24. Mengambil Kehormatan

1.2K 81 0
                                    

Seorang pria membuka matanya. Rasanya, kepalanya sangat sakit. Sebenarnya, apa yang ia lakukan? Bukankah, tadi malam ia hanya makan malam atas undangan 'istri' nya itu?

Ya, dia adalah Putra mahkota Zrack. Colen merasakan kepalanya amat sangat sakit. Namun, ia bingung. Kenapa kepalanya sangat pusing?

Lagi, kenapa ia merasa ia berada di kamarnya? Bukankah sekarang ia sudah tidak tidur di kamar ini lagi? Namun?

"Dimana atasanku?" Gumamnya sembari menatap tubuhnya yang tidak menggunakan atasan.

Putra mahkota membuka selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Lagi dan lagi, ia merasa bingung.

Ia masih menggunakan celana. Namun, celana yang ia gunakan adalah celana putih bersih. Celana yang biasanya di gunakan saat ia ingin mandi. Kenapa---

"Anda sudah bangun yang mulia?" Suara lembut itu membuat Putra mahkota Colen menoleh kearahnya.

Di depan pintu. Terlihat Putri Rosela dengan wajah kecewa yang sangat tertara jelas di wajah cantiknya.

Ada apa dengan wanita itu? Batin Colen merasa bingung. Biasanya, Rosela akan menampakkan senyum manisnya. Namun kali ini, sedikit berbeda. Walaupun ia melemparkan senyum. Tetapi, senyum itu terlihat sangat terpaksa dan sangat di paksakan.

Dengan malas, Putra mahkota Colen menyibak selimut yang menghangatkannya. Ia hendak berjalan keluar.

Namun tertahan. Saat mendengar suara tangisan Putri Rosela.

"Hiks, Y-yang mulia." Ia berhenti. Pria itu akan mendengarkan apa yang di ucapkan wanita di sebelahnya. Tanpa menoleh.

"Y-yang mulia, a-anda---"

"Jangan bertele tele."

"A-anda---" dengan kesal Pria itu menatap wanita di sebelahnya.

"Aku bilang, jangan bertele tele!" Saat menatap wajah Putri Rosela. Yang di lihat putra mahkota Colen adalah tatapan wanita itu, yang seakan---

"Anda telah mengambil kehormatan saya, Yang mulia." Ucapnya dengan air mata yang menetes. Putra mahkota Colen tertegun.

Yang benar saja! Sejak kapan ia menyentuh wanita di depannya?! Menganggapnya sebagai istri saja malas. Apa lagi sampai menidurinya!

"Kau jangan bercanda."

"Saya sedang tidak berkhayal yang mulia. Ini kenyataan. E-entah apa yang terjadi pada anda---- n-namun---"

"I-inilah yang terjadi! Anda memaksa saya, Yang mulia! Hiksss, s-saya hancur! Hiksss, hancur!" Putri Rosela menangis sembari menceritakan apa 'yang terjadi' pada mereka tadi malam.

"Kau---- aku tidak pernah menyentuhmu!" Elak Putra mahkota Colen.

"Yang Mulia! Itu kenyataan! A-anda tidak melihat bercak merah itu! Itu kenyataan! Hiksss!" Tunjuk Putri Rosela pada ranjang yang tadi di tempati oleh Putra mahkota Colen.

Putra mahkota Colen menatap rajang itu. Benar, terdapat apa yang di bulang oleh Putri Rosela. Jadi-----

"Kau----"

"Hiksss, apa yang harus aku lakukan? A-apa? A-anda harus bertanggung jawab! Y-ya. H-harus!" Ucap Putri Rosela dengan gugup.

Putra mahkota Colen mengepalkan tangannya dan mengeraskan rahangnya. Tanpa membalas ucapan Putri Rosela. Pangeran tampan itu langsung pergi meninggalkan wanita itu.

Setelah kepergian Putra mahkota Colen. Putri Rosela langsung menghentikan tangisnya. Dengan mata sembap ia menatap ke arah pintu kamar.

Ia menghapus air matanya, lalu berjalan menuju ranjang.

Evylin (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang