Putri Livia mengejapkan matanya. Ia lalu menarik nafas dan berjalan memasuki ruangan itu.
"Salam Yang mulia, saya membawakan Teh sesuai keinginan anda." Ucap Putri Livia sembari menunduk seakan memberikan hormat.
Raja Eros menatap si pelayan. "Hm, letakkan di sana." Ucapnya sembari menunjuk ke arah meja. Putri Livia menurut. Rasanya ia sangat jijik saat melihat kedua orang itu.
Mereka sangat menjijikan.
"Tunggu!" Putri Livia yang hendak melanjutkan langkahnya pun terhenti. Gadis itu menoleh kearah belakang.
"Ada yang bisa hamba bantu, lady?" Tanya Putri Livia. Wanita bersurai biru yang tak lain adalah Hera Scoald mengerutkan alisnya.
"Kau pelayan baru? Siapa namamu?" Tanya Hera sembari mengangkat alisnya. Putri Livia pun menjawab. "Benar, lady. Hamba adalah pelayan baru. Nama hamba, Vivi." Bohong putri Livia.
"Ah, rupanya begitu."
"Baiklah. Bawakan tumpukan gaun itu. Bawakan kekereta kudaku bersama Argus. Pintalah kusir membawa tumpukan gaun itu kekediamanku. Lalu, berikan gaun itu pada Putriku." Putriku?
"Baiklah, Lady. Kalau begitu, hamba permisi yang Mulia dan Lady." Kedua manusia itu tidak menghiraukan salam tang diberikan Putri Livia. Mereka tengah asik dengan dunia mereka sendiri. Ck, tua bangka yang sangat amat menjijikan dari kotoran kuda.
Putri Livia mengambil tumpukan gaun mewah. Entah, siapa putri dari 'Hera'
Setelah membuka pintu, Putri Livia lalu memanggil Argus yang terlihat datar menatap kearah depan. "Maaf mengganggu anda, Panglima." Argus menoleh datar. "Ada apa?"
"Lady yang berada d-di dalam, maaf hamba tidak mengetahui namanya,"
"Hera?"
"Ah, begitu rupanya." Gumam Putri Livia. "Sebelumnya maaf Panglima. Hamba tidak tau, karena hamba Pelayan ba---"
"Tidak usah bertele tele. Cepat katakan intinya." Ketus Argus menatap Putri Livia dingin. Putri Livia sangat kesal. Jika saja ia bukan sedang menyamar. Sudah pasti, ia akan mengadu pada kakaknya, dan meminta kakaknya untuk membunuh 'Panglima tua' itu.
"Lady meminta hamba untuk mengantarkan gaun gaun ini untuk putrinya. Namun hamba tidak tau dimana let--- sialan." Gumamnya saat melihat Argus sudah berjalan lebih dulu.
Dalam hatinya, Putri Livia menyumpah serapahi Argus yang melakukannya dengan tidak sopan.
Hingga tibalah mereka di depan kereta kuda yang cukup indah dengan ukiran bunga matahari. Eh? Aku seakan pernah melihat lambang bunga ini?
Putri Livia mengejapkan matanya saat melihat seorang pria yang terlihat memandangnya dengan senyum miring.
Rasanya Putri Livia ingin tertawa keras saat melihat wajah konyol pria itu. Pufttt! Lihatlah janggut panjang konyol miliknya. Hahaha, sangat konyol sekali pria itu. Jika saja aku sedang tidak menyamar. Sudahku pastikan, aku akan terjungkal jungkal di tanah.
William tersenyum miring. Melihat wajah memerah Putri Livia yang seakan menahan tawa membuat kerutan bingung di dahi William.
Apa yang dia tawakan?William turun dari kemudi kuda, ia lalu berjalan mendekati Putri Livia. Lalu membantu gadis itu membenahi gaun gaun yang ia bawa.
"Kenapa kau menahan tawa? Bukankah aku keren?" Bisik William dengan pelan berharap Argus tidak mendengar pembicaraan mereka.
"Hihihi, wajahmu konyol sekali." Balas Putri Livia ikut berbisik. Putri Livia kembali menatap kearah William. "Bagaimana bisa kau menjadi kusir kuda milik Hera?" Tanya Putri Livia bingung. William tersenyum. Tentunya karena bantuan Ayahnya yang cukup tau seluk beluk kerajaan Emerald.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evylin (S2)
Fiksi SejarahKisah seorang Evylin Valentine Laezeno, ya Putri dari Duke Leazeno dan Duchess Leazeno.kisah Evylin yang terus mencoba mengejar Cinta Pertamanya, tanpa mempedulikan hati sang Suami yang sangat mencintainya. Bagaimana jadinya jika cinta pertama gadis...