44. Pesta syukur

701 67 0
                                    

"Siapa kau?!" Hera menatap 4 orang berjubah hitam di depannya dengan pandangan waspada.

"Tenang saja, Lady Scoald. Kami tidak akan membunuhmu, Lady." Hera mengerutkan keningnya. Hera menjawab masih dengan waspada.

"Apa maksud kalian kerja sama?" Tanya Hera dengan tampang bingung sekaligus waspada. Salah satu dari mereka tersenyum smirk. Lalu berjalan mendekat ke arah Hera.

Hera menatap orang berjubah hitam itu dengan pandangan tidak percaya. "Haha, mungkin kau tidak akan percaya, Lady. Jika dia menghianatimu." Ucap yang lainnya. Hera mengepalkan tangannya. Namun, ia harus bersikap biasa saja.

"Aku tidak percaya Erick seperti itu. Kalian tidak dapat memfitnah kekasihku yang tidak tidak jika kalian tidak ad---"

"Bukti? Bukankah ini sudah cukup sebagai bukti Lady?" Kaki Hera rasanya melemas saat melihat sebuah gambar yang melihatkan Erick dan--- P-Putri dari Raja Eros. Mereka---- Mereka tengah----

"Bukankah ini sudah cukup?" Hera menatap mereka dengan tatapan kosong. Hera mengedipkan edipkan matanya dengan cepat. "S-siapa kalian sebenarnya?" 4 orang berjubah hitam itu tersenyum. Hera dapat melihat senyum itu. Karena, tudung dari jubah hitam mereka, hanya menutupi wajah mereka sampai Pangkal hidung saja.

Perlahan, tudung jubah itu terbuka. Melihatkan wajah dari keempat orang berjubah hitam itu.

Hera terkejut, tentu saja. Ia mengenal keempat orang itu. Mereka adalah orang orang tinggi masa depan. "K-kalian?"

"Mau berkerja sama dengan kami?---- Hera?"

🐥💨💨💨

Evylin membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah Putra mahkota Arthur yang tengah menatapnya dengan intens.

Evylin yang di tatap seperti itu bingung. Namun, Evylin mencoba bersikap biasa saja.

"Ekhm, ada apa? Kenapa kau kenatapku seperti itu?" Arthur yang mendengar berdhm canggung. "Tidak ada." Balasnya. Pria itu hendak bangkit namun, tangannya di tahan oleh Evylin.

Putra mahkota Arthur menoleh bingung. "Apa?"

"Kau ingin kemana?" Tanya Evylin. "Aku harus menemui ayah." Evylin mengerutkan alisnya. "Ada apa?" Tanyanya. Pasti ada sesuatu yang harus Arthur bicarakan jika ia berkata harus bertemu Raja.

"Keberangkatan ke Kerajaan Zrack."

"Kerajaan Zrack? Kenapa? Memang----"

"Penyambutan kelahiran Putra dari Sepupu." Ah, Evylin faham sekarang. Eh? Tunggu! Memangnya Putri Rosela sudah berapa bulan? Kenapa rasanya cepat sekali?

"Memangnya Putri Rosela sudah berapa bulan?" Arthur menghela nafas. "aku tidak peduli akan itu. Namun, mereka akan segera menyambut kehadiran bayi kecil di antara keduanya." Setelah mengatakan hal itu, Arthur langsung keluar dari kamar.

Evylin mematung. Ia merasa, ia tersindir. Apakah pria itu juga ingin mempunyai bayi kecil?

Ah, baiklah.

Mari kita buat dari adonan terigu.

"Apapun yang kau mau. Akan aku turuti, karena aku ingin menjadi istri yang baik untuk suamiku itu." Ucapnya dengan tulus.

🐥💨💨💨

Sedangkan itu, Ratu Jasmin tengah memandang ke arah gerbang istana yang tertutup Rapat. Ia sangat merindukan Putrinya itu. Kediaman Jamet putrinya sangat sepi. Setiap kali ia datang ke kediaman Jamet milik putrinya, kediaman itu terlihat sangat tenang.

Namun, baginya sangat tidak asik sama sekali jika kediaman Jamet milik Livia tenang.

"Dimana putriku itu? Aku merindukannya." Gumam Ratu Jasmin. Sudah 3 bulan Livia tidak kembali ke Kerajaan.

Evylin (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang