Seorang pria menatap tangannya dengan pandangan lesu. Pria itu mengepalkan tangannya.
"Penyakit sialan!"
🐥💨💨💨
Hera melangkahkan kakinya dengan pandangan dingin. Wanita itu membuka pintu dengan keras.
Brak!
"Erick!" Erick yang tengah menulis 'sesuatu' langsung menyembunyikan kertas itu, dan menatap ke arah pintu yang sudah terbuka lebar.
"Hera? Ada apa, sayang?" Tanya Erick dengan nada manja miliknya. Hera menatap Erick.
"Apa maksud dari surat ini?" Hera memberikan kertas yang berada di tangannya. Erick menerima kertas itu. Ia membaca Kertas tersebut.
Bagaimana kabarmu?
Ah, ya. Bagaimana kabar anak itu manis?Erick Walker
Stempel, Walker.
"Anak apa yang kau maksud? Dan apa maksudmu manis?" Tanya Hera dengan cepat. Erick menghela nafas.
"Dengarkan aku Hera." Erick kemegang pipi Hera. Hera menatap Erick dingin. Walaupun ia menyukai pria ini, namun ia tetap akan menomer satukan tujuannya.
"Hey, dengarkan aku. Ekhm, begini. Maksudku, surat yang aku maksud itu untukmu, Hera. Apakah, surat ini belum sampai padamu?" Hera mengerutkan alisnya.
Apa maksudnya? Sudah jelas jelas ia mendapatkan surat itu berada di kolong ranjang miliknya. Bahkan, amplop yang melapisi surat itu sudah sangat kotor. Bukankah berarti, suratnya itu sudah sangat lama?
"Surat ini belum sampai padamu? Erick dengar," Hera menepis tangan Erick yang berada di pipinya.
"Hey, yang benar saja. Surat ini berada di kolong ranjang. Dan apa kau lihat, amplop surat ini sudah sangat kotor. Lagi pula, jika surat ini memang untukku, kenapa Pelayan pribadiku tidak langsung memberikannya padaku?"
"Atau maksudku, kenapa meletakkan di kolong ranjang? Kenapa tidak langsung memberikannya padaku?" Hera menatap Erick curiga. Erick mengepalkan tangannya dalam diam.
"Katakan Erick, aku berharap kau tidak mengkhianatiku." Erick menghela nafas lelah.
"Aku tidak akan menghianatimu Hera. Tenanglah, aku hanya menyayangimu."
Hera mengangkat sebelah alisnya. Ia membuang nafas pelan. "Dimana Ilvana? Aku tidak melihat anak itu?"
"Ah, mungkin dia berada di taman belakang kediaman ini. Aku tidak tau kemana perginya gadisku." Balas Erick. Tanpa menunggu kelanjutan dari ucapan Erick, Hera langsung pergi meninggalkan Erick.
Erick yang tadinya memasang tatapan lembut, langsung berubah menjadi tatapan dingin. "Sialan!"
Prang!
"Siapa yang berani meletakkan surat sialan ini dikamar!" Marahnya sembari melempar guci beras yang berada didekatnya.
"Benari sekali bedebah itu menantangku!"
🐥💨💨💨
Arthur terlihat tengah menatap datar pria di depannya yang terus saja berceloteh.
"Aku terpaksa datang hanya karenamu Arthur. Dan kau? Setelah menyuruhku datang kemari, kau mengusirku?" Tidak tau saja dia, kalau aku tengah menyamar! Argh! Arthur sialannn. Huh, untung saja kau kawan lamaku Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evylin (S2)
Historical FictionKisah seorang Evylin Valentine Laezeno, ya Putri dari Duke Leazeno dan Duchess Leazeno.kisah Evylin yang terus mencoba mengejar Cinta Pertamanya, tanpa mempedulikan hati sang Suami yang sangat mencintainya. Bagaimana jadinya jika cinta pertama gadis...