31. Membeli hadiah

788 87 0
                                    

"ARTHURRR! KEMBALI KAU!" Mendengar teriakan Evylin. Putra mahkota Arthur mengangkat satu alisnya. Pria itu tertawa pelan. Lihatlah bagaimana bucinnya pria satu ini? Sudah di lukai, namun masih bisa tertawa.

Greb!

Merasakan kain lembut yang memeluk tubuhnya. Putra mahkota Arthur langsung berhenti. Ia menolehkan kepalanya ke arah belakang. Terlihat Evylin yang tengah memeluknya di batasi oleh Selimut.

"Kembali ke kamar! Aku akan membantumu!" Putus Evylin sembari membenarkan Selimut di tubuh Pria itu.

Putra mahkota Arthur mengangkat sebelah alisnya melihat Evylin yang celingak celinguk seakan mencari sesuatu.

"Huh, untungnya tidak ada pelayan yang berlalu lalang di kediaman ini. Sekarang ayo kembali." Evylin menarik tangan Putra mahkota Arthur layaknya menarik anak nakal yang tidak ingin pulang jika tidak di datangi oleh sang ibu.

Putra mahkota Arthur menurut saja. Lagi pula, tadi ia hanya bercanda. Tidak mungkin ia meminta wanita lain membantunya menggunakan pakaian. Apalagi wanita itu Putri Oliv. Tidak akan, camkan itu!

Ia hanya menggoda istrinya. Tidak lain. Namun, nyatanya Evylin terbakar amarahnya. Ia juga bisa menggunakan pakaiannya sendiri. Tidak mungkin seorang Putra mahkota yang akan menjadi raja tidak bisa menggunakan Pakaiannya sendiri.

Ia raja masa depan. Tentunya tidak boleh manja dan bergantung pada orang lain. Ia juga harus mandiri. Itu sangat penting bagi seorang raja.

🐥💨💨💨

Saat ini Kerajaan Azquella tengah mempersiapkan sebuah pesta. Pesta yang akan di hadiri banyak tamu tentunya.

Satu minggu lagi adalah pesta ulang tahun Putri dari kerajaan ini. Yaitu Putri Livia.

Evylin dan Putra mahkota Arthur tentunya bukan hanya sekedar bermalas malasan di kerajaan Grogli. Mereka juga tengah mencari hadiah yang bagus di kerajaan itu.

"Em? Bukankah gaun ini indah Arthur?" Tanya Evylin sembari memegang gaun di depannya. "hm." Balas pria itu singkat.

Evylin menghela nafas. Lalu mencari hal yang lain. Gaun pastinya Putri Livia sudah memiliki banyak. Gaun miliknya juga indah indah, dan tentunya harganya sangat Fantastik.

"Ah, gelang ini indah." Gumam Evylin. Gelang dengan batu giok berwarna merah kecil dan tali gelang berwarna emas tipis. Sangat cantik!

"Aku menyukai gelang ini. Tolong bungkus tiga untukku. Satu yang berwarna Merah delima, satunya yang berwarna biru, dan satunya berwarna ungu muda." Ucap Evylin sembari menunjuk tiga gelang itu.

Pemilik toko tersenyum manis.
"Pilihan anda sangat bagus Lady. Namun, harga gelang ini sangatlah mahal. Karena, batu giok yang digunakan adalah batu giok yang langka." Ucap si pemilik toko ramah.

Putra mahkota Arthur menatap pemilik toko itu kesal. Apakah dia kira aku tidak dapat membayar semua ini? Ck!

"begitu. Memangnya, berapa harga gelang ini?" Tanya Evylin.

"Untuk satu gelang memiliki harga kisaran 370 koin emas lady." Evylin menatap gelang itu takjub. Memang, ada barang ada harga. Tidak urung jika harganya mahal begitu.

"Ah, baiklah. Kalau begitu, aku ingin dua saja. Yang berwarna merah dan berwarna bi----"

"Ambilkan 3 gelang itu. Jika ada, satu set dengan kalungnya." Evylin menatap ke arah pria di sebelahnya. Apa apaan dia?! Evylin tau, pria itu seorang Putra mahkota. Namun, tidak begitu juga caranya.

"Baiklah, Tuan." Setelah mengatakan hal itu. Pemilik toko langsung mengemas semua pesanan yang Putra mahkota Arthur pesan.

"Kenapa kau membeli dengan kalungnya?" Tanya Evylin. Putra mahkota menatap Evylin. "aku tidak akan memberikan barang murahan pada adikku." Evylin mengerucutkan bibirnya kesal.

"Dengar ya, Yang mu---" ucapan Evylin terputus saat Putra mahkota Arthur meletakkan jari telunjuknya di bibir kecil milik Evylin.

"Sttt, ingatlah kita sedang berada di mana." Bisiknya. Evylin mengejapkan matanya. Lalu menepis tangan Putra mahkota Arthur yang masih berada di bibirnya.

"Ck. Ekhm! Dengar ya Suamiku! Aku ingin membelikan hadiah untuk teman baikku menggunakan uangku sendiri. Karena itulah, aku hanya membeli gelang." Ucap Evylin dengan kesal. Putra mahkota mengangguk saja.

"Aku suamimu. Sudah menjadi kewajibanku untuk memenuhi semua keinginanmu." Putra mahkota Arthur berbicara tanpa memandang Evylin yang terdiam. Telinga pria itu memerah karena mengucapkan hal tersebut.

"A-ah, y-ya. Kewajibanmu." Ucap Evylin terputus putus. Entah mengapa ia merasa hal janggal.

"Lady, Tuan. Ini, silahkan. Perhiasan yang kalian inginkan sudah aku masukkan ke dalam kotak ini." Ucap si pemilik toko tiba tiba datang.

"Berapa?" Tanya Arthur dengan datar. Ia masih kesal pada pria tua itu! Pria tua itu seakan merendahkannya tadi! Ck, tidak tau saja dia. Jika ia ini adalah Putra mahkota kerajaan Azquella. Kerajaan besar.

"Ah, tunggu sebentar." Pemilik toko terlihat tengah menghitung. Penjual toko itu lalu melihatkan hasil itungannya.

"Totalnya menjadi 3.720 koin emas tuan. Harga kalung ini kisaran 870 koin emas, dan gel---"

"Tidak perlu di jelaskan. Ini." Putra mahkota Arthur langsung memberikan 4 kantong besar. Di dalam kantong itu terdapat banyak koin emas pastinya. Penjual toko tersenyum manis.

"Terimakasih telah datang Tuan, dan Lady. Senang kalian bisa datang kesini." Ucapnya dengan sopan. Evylin mengambil kotak itu. Ia sebenarnya sedikit merasakan sakit hati, saat mendengar total jumlah perhiasan itu.

Walaupun toko satu ini terlihat sederhana di luar. Namun, di dalamnya sangatlah mewah dan cantik. Apa lagi, barang barang yang mereka jual.

Sebenarnya tidak menyesal juga jika membayar mahal. Karena kalung yang ia beli sangatlah indah. Bati giok yang digunakan juga terlihat bukan batu murahan. Terlihat mahal dan berkelas.

"Huh, mahal sekali totalnya. Namun, barang yang kita dapat sangat bagus." Putra mahkota Arthur melirik Evylin.
"Mahal? Kau meremehkanku sebagai seorang Putra mahkota?"

"Ck, semua itu tidak ada apa apanya bagiku. Jika kau menginginkan toko itu. Akan aku belikan untukmu. Saat ini juga." Evylin melongo. Gadis itu menggelengkan kepalanya membuang jauh jauh pikiran jahanam yang masuk ke dalam otak kecilnya.

"Hm, terserahmu saja.  Aku bukan wanita boros yang suka membuang buang uang hanya karena perhiasan ataupun gaun. Aku tidak terlalu membutuhkan itu."

"Oya? Benarkah? Bagus." Evylin mengeritkan alisnya. Yah bagus.

"Bagus? Yah, aku tau. Itulah aku. Pintar dalam berfikir." Ucapnya menyombongkan diri.

"Hm, bagus. Jika begitu, aku dapat membelikan Putri Oliv gaun dan sebag----"

"ARTHUR!" Teriakkan menggelegar itu membuat beberapa rakyat serta bangsawan yang berada di pasar itu menatap ke arah mereka dengan tatapan aneh.

"M-maafkan aku." Ucap Evylin sembari menunduk meminta maaf. Ah, malu sekali rasanya.

Arthur tertawa tanpa suara. Huh, ia sepertinya harus meminta maaf pada Putri Raja Grogli, karena selalu membawa bawa nama gadis itu jika ia ingin menggoda Evylin.

Yah, sepertinya begitu.

Evylin (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang