50. Bandit

846 75 0
                                    

Hai hai kaliann semuaaaa🍭
Gimana puasanya? Hmmm, semoga lanjar ya.

Btw oh btw nih, maaf ya author baru bisa upload. Biasalah, author ini kan sibuk, wkwk. Bercanda. Yahhh,,, alasan yang paling andalan author itu...

"Maaf ya, author lagi males banget." Okey okey, itu alasannya ya, wkwk.

Hmmm, kalian mau end gimana? Author mau ending'in guys. Insyaallah minggu ini udah end. Tapi, gak janji ya, WEHEHE!

Selamat membaca semua! 🍭🍡🥞

~o0o~

Seorang pria membuka matanya secara perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah sang istri yang tertidur disebuah kursi. Pasti mereka sudah mengetahuinya.

Kepala sang istri yang awalnya tegak, kini mulai lunglai. Hap! Benar tebakannya, jika kepala mungil milik sang istri itu akan terjatuh.

Kepala mungil itu terlihat sangat kecil saat ditangkup menggunakan tangannya yang besar itu.

"Maafkan aku, Evylin." Evylin yang semulanya menutup kedua mata, kini sudah membuka kedua matanya.
Melihat manik mata sang istri yang memerah dan sedikit sembap membuat Arthur merasa bersalah.

"Kau sudah mengetahuinya?" Tanya Arthur sembari menatap manik mata menenangkan milik sang istri. Evylin terdiam.

Bruk

Dengan cepat Evylin memeluk sang suami. Wanita itu menangis dalam pelukan suaminya. Rasanya hatinya saat ini sangat kacau. "A-Arthur---- a-a-aku---"

"Sttttt, semua akan baik baik saja." Arthur menenangkan sang istri dengan cara mengelus lembut surai panjang Evylin yang menjuntai indah.

"Tapi kau----" Arthur meletakkan jari telunjuknya di bibir kecil milik Evylin. "Aku tidak apa, tenanglah." Ucapnya kembali menenangkan.

Evylin mengangguk. Wanita itu kembali memeluk suaminya dengan sangat erat. Arthur menghela nafas, pria itu memperbaiki posisi mereka.

Kini sekarang Evylin berada disamping sembari memeluk dirinya. Arthur menatap lemat lemat wajah cantik itu. "Jangan tinggalkan aku." Mendengar igauan Evylin membuat jantungnya kembali terasa sakit.

"Ssssstt, sialan." Gumamnya sembari memegang bagian dada yang terasa amat sangat sakit.

"Aku tidak bisa berjanji akan tetap berada didunia ini." Gumamnya.

🐥💨💨💨

Pagi hari yang indah di kediaman Marquess Aguastion. Ya, Marquess Josft.

"Bangun William, ini sudah pagi. Kita harus pergi kerajaan Azquella." Indah bukan?

"Wiliammm! Ayo bangun!"

"Eughhh, tunggu sebentar Edylin. Kedua kelopak mataku belum mau terbukaa." Sahut William sembari menarik kembali selimut yang sedikit melorot.

Edylin yang melihat perilaku suaminya pun kesal sendiri. Suami? Ya, mereka sudah menikah beberapa bulan lalu.

"Huh, William dengar." William menganggukkan kepala tanpa membuka kedua matanya.

"William, adikku sedang dalam suasana yang tidak stabil. Aku harus kesana menjadi sandaran baginya."

"Kondisi yang mulia Raja kembali menurun, William. Evylin pasti sekarang tengah bersedih. Aku harus segera kesana."

"Ayolah, mengertilah kumohon." Edylin menjelaskan panjang lebar. Lagi dan lagi, William hanya mengangguk tanpa membuka kelopak matanya.

Evylin (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang