36. Argus Edelworst

785 78 1
                                    

"Aku mendapatkan sedikit informasi, jikalau Hera Scoald adalah putri angkat Argus. Hera adalah anak dari mentri kerajaan Emerald."

"Argus dan ayah dari Hera bersahabat, yah walaupun Ayahnya dan Argus berpaut umur yang sangat jauh. Ayah Hera menerima pembantaian, dan alhasil kedua orangtuanya mati di tangan pembantai. Karena kasihan akan nasip putri temannya. Argus merawat Hera. Dan, yah. Hera adalah anak angkat dari Argus."

"Namun, aku tidak tau siapa yang membantai keluarganya itu. Hanya itu informasi yang aku dapat." Putri Livia mengangguk faham setelah mendengar ucapan Edylin.

"Oya, apa kau tau Edylin? Pelayan dari kediaman ibunda melihat siapa wanita yang keluar dari kamar Raja Eros saat itu." Dengan semangat Putri Livia menceritakan apa yang ia tau pada Edylin.

"Gadis ber-rambut biru. Pakaiannya layaknya rakyat biasa. Namun, Rakyat kalangan atas." Edylin mengangguk faham. Edylin terlihat tersenyum smirk. "Itu dia."

"Hera?"

"Ya, dia adalah Hera Scoald. Pasti wanita itu menyamar menjadi pelayan dari kerajaan mereka."

"Sialnya sampai sekarang kesatria ku belum mengetahui dimana keberadaan Hera Scoald."

"Tetapi Edylin, kata pelayan ibunda. Surai rambut 'Hera Scoald' mirip sekali dengan Lady Ilvana."

"Ilvana?"

"Ya. Ilvana Erothan." Putri Livia menatap Edylin. "Edylin, selama ini kita tidak pernah melihat ibu dari Ilvana bukan? Apakah Hera adalah ibu dari Ilvana? Tetapi, yang memiliki surai berwarna biru sangatlah banyak."

"Keluarga lady Ilvana sangatlah misterius."

Tok!

Tok!

Tok!

"Masuk!" Pintu Kediaman jamet milik Putri Livia terbuka. Terlihat salah satu pelayan masuk ke dalam. Pelayan itu terlihat sangat seneng.

"Salam tuan Putri, salam Lady Leazeno." Putri Livia mengangguk malas. "Katakan apa yang kau dapatkan?" Tanya Putri Livia. Pelayan itu berjalan mendekat. Lalu mengeluarkan sebuah kertas dari saku bajunya.

Edylin mengambil kertas itu. Putri Livia menatap ekspresi Edylin. Edylin mengangguk singkat. Putri Livia lun memberikan 10 koin emas pada si Pelayan.

"Kerjamu bagus. Carilah bukti yang lain. Jangan sampai 'Istri' dari Pria tampan pertamaku tau." Pelayan itu mengambil koin yang si sodorkan dengan senang hati.

"Baik yang Mulia, tuan Putri. Kalau begitu hamba permisi Tuan putri dan lady." Setelah di perbolehkan pergi. Pelayan itu langsung pergi entah kemana.

"Erick Warker? Aku tau siapa pria itu. Dia adalah pengusaha yang sederhana. Namun berpitensi tinggi bagi kerajaan. Hm, dan aku tau apa yang beberapa bulan lalu ia lakukan."

🐥💨💨💨

William menatap pantulan dirinya di cermin. Ia tersenyum manis. "Kau sangat hebat William. Dalam hitungan hari. Kau sudah mendapatkan informasi yang sangat bagus."

"Pasti semua ini akan segera berakhir." Gumamnya.

"William?" Merasa namanya di panggil, William berbalik. Ia berjalan ke luar kamar mendengar suara wanita yang paling ia cintai memanggil namanya.

"William? Kau dimana?" William tersenyum tipis mendengar hal itu.

Greb.

"Ada apa?"

"Apa ibu merindukanku?" Tanya William sembari memeluk ibunya penuh sayang. Jenny yang mendapatkan pelukan itu spontan langsung menengokkan sedikit kepalanya.

"Anak nakal ini." Gerut Jenny sembari mengelus pipi Putranya penuh sayang.

"Ayo putraku. Ayah sudah menunggu." William melepas pelukannya. William mengangguk. "Dengar nak. Jangan terlalu memikirkan apa yang seharunya tidak kau ikut campuri."

"Biarkan mereka yang melakukannya sendiri. Mereka bisa melakukannya William. Kau dan yang lainnya hanya perlu memberikan semangat." William tersenyum sembari mengangguk.

"Ibu, demi dirinya. Apapun akan aku lakukan. Lagi pula Colen adalah teman masa kecilku bukan?"

"Baiklah. Jika ada yang kau butuhkan. Pintalah pada ibu. Apa kau faham, hm?" William mengangguk. "Baiklah Ayo, tanyakan pada ayahmu." William mengangguk. William memberitahu ayah dan ibunya mengenai sosok Argus.

Karena, baginya sang ayah tau tentang sosok Argus.

William memasuki ruangan ayahnya. Dl dalam sana terdapat Josft tengah membuka sebuah kertas. "Duduklah, William." Ucap Josft tanpa menatap sang Putra. William duduk di deoan Ayahnya. Josft meletakkan kertas yang ia bawa. Ia lalu menatap Putranya.

"Argus? Kau ingin bertanya tentang Pria itu bukan?" Tanya Josft. William mengangguk membenarkan.

"Baiklah. Dengarkan ayah baik baik."

"Argus Edelworst adalah salah satu kesatria yang sangat setia di Kerajaan Emerald. Pria itu sangat setia. Dia berteman dengan Renard Scoald Avanjlo, ayah dari Hera Scoald. Renard dan Argus berpaut jauh, sekitar 20 tahun."

"Pasti kau tau tentang kematian Renard pedana mentri Kerajaan Emerald bukan?" William mengangguk.

"Karena insiden itu, Hera di ambil alih oleh Argus. Argus bukan setia pada Raja Eros. Namun, Argus setia pada Kerajaan Emerald. Karena raja telah terganti. Ia pun harus setia pada raja berikutnya."

"Hera yang saat itu berumur 15 tahun, di asuh oleh Argus yang berumur 34 tahun."

"Entah bagaimana ceritanya, selama beberapa tahun terakhir. Hera tidak di ketahui keberadaanya. Namun, banyak bangsawan yang pernah melihatnya. Tetapi hal itu tidak bisa di buktikan. Karena setelah Bangsawan yang melihat keberadaan Hera, bangsawan itu tidak lagi memiliki lidah." William mengerutkan alisnya.

"Menurut beberapa orang, Hera di lindungi oleh Raja Eros, si tua Bangka Egois. Apa kau tau William? Banyak yang ingin membunuh tua bangka itu. Namun, Eros bukanlah lawan yang mudah. Membuat hal itu menjadi angan angan semata."

"Banyak juga yang berkata, bahwa Hera tengah berusaha mengambil kembali haknya sebagai Putri Perdana mentri terdahulu. Karena raja Eros tidak memberikannya hak atas harta ayahnya dulu." William mengangguk faham.

"Apa ayah tau dimana keberadaan Putri angkat Argus Edelworst itu?"

"Tidak."

"Putraku. Ayah peringatkan jangan melangkah terlalu jauh. Raja Eros bukanlah lawan yang mudah." William terdiam. Berarti, Umur Hera Scoald, ayah, dan ibu itu sama?

"Apa ada yang ingin kau tanyakan lagi?"

🐥💨💨💨

Sedangkan itu. Argus Edelworst terlihat tengah menatap seorang wanita cantik yang sangat ia sayangi.

"Hera,"

"Ayah aku tidak akan berhenti. Aku akan tetap melakukannya."

"Hera, tetapi berbahaya. Raja Eros itu berbahaya."

"Aku hanya ingin mengambil hakku. Dengan cara menaklukannya." Ucap wanita itu.

"Aku tidak peduli jika Putriku tidak memiliki sosok ayah. Aku tidak peduli. Lagi pula, aku masih memiliki Erick ayah. Dia bisa menjadi ayah untuk putriku." Argus mengepalkan tangannya.

"Hera!"

"Sudah Cukup tuan Argus! Sudah cukup! Sudah cukup sampai di sini. Cukup bertindak kalau kau adalah ayah kandungku. Sudah cukup. Jangan beranggapan kalau dirimu benar benar ayahku. Itu tidak akan terjadi."

"Jadi sudah cukup. Aku tidak ingin terlibat lagi padamu." Wanita berumur 39 tahun itu menatap ayah angkatnya, yang sialnya masih sangat tampan. Argus terdiam. Pria itu mengepalkan tangannya.

"Baiklah, aku persilahkan apa yang ingin kau lakukan. Aku persilahkan padamu. Namun ingat, tidak semua yang diinginkan oleh manusia akan berjalan mulus." Setelah mengatakan hal itu. Argus langsung pergi meninggalkan Putri angkatnya.

"Sialan!" Hera mengumpat. Rasanya nasibnya sangat sangat sial! Jika bukan karena ingin mengambil haknya. Tidak mungkin ia mau berdekatan dengan si tua bangka sialan itu!

Evylin (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang