27. Pelampiasan?

807 87 3
                                    

"Aku tidak melakukannya Ayah!"

"COLEN!"

"Ibunda, percayalah padaku." Ucap Putra mahkota Colen dengan wajah memelas. Ratu Grace menggelengkan kepalanya, kenapa putranya jadi seperti ini ya Dewa?

"Berani berbuat, berani bertanggung jawab, Putra mahkota. Itulah Prinsip seorang kesatria." Dengan tegas Raja Regan berkata. "Dan kau melakukannya."

"Ayah, sudah berkali kali aku mengatakan. Aku tidak pernah menyentuh wanita itu." Putra mahkota Colen menunjuk putri Rosela.

Melihat hal itu, membuat Ratu Grace naik pitam. "Ibunda tidak pernah mengajarkan mu berbuat yang tidak sopan, Yang mulia." Putra Mahkota Colen terdiam.

Putri Rosela menundukkan kepalanya. Raja Regan menatap Putri Rosela. "Berapa usia kandunganmu?" Tanya Raja Regan. Putri Rosela menatap Raja Regan.

"Hamba menjawab Yang mulia. Usia, kandunganku sudah satu minggu Yang mulia Raja." Ucap Putri Rosela sembari menunduk takut. Ia sangat takut saat melihat mata tajam Raja kerajaan Zrack itu. Matanya sangat tajam. bahkan ia bisa merasakan, jika Raja Regan dapat melihat gelagat orang yang tengah berbohong.

Raja Regan mengerutkan alisnya. Ia lalu mengangguk. "Colen, Putraku. Aku tidak pernah mengajarkanmu menjadi Pria brengsek." Dingin Raja kerajaan Zrack itu.

Putra mahkota Zrack masih terdiam. Ia tidak membalas. "Yang dapat wanita pegang dari seorang pria adalah perkataan dan tindakannya,"

"Jika perkataanya tidak dapat di pegang. Maka begitu pula dengan sebaliknya." Putra mahkota Colen diam. Benar apa yang di ucapkan ayahnya. Ia tidak dapat memegang perkataannya pada Evylin. Lantas, bagaimana dengan tindakannya nanti?

Berita tentang kehamilan Putri Rosela sudah menyebar luas. Bahkan, berita itu sampai ke telinga kerajaan lain. Kini, berita itu sudah sampai di telinga Calon ratu kerajaan Azquella.

Evylin menatap pantulan dirinya di cermin. Tadi, saat ia tengah di rias oleh Pelayan pribadinya. Pelayan itu berkata.

"Aku dengar, Putra mahkota Zrack akan segera memiliki anak Yang mulia." Ucap Pelayan pribadinya mengajak dirinya membicarakan orang lain.

Evylin mengerutkan alisnya mendengar hal itu. "Anak?" Tanya Evylin memperjelas ucapan Pelayannya itu.

"Benar Yang mulia. Aku mendapatkan kabar dari saudaraku yang berkerja di kerajaan tetangga itu. Ia berkata, Yang mulia Putri Rosela tengah mengandung anak dari Putra mahkota Zrack. Usianya baru menginjak satu minggu." Jelas pelayan itu sembari menyisir rambut indah bergelombang milik Evylin.

Evylin merasakan dadanya sesak. Apa yang harus ia lakukan? Bagaimana sekarang? Pria yang ia damba dambakan, pria yang ia idam idamkan akan menjadi seorang ayah? Ayah dari anaknya dengan wanita lain?

Bagaimana dengan dirinya yang selalu menunggu pria itu? Evylin meratapi nasibnya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Melupakan? Apakah bisa secepat itu Evylin melupakan Sosok yang selalu ia sukai ia kagumi sedari dulu?

Evylin menghela nafas. Evylin menunduk. Namun, tak lama ia kembali mendongak menatap pantulan dirinya di Cermin besar itu.

"Bolehkah aku menjadikan Arthur sebagai tameng ku saja? Menjadikannya sebagai pelindungku?"

"Membuat perasaan ini hilang? Bolehkan aku bersikap egois?" Dalam istilah lain, Evylin ingin menjadikan Putra mahkota Arthur sebagai pelampiasan. Namun, bolehkah ia melakukannya?

Evylin menghela nafas. "Maafkan aku Arthur. Harapanku sudah pupus. Aku akan mencoba menerimamu. Walaupun perasaanku masih tertuju padanya." Gumamnya.

Ceklek!

Evylin (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang