32. Cangkir

725 68 0
                                    

Sudah terhitung 3 hari mereka berada di kerajaan grogli. 2 hari itu juga, Evylin di buat misu misu pada Putri kerajaan itu. Putri satu ini layaknya seorang putri yang tidak tau malu.

Putri Oliv selalu saja mendekati suaminya. Entah di mana pun itu. Bahkan, ia tidak mempedulikan Evylin yang selalu berada di antara mereka. Evylin layaknya orang ketiga di hubungan mereka. Padahal, Putri Oliv lah yang menjadi orang ketiga.

Dan yang lebih membuatnya kesal lagi adalah, Arthur! Pria itu selalu menanggapi Putri Oliv! Sialannnn!

Hari yang Evylin tunggu tunggu sudah tiba. Evylin tersenyum cerah saat mengetahui jika hari ini mereka akan kembali ke kerajaan Azquella.

Putra mahkota dan istrinya itu berjalan berdampingan. Evylin tersenyum di setiap perjalanan. Mereka berniat untuk berpamit lebih dulu pada Raja Grogli.

Setibanya di depan aula. Terlihat Raja Grogli tengah berjalan. Dah ya, mereka mendekati raja itu. Rasanya malas juga jika mereka harus ke ruang kerja Raja grogli.

"Salam yang Mulia." Ucap keduanya. Raja grogli tersenyum tipis. "Semoga Dewa Nades selalu melindungi anda dan keluarga." Ucap keduanya lagi. Raja grogli mengangguk.

"Apakah kalian sudah siap?" Tanya Raja Grogli. Keduanya mengangguk.
"Baiklah, mari. Putriku sudah menunggu kalian di dekat kereta kuda kalian." Senyum Evylin yang tadinya mengembang perlahan meluntur. Apa putri? Sial, apakah maksud raja Grogli adalah Putri Oliv?

"Mari." Putra mahkota Arthur mengangguk lalu berjalan. Evylin masih terdiam dengan pikirannya. Hingga melihat punggung suaminya yang menjauh, gadis itu langsung tersadar dan mengikuti langkah kedua pria itu.

Kereta kuda berwarna Putih bercorak emas terlihat sangat mewah sudah menunggu keberangkatan pasangan dari Azquella itu. 3 Kuda putih yang sangat gagah sudah menunggu mereka dengan tenang.

Di dekat kereta kuda itu terdapat seorang lady yang menggunakan gaun berwarna hijau muda. Lady itu berbalik. Dan ternyata, gadis itu adalah Putri Oliv yang sudah menunggu mereka.

"Salam Putri Oliv Yang mulia Putra Mahkota dan Putri." Ucap putri Oliv memberi salam sembari menunduk anggun. Evylin melirik gadis itu sinis.

Putri Oliv berjalan mendekat ke arah Putra mahkota Arthur. Putri itu berdiri di sebelah Putra mahkota Arthur. Dengan senyum lebarnya, gadis itu berkata.

"Yang mulia? Apakah anda ingin kembali ke kerajaan anda?" Putra mahkota Arthur melirik gadis itu sekejap.

"Yang mulia, bolehkah hamba iku----"

"Ekhm! Aku ingin kembali secepatnya." Evylin mengetuk etukkan kakinya di tanah. Seakan tengah menunggu.

"Ah, maaf Putri Evylin. Namun, aku ingin ikut ke kerajaan Azq----"

"Tetapi sayangnya kereta kuda kami kecil, Tuan putri. Jadi tidak muat untuk bertiga." Evylin tidak menyembunyikan ketidak sukaannya. Padahal di antara mereka terdapat Raja Grogli.

Pria tua itu hanya tersenyum tipis sembari menyaksikan pertengkaran Putrinya dan Putri dari Duke Leazeno, pria yang pernah ia Tolong dulu. Aku merasa, mereka akan menjadi teman baik nanti. Ah, tapi entahlah. Atau mungkin ini hanya angan anganku saja?

"Aku bisa meminta kereta kuda yang lebih bes----"

"Aku tidak membutuhkan kereta kuda yang lebih besar. Ini saja sudah cukup. Namun, tidak cukup jika terdapat 3 orang di dalamnya." Ucap Evylin. Putra mahkota Arthur menghela nafas lelah. Kenapa ia selalu terhempit antara dua wanita ini?

"Ayo kita kembali." Evylin menarik tangan Suaminya. Putri Oliv yang melihat hal itu menatap Evylin kesal. "Yang mulia! Hamba ingin ikut ke Kerajaan Azquella. Hamba juga ingin menghadiri Pesta milik Putri Livia! Yang mulia!" Bagaikan tidak mempedulikan Putri Oliv. Evylin meminta kusir menjalankan kereta kuda.

Evylin membuka tirai jendela. Lalu mengeluarkan kepalanya dari sana. Ia lalu berkata tanpa suara. "Aku pemenangnya!" Ucapnya tanpa suara setelah itu tersenyum sinis.

Putri Oliv mengepalkan tangannya kesal melihat hal itu. Raja Grogli menepuk pundak putrinya. "Ayahhh."

"Oliv, Putriku. Tidak baik bersikap seperti itu pada seorang oria yang sudah menikah." Ucap Raja grogli memperingati.

"Ayah, terapi aku menyukai pria itu. Aku ingin memilikinyaaa!"

"Oliv, Ayah tidak mengajarkanmu berpikir demikian. Jangan berkata seperti itu Oliv. Ingat, Putra mahkota Azquella sudah menikah dan sudah memiliki istri." Putri Oliv menghela nafas lelah. Apa salahnya? Ia kan hanya menyukai? Eh, atau ia ingin merebut juga? Entahlah.

Sedangkan itu, Evylin terlihat memakan manisan buah yang berada di dalam kereta kuda.

Wajah gadis itu di tekuk. Arthur yang melihat itu merasa bingung. Ada apa dengannya?

"Huh, wanita sialan." Umpat Evylin. Putra mahkota Arthur melihat ke arah Evylin dengan pandangan aneh.

"Kau mengumpat?" Tanyanya. Evylin menatap Putra mahkota Arthur malas. Gadis itu memutar bola matanya malas.

"Apa?" Balas Evylin tidak membalas pertanyaan Putra mahkota Arthur. "Kau mengumpat 'Wanita sialan' apakah umpatan itu untuk Putri Oliv?" Tanya Putra mahkota Arthur menatap Evylin Rumit.

Evylin mengangkat sebelah alisnya.
"Apa? Memangnya kenapa? Jadi, kau ingin membela selingkuhanmu itu?" Putra mahkota Arthur mengerutkan alisnya. Apa maksudnya Selingkuhan?

"Selingkuhan?"

"Ya, dia kan selingkuhanmu." Cerocos Evylin menatap ke arah lain. Putra mahkota Arthur menghela nafas.
"Sejak kapan aku selingkuh?" Evylin membuang nafas kasar. "Sedari dua hari yang lalu." Ucap Evylin.

"Ah, begitu. Jika kau mengira begitu. Terserahmu saja. Namun, nyatanya aku bukan pria seperti itu."

"Pria yang sudah menikah namun tetap mencari wanita lain." Evylin memanyunkan bibirnya. Bukankah secara lain, Putra mahkota itu menyindirnya?

"Terseramu saja. Dan jangan coba coba menyindirku. Karena itu tidak mempan padaku." Balas Evylin. Putra mahkota Arthur mengerutkan alisnya.

"Sejak kapan aku mengatakan, jikalau aku menyindirmu?" Sialan, Evylin mati kutu.

🐥💨💨💨

"Secara perlahan aku sudah mengetahui apa tujuan keluarga itu."

"Ya, mereka ingin menghancurkan Kerajaan Zrack jika itu berhasil. Mereka ingin menguasai daerah kekuasaan Kerajaan Zrack."

"Ck, dengan cara yang sangat gila. Mereka sangatlah murahan."

"Memang sebenarnya apa permasalahan mereka?"

"Aku merasa Raja terdahulu membuat Raja Emerald tersinggung. Namun, aku tidak tau apa yang membuatnya tersinggung."

"Bagaimana dengan Argus? Apakah kalian sudah mengetahuinya?" William menumpu dagunya menggunakan tangan.

"Aku mendapatkan informasi, dari kesatria bayanganku. Jika di kerajaan ini terdapat seorang Prajurit bernama Argus. Namun, kesatria bayanganku itu tidak dapat menemukan informasi tentang pria itu."

"Siapa nama panjang pria itu. Asal usulnya. Dan dari keluarga mana Pria itu. Namun yang pasti. Sosok Argus itu memiliki seorang Putri. Bernama Hera Scoald. Marka putrinya Scoald, namun aku tidak tau dari mana marga itu berasal." Ucap William panjang lebar. Diran mengerutkan alisnya.

"Dia seorang Prajurit? Prajurit di kedi----"

"Kediaman Ratu." Putri Livia menatap William dengan pandangan terkejut. "Apakah---" Putri Livia menatap Edylin yang terlihat tengah melihat sebuah cangkir di tangannya.

"Um, sepertinya Yang mulia. William, selidiki Pria itu." William mengangguk. "Sebuah cangkir dapat menyimpan banyak air. Namun, jika muatannya sudah penuh. Maka, sebagian air itu akan tumpah."

"Layaknya Argus. Aku merasa Pria itu layaknya Cangkir."










Anyeongggg! Nih Author cantik manjalita Up lgi. Dah ya. Muachhh!

Papayyyy!

Sarangbeooo!

Evylin (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang