2. Anak anakku Sudah gila

4.1K 226 2
                                    

Sudah sepuluh tahun berlalu. Dimensi tempat yang di tinggali Clay, atau Violet yang baginya sebenarnya adalah sebuah Dunia Fantasi, kini sudah berubah menjadi dunia yang sangat manju layaknya dunia Pada umumnya.

Berkat seorang Violet yang pernah berada di dimensi 3 membuatnya tau beberapa hal tang berada di Dimensi itu.

Dari mulai Mall, Baju baju modis, dan sebagainya. Hanya modal otak-nya yang pintar. Ia dapat membuat bangunan besar, yang bernama Mall City Babayo.

Tempat yang sangat ramai di kunjungi karena menjual Gaun gaun yang sangat indah, dengan harga yang tinggi. Bagi para bangsawan, tidak peduli berharga mahal atau tidak, asalkan barang itu indah di pandang.
Bagi mereka tidaklah masalah.

Selama sepuluh tahun ini, Clay sudah berhasil mendirikan 3 bangunan Mall yang cukup Besar. Mungkin seperempat besar dari Istana utama.

Dua di dirikan di Kerajaan Azquella, dan satu di dirikan di kerajaan, Zrack.

Bahkan, banyak bangsawan dari Kerajaan lain yang datang ke Salah satu dari antara dua Kerajaan ini untuk membeli sesuatu di Mall City Babayo itu.

Tentunya, Clay tidak merintis Mall itu sendiri. Ia merintis Mall tersebut dibantu oleh suaminya yang selalu mendukungnya dalam keadaan apapaun.

"Lepasss."

"Tidak mau."

"Astaga, Tolvar nanti akan ada yang datang." Cicit Clay saat suaminya terus saja memeluk pinggangnya.

"Tidak mau, Ciaaa." Clay menghela nafas lelah. Hm, sepertinya suaminya tengah dalam mode manjalitah.

"Cia?" Panggil Duke Erland. Clay menunduk, ia menatap suaminya yang tengah menatapnya. Clay mengangkat satu alisnya.

"Apa kau tidak lelah?" Tanya Duke Erland sembari melepas pinggang istrinya. Ia menangkup wajah istrinya.

"Lelah?" Beo Clay. Duke Erland mengangguk. Ia menatap lekat lekat wajah istrinya. Ekhm! Kenapa jika di perhatikan, istrinya itu----- semakin tua semakin cantik?

"Um, ya. Merintis karirmu itu. Seperti Mall yang kau buat itu." Mendengar jawaban suaminya yang terdengar Khawatir akan kesehatannya, Clay tersenyum manis.

"Aku tidak apa, suami." Ucap Clay. Duke Erland tetap saja merasa khawatir. Karena, jika di perhatikan lagi dan lagi, tubuh istrinya semakin kurus.

"Aku tidak apa. Buktinya, aku masih bisa menunggangi Fatimah." Ucap Clay merasa bangga. Duke Erland mengangguk sembari tersenyum tipis. Ia mengelus eambut istrinya penuh sayang.

"Serahkan saja padaku. Aku takut kau akan jatuh sakit." Clay hanya tersenyum. Ia mengelus rahang tegas suaminya.

"Em? Tidak deh. Kau sudah lelah mengerjakan tugasmu, Tolvar. Aku tidak apa. Suer takewer kewer. Yang ada--- kau yang sakit nanti." Ucap Clay sembari tertawa pelan.

"Baiklah. Terserahmu saja Cia. Tetapi ingat, kau tidak boleh memaksakan apapun itu. Kau bisa saja sakit, kau Faham My Queen?" Lelah, lelah Author ngasih tau. Udah tau lah ya, siapa yang ajarin?

"Haha, tentu saja, My King."

"Kau ini---" perlahan lahan Duke Erland mendekatkan wajah mereka dan----

Cu-----

Nungguin yaaa?

"IBUUUU!!! AYAHHHH! YUHUUU!" Hampir saja. Duke Erland menatap kesal ke arah pintu kamarnya.

Selalu saja. Jika begini terus, aku harus membuat Castil pribadi untuk anak anakku.

"Evylin?---- Edylin juga? Ada apa?"

Evylin (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang