Sudah dua hari berlalu. Namun, Putra mahkota Azquella belum juga membuka mata tajam nan menusuk miliknya itu.
Pria itu masih setia pada ranjangnya. Ia masih tertidur layaknya Pangeran tidur.
Selama itu juga, Evylin selalu menjaga suaminya. Evylin menunduk. Malam sudah tiba, tetapi ia belum merasa mengantuk sama sekali. Sekitar 3 jam yang lalu, mereka baru saja tiba di kerajaan.
Tentunya, para anggota kerajaan panik saat melihat Putra mahkota yang kembali dengan banyak luka di tubuhnya.
Selama 3 jam itu pula, Evylin tidak pernah keluar kamar, dan beranjak dari duduknya. 2 hari bukan perjalanan tang singkat. Sudah 2 hari ia berada di kereta kuda. Tanpa henti. Sekalinya ada, itu karena panggilan alam yang membuatnya berhenti.
Evylin masih setia di tempat. Ia terus saja menyalahkan dirinya, atas apa yang menimpa Putra mahkota Azquella.
"Maafkan aku. Aku merepotkanmu. Maafkan aku Arthur. Aku t-tidak bermaksud seperti itu." Gumamnya dengan kantong mata yang sudah menghitam di lingkaran matanya.
"Arthur bangunlah, aku mohon. Bangunlah, aku mohon." Air mata Evylin menetes. Ia tidak bisa seperti ini. Rasanya, hatinya sangat sakit saat melihat suaminya uang terbaring lemah.
"Jika kau bangun. Apapun yang kau inginkan akan aku kabulkan Arthur." Monolog Evylin. Namun, tidak ada respon dari sang empu.
Clay menatap putrinya. Ia pernah merasakan apa yang putrinya rasakan. Parahnya lagi, ia di prank oleh dewa kematian.
"Evylin," Evylin menoleh.
"Ibu." Evylin memeluk ibunya erat. Clay membalas pelukkan putrinya. "Ibu aku mohon, bangunkan Yang mulia ibu. Aku ingin meminta maaf padanya. Ini se-semua karenaku ibu, hiksss! Ini semua karena aku." Clay menghapus air mata yang mengalir dan membasahi pipi putih putrinya.
"Sttt, ini bukan salahmu, nak. Ini bukan salahmu. Mereka para kaum Pria harus melindungi gadisnya. Harus melindungi kekasih atau istrinya."
"Bahkan walaupun harus bertaruh dengan nyawa. Hanya Pria yang bijak, pandai, tampa, dan hebat yang hanya bisa mengratukan kekasih atau istrinya."
"Dan mereka, juga menjunjung tinggi kekasih atau istrinya itu. Pria seperti itulah yang harus kita hormati sebagai kaum wanita. Pria yang bisa menghormati, maka harus di hormati." Evylin terdiam.
"Suamimu menyayangimu. Lewat tindakan yang ia lakukan hanya untuk melindungimu. Membuat ibu faham akan cinta yang pria itu miliki, Evylin."
"Cintanya sangat besar. Bahkan saat Tabib istana mengatakan kemungkinan kecil Yang mulia Putra mahkota akan hidup. Namun, suamimu itu masih bertahan. Itu berarti, ia tidak ingin meninggalkanmu di dunia ini." Clay mengelus surai putrinya. ia merasa ia sangat bijak.
"Ibu tau, jika kau susah melupakan Yang mulia Putra mahkota Colen. Namun, lihatlah di depanmu, Evylin. Masa depan, berarti ada di depan. Masa depanmu adalah suamimu. Arthur. Dialah masa depanmu, Putriku." Evylin hanya diam ia hanya mendengarkan dalam diam. Ibunya benar.
"Jagalah seorang pria yang dapat melakukan wanitanya sebagai ratu. Dan kita sebagai wanita. Lakukanlah mereka layaknya raja kita. Kau faham, hm?" Evylin masih terdiam. Ia melirik suaminya sekilas. Dia memperilakukanku dengan sangat baik, apakh itu disebut 'di-ratukan?'
Clay mencoba membuka fikiran putrinya. Baginya, walaupun Evylin pecinta pria tampan, namun Evylin putrinya itu sangat labil dalam hubungan, dan perasaan seseorang.
Ia dapat mengetahui perasaan Putra mahkota Colen, karena pria itu mengungkapkannya. Maka dari itu, Evylin sangat mencintai pria itu. Karena ia merasa perasaannya terbalas.
Terbalas memang, namun siapa yang tau takdir? Takdir tidak mempersatukan mereka seperti apa yang mereka inginkan.
"Ah, ibu harus kembali. Ayahmu sudah menunggu di kereta kuda. Ibu dan ayah harus kembali."
"Ouh ya. Putra mahkota Colen dan Putri Rosela sudah sampai di istana. Mereka tengah berada di kamar mereka." Clay memberitahu jikalau Putra mahkota Colen dan Putri Rosela sudah tiba.
Evylin tidak ikut menyambut mereka. Rasanya ia sangat malas beranjak dari duduknya. Ia juga sangat lelah. Namun, ia tidak ingin tidur. Ia hanya ingin berada tetap di samping suaminya.
Setelah kepergian ibunya, Evylin kembali duduk. Ia menghela nafas. Yah, mendengar semua ucapan ibu. Tekadku benar benar akan ku lakukan. Yaitu, belajar mencintai sosok yang baru.
Sedangkan itu, Putra mahkota Colen menatap pantulan dirinya datar. Ia mengepalkan tangannya. Hancur sudah semuanya! Semua orang sudah tau pasal kehamilan Putri Rosela! Bahkan pujaan hatinya!
Ia tidak ingin bertanggung jawab! Karena ia sendiri tidak salah! Ia tidak salah! Camkan itu!
Putra mahkota itu menatap ke arah jendela. Bayangan bayangan dirinya dan sang mantan kekasih melintas di otaknya.
Saat dimana gadis itu untuk membantunya membersihkan kandang kuda. Mencuri buah buahan. Bahkan, pernah mengajaknya bermain lumpur. Sikapnya sangat tidak mencerminkan seorang lady bangsawan.
Tiba tiba, otaknya memikirkan suatu rencana. Besabarlah. Malam ini adalah akhir dari semuanya.
🐥💨💨💨
Putri Rosela menatap surat yang ada di tangannya. Wanita itu mengepalkan tangannya kesal saat membaca surat sialan itu.
Bagaimana kabarmu Yang mulia Putri? Oya, bagaimana juga kabar anakku?
Eih? Maaf maaf, maksudku anak kita. Apakah ia nakal? Hm, kurasa tidak. Karena ibunya akan mendapatkan apa yang menjadi ambisinya, haha.
Sampaikan pada ayah sialanmu itu. Dia harus membantuku.
Putri angkat Argus Edelworst itu mencurigaiku. Bahaya jika wanita yang menjadikan aku sebagai simpanannya itu mengetahui semuanya. Rencana yang disusun akan hancur.
Hera memiliki kartu As di tangannya. Dia bahkan menjaga jarak dariku. Dia juga memiliki sesuatu yang tidak di ketahui oleh dirimu dan ayahmu, sayang.
Berhati hatilah. Dan, jagalah anak kita. Haha, bersenang senanglah dengan ambisi gilamu Rosela.
Dari Erick Warker.
Tertanda, Erick.
Putri Rosela mengepalkan tangannya. Hera sialan! Wanita simpanan tidak tau diri! Lihat saja. Ayah angkat kesayanganmu itu akan terkena imbasnya!
Sialannya lagi, ayah menyembunyikan wanita simpanannya itu dengan sangat rapih. Aku bahkan tidak tau, dimana ayah menyembunyikan Hera. Selain ayah, hanya Argus yang tau keberadaan Hera. Namun, aku tidak dapat mengandalkan Pria tua itu.
Putri Rosela meremas kertas itu. Ia melemparnya ke arah kolong kasur. Ya, kamarnya dengan kamar Putra mahkota Colen di pisah. Atas keinginan pria itu.
Putri Rosela memasuki kamar mandi. "Pelayan! Bantu aku membersihkan diri!" Tak lama beberapa pelayan yang di tugaskan membantu Putri kerajaan Emerald pun masuk ke dalam kamar putri Rosela.
"Baik tuan Putri." Ucap mereka dengan kompak. Putri Rosela memutar bola matanya malas. Para pelayan membantunya menanggalkan kain yang berada di tubuhnya.
Wanita berbadan 2 itu masuk ke dalam kolam berisikan air hangat yang terdapat banyak bunga mawar, dan memiliki wangi serupa, mawar.
Pelayan itu berbagi tugas. Ada yang membantu menggosok tubuh Putri Rosela. Namun ada juga yang menyiapkan pakaian.
Salah satu dari mereka berjalan ke arah ranjang. Wanita itu mengambil kertas yang berada di kolong ranjang.
Dengan cepat, ia memasukkan Kertas itu ke dalam saku bajunya. Lalu, ia kembali mengerjakan tugasnya. Tugasku sudah selesai. Namun, aku harap. Kertas ini adalah kertas yang menghasilkan uang bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evylin (S2)
Historical FictionKisah seorang Evylin Valentine Laezeno, ya Putri dari Duke Leazeno dan Duchess Leazeno.kisah Evylin yang terus mencoba mengejar Cinta Pertamanya, tanpa mempedulikan hati sang Suami yang sangat mencintainya. Bagaimana jadinya jika cinta pertama gadis...