kau menyembunyikan bangkai dari indra penciuman ini." Gumamnya. Wajah datar dan dingin yang melekat di wajahnya seketika hilang kemana. Tergantikan dengan senyum manis dan wajah tenangnya.
Pria itu bangkit lalu pergi menuju kediaman teman nya.
🐤💨💨💨
"Tenanglah, mereka baik baik sajaaa."
"Tapi, aku khawatir akan putriku."
"Cia, walaupun begitu. Aku mengenal dengan baik bagaimana karakter Putra Mahkota kerajaan ini."
"Tolvar, tetapi---"
"Biarkan saja. Biarkan Evylin yang menghadapi masalahnya sendiri. Evy sudah besar. Dan aku tau,"
"Bahwa Putri kecilku dapat mengatasi masalahnya sendiri." Ucap Duke Erland sembari menatap manik istrinya.
Clay mengangguk faham. Semoga saja. Itu lah yang ia harapkan. Bagaimana pun juga, Evylin masih sangat labil.
"Evylin tidak sebodoh itu sampai harus berbuat kotor, Cia." Lagi dan lagi Clay hanya dapat menganggukkan kepalanya.
Sedangkan itu, Edylin melangkahkan kakinya menuju taman Kediaman Leazeno.
Kata pelayan Pribadinya, William dan Putri Livia mengunjunginya. Dan mereka berada di taman Kediaman ini.
Dengan malas Edylin berjalan ke taman itu. Taman yang jaraknya cukup jauh dari kamarnya. Sebenarnya ia malas sekali keluar jika siang hari seperti ini. Ia lebih menyukai membaca buku di kamar jika tengah siang hari seperti ini.
Matanya menatap dua orang berbeda jenis tengah mengobrol. Terapi, terlihat dari sang wanita yang berbicara dengan sedikit tinggi, dapat Edylin simpulkan jika mereka kembali bertengkar.
"Ada apa?" Tanya Edylin sembari duduk di salah satu bangku. William dan Putri Livia sontak kembali menjadi anggun.
"Tidak ada." Jawab William sembari tersenyum tipis. Edylin menatap William kesal.
"Lantas? Kenapa kalian datang ke kediamanku?" Tanya Edylin dengan malas.
"Kami ingin mengajakmu bermain. Oh, tidak tidak tidak. Kami ingin mengajakmu mengerjai seseorang." Ucap Putri Livia sembari tersenyum misterius. Edylin mengerutkan alisnya. Ia menatap William yang terlihat sama. Tersenyum misterius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evylin (S2)
Fiksi SejarahKisah seorang Evylin Valentine Laezeno, ya Putri dari Duke Leazeno dan Duchess Leazeno.kisah Evylin yang terus mencoba mengejar Cinta Pertamanya, tanpa mempedulikan hati sang Suami yang sangat mencintainya. Bagaimana jadinya jika cinta pertama gadis...