21. Rencana 2

778 73 5
                                    

Evylin menatap pria di depannya. Gadis itu tersenyum sembari mengikuti pria itu. Evylin menghela nafas. Lalu ia memanggil Pria itu.

"Colen." Dia, Colen yang merasa di panggil pun langsung menghentikan langkahnya. Putra Mahkota itu menatap ke asal suara.

Yang dimana, di belakangnya berdiri Evylin dengan senyum manis gadis itu yang selalu terpancar.

"Colen, kau----"

"Yang mulia."

"Ya maksudku itu. Yang mulia, Colen kau ingin ke taman? Bolehkah kita berjalan bersama?" Tawar Evylin sembari memasang senyum manis di wajah cantiknya.

Putra Mahkota Colen tidak menjawab. Pria itu malah melanjutkan jalannya. Evylin yang melihat hal tersebut merasa kalau Putra Mahkota Colen mengizinkannya.

Dengan langkah ringan Evylin mengikuti Putra Mahkota Colen. Evylin tersenyum manis sembari menatap punggung pria pujaannya.

Hingga tibala 11h di Taman istana. Taman yang penuh dengan bunga bunga mawar merah yang bermekaran indah.

Putra Mahkota Colen berdiri sembari menatap ke arah danau kecil yang dikelilingi dengan bunga bunga kecil.

Evylin berdiri di sebelah Pria itu. Ia menatap bingung ke arah Putra mahkota Colen.

"Kembalilah ke kamarmu." Mendengar suara dingin itu Evylin menoleh ke arah sampingnya.

"Ada apa?" Tanya Evylin pada Putra Mahkota Colen. Putra Mahkota Colen menatapnya dingin.

"Tidak malu kah kau, keluar kediamanmu dengan keadaan seperti ini?" Evylin menatap penampilannya. Apa yang salah? Keadaannya biasa biasa saja. Jadi, apa yang salah?

"Apa yang salah?" Tanya Evylin dengan bingung.

"Lihatlah tatapan penasaran pelayan pelayan itu. Mereka penasaran karena bercak merah di tubuhmu. Faham kah kau?" Evylin kembali mengerutkan keningnya. Apa yang salah?! Hanya bercak merah biasa.

"Hanya bercak merah biasa. Apa yang salah? Mereka saja yang--- Eh?" Sebelum Evylin menyelesaikan ucapannya. Putra Mahkota Colen sudah pergi meninggalkannya.

"Yang Mulia! Tunggu!"

"Aku kan ingin memberitahumu! Bahwa ini di gigit nyamuk!"

"Yang Muliaaa!"

"Yang Muliaaaaaa!"

💨💨💨

Putri Rosela menatap penampilannya di pantulan cermin.

"Rencana satu tidak berhasil. Tetapi, aku tidak ingin melakukan rencana 2." Putri Rosela membuang pandangannya ke arah jendela kamar.

"Tapi aku harus! Aku harus memperkuat Kerajaanku." Putri itu bertekat. Ia lalu bangkit dari duduknya. Lalu pergi entah kemana.

💨💨💨

Edylin menatap William yang terlihat sangat serius. Mereka tengah menguji coba sesuatu yang William temukan.

"Sebenarnya apa itu?" Tanya Edylin. William menoleh. Ia lalu tersenyum Sinis. Edylin yang melihat senyum itu merasa bingung.

"Aku mendapatkannya dari Ayah."

"Ayah? Paman Josft? Count?" William mengangguk malas. "Siapa lagi kalau bukan Ayahku, Count Josft?" Edylin mengangguk saja.

"Lantas, apa guna dari benda ini?" Tanya Edylin. William mengangguk. Ia lalu menjelaskan apa guna benda ini.

"Kata ayahku si, ini adalah ramuan yang dapat membuat seseorang berkata jujur dalam 1 jam kedepan." Jelas William. Edylin mengerutkan alisnya.

"Berkata jujur? Untuk apa Paman Josft menyimpan benda ini?"

Evylin (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang