"Ayah, aku merindukanmu."
"Kenapa saat aku terlahir didunia ini, aku tidak dapat berjumpa denganmu?"
"Ayah, ibu selalu menangisimu."
"Walaupun aku tidak pernah melihatmu. Namun aku yakin, kau adalah orang yang sangat tampan, dan bijaksana."
"Kau adalah ayahku, raja dari kerajaan ini."
Seorang pria yang tengah tertidur terlihat gemetar dan mengeluarkan banyak keringat dari.
Tubuhnya sedikit bergetar karena suara suara dan gambaran yang ia dapatkan.
"A-ayah, ibu tidak kenal lelah. Namun, sering kali aku melihatnya tertidur diruang kerja."
"Ayah, aku mencintaimu."
Woshhhh!
"Hahhh!" Putra mahkota Arthur, ah tidak. Lebih tepatnya, Yang mulia Raja Arthur. Raja dari kerajaan Azqueella yang sekarang.
Pria itu sudah memimpin kerajaan 2 bulan yang lalu. 6 bulan sudah berlalu. Kini, Evylin dan Arthur sudah menjadi pemimpin kerajaan.
Ceklek!
"Ada apa?" Masuklah seorang wanita dengan wajah cantiknya yang terlihat tengah tersenyum sembari membawa sebuah apel ditangannya.
"Apa kau baik baik saja? Wajahmu tampak sangat panik." Evylin mendekat. Ia meletakkan apel lalu mendekati suaminya dan mengelap keringat yang membanjiri pelipis sang Raja.
"Arthur?" Raja Arthur menarik pinggang sang istri. Lalu memeluknya dengan erat. "A-Arthur?"
"Ada apa?" Tanya Evylin ikut panik. "Aku bermimpi." Gumam Raja Arthur. "Mimpi yang sudah berkali kali aku lihat." Lanjutnya.
"M-mimpi? Ah, mimpi tentang 'ayah' itu? Seorang anak kecil yang menangis?" Raja Arthur mengangguk sembari memeluk istrinya.
Evylin tersenyum. Wanita itu mengelus lembut rambut lebat hitam legam milik suaminya. "Tidak apa. Mimpi adalah bunga tidur." Arthur terdiam. Ia membisu masih didalam pelukan istrinya.
Ini bukanlah bunga tidur, Evylin. Sudah 1 bulan aku memimpikan hal yang sama. Hanya saja, adegan itu sedikit berbeda beda. Ini adalah pertanda Evylin.
"Aku lupa. Ini, makanlah." Arthur mendongak menatap wajah sang istri dengan bingung. "Apel. Ini adalah buah dari Apel yang aku taman." Ingin rasanya Arthur tertawa.
Menanam apel sendiri? hahah, tidak tidak lebih tepatnya dibantu oleh banyak kesatria untuk mengangkat pohon besar itu.
Ya, Evylin menanam pohon Apel yang sudah cukup besar. hm, tidak terlalu. Namun, pohon buah itu sudah berbunga. Mungkin hanya sekitar 1 meter setengah saja.
"Tunggu aku potongkan terlebih dulu." Evylin berpindah, kini wanita itu duduk disebelah sang suami sembari memegang pisau di tangannya.
Tangan kecil itu memotong apel menjadi sedikit kecil. "Buka mulutmu." Titahnya sembari mengarahkan potongan apel yang berada ditangannya.
Arthur menurut, pria itu membuka mulut. Evylin memasukkan potongan demi potongan sampai apel yang tersisah sudah habis.
"Bukankah apelnya sangat manis?" Tanya Evylin. Masih sembari mengunyah, raja Arthur mengangguk. "Um, ya." Evylin tersenyum tipis mendengar jawaban itu.
"Aku akan mencuci tanganku terlebih dulu. Rasanya sangat lengket." Arthur mengangguk. Setelah kepergian Evylin, Arthur bangkit dari duduknya. Ia mengambil sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evylin (S2)
Historical FictionKisah seorang Evylin Valentine Laezeno, ya Putri dari Duke Leazeno dan Duchess Leazeno.kisah Evylin yang terus mencoba mengejar Cinta Pertamanya, tanpa mempedulikan hati sang Suami yang sangat mencintainya. Bagaimana jadinya jika cinta pertama gadis...