Evylin menatap pemandangan indah di depannya. Kali ini bukan para Prajurit yang tengah latihan. Namun kali ini benar benar pemandangan alam yang indah. Ia bahkan tidak tau, kerajaan yang pernah melindungi Ayahnya itu memiliki pemandangan seindah ini. Ternyata, 'rumor itu memang benar adanya.
"Aku menyukai pemandangan ini." Ucap Evylin sembari merentangkan tangannya merasakan angin angin yang membelai wajah cantiknya.
Arthur menatap Evylin yang menutup matanya dalam diam. Ya, pemandangan yang indah. Pemandangan di 'depannya' sangatlah indah. Tidak ada yang bisa menandingi pemandangan semacam ini di dunia.
"Betul tidak, suamiku?" Evylin membuka matanya, gadis itu menatap suaminya. Putra mahkota Arthur yang melihat hal itu langsung mengalihkan tatapannya. Pria itu menatap ke arah depan dengan tatapan tenang. "Hm." Balasnya mencoba menetralkan debaran jantung yang menggila karena kata 'suami' itu.
"Aku menyukai tempat ini, namun aku tidak menyukai orang orang yang ada di sini." Ucap Evylin melirih di akhir kalimat. Orang orang?
"Orang orang!"
"Ya, lebih tepatnya Wanita itu." Wanita itu? Apakah Putri Oliv?
"Putri Oliv?" Tanya Putra Mahkota Arthur tanpa menatap Evylin.
"Ya, Putri satu itu menatapmu dengan tatapan damba yang menggila. Dan aku tidak menyukai tatapan itu. Ck, apakah dia tidak tau? Bahwa Pria yang ia tatap, sudah memiliki seorang istri." Ocehnya merasa kesal. Putra Mahkota Arthur tersenyum tipis. Evylin peduli padanya.
"Tetapi aku menyukai tatapan itu." Bohong. Tentunya Arthur tidak suka di tatap berlebihan seperti tatapan Putri Oliv padanya. Ia lebih menyukai tatapan istrinya dari pada tatapan wanita lain.
Evylin menatap suaminya tidak percaya. "Kau---- kauuu---- astagaa, sialannn!" Desis Evylin dengan kesal. Putra mahkota Arthur menatap Evylin sembari mengangkat satu alisnya. "Apa?"
"Haissss! Aku ingin secepatnya kembali!" Ucap Evylin. Arthur menatap Evylin sepenuhnya. "bukankah kau nyaman berada di tempat ini? Lantas kenapa kembali?" Tanya Pria itu dengan bingung.
"Kau? Kau sebenarnya berpura pura polos atau bagaimana? Tentu saja aku tidak menyukai tatap Putri Raja grogoi itu. Tatapan sialan itu membuatku geram!" Ucap Evylin. Walaupun Evylin sedang berusaha menerima Putra mahkota Arthur sebagai suaminya. Namun, Evylin benar benar merasakan hal itu. Entah kenapa. Ia merasa sangat geram dan kelas akan tatapan Putri Oliv pada suaminya itu.
"Aku----"
"Yang mulia?" Kedua pasangan suami istri itu menatap ke arah belakang mereka. Terlihat gadis cantik tersenyum manis ke arah mereka. Mood Evylin kembali hancur saat melihat gadis yang tengah ia bicarakan datang.
"Ah, rupanya---- ada anda di sini Putri. Maafkan aku." Ucap Putri Oliv menatap Evylin sekilas. Evylin memutar bola matanya malas.
"Salam Yang mulia Putra mahkota." Ucap Putri Oliv memberikan salam pada Arthur. Arthur menatap gadis di depannya. Putri Oliv yang merasa di tatap pun merasa malu.
"Em, berkenan kah anda menerima undangan ku?"
"Undangan?" Putri Oliv menatap Putra Mahkota Arthur. Putri itu mengangguk antusias.
"Ya Yang mulia Putra mahkota. Undangan minum teh bersama di kediamanku. Berkenan kah anda?" Tanya Putri Oliv. Putra mahkota Arthur menatap Evylin yang berada di sampingnya. Gadis itu terlihat menatap ke arah lain.
"Ah, bolehkah aku mengajak Putra mahkota minum teh bersama Putri?" Tanya Putri Oliv pada Evylin. Evylin menatap Putri Oliv. "Ah, tentu saja jika suamiku berkenan." Evylin menjawab sembari menekan kata Suamiku.
Putra mahkota Arthur menatap manik mata Evylin dalam. Pria itu mengangguk. "Aku menerima undanganmu Tuan putri." Rasanya Putri Oliv sangat senang! Sangat sangat senang! Lain halnya dengan Evylin yang terlihat kesal. Sialan, kenapa aku merasa sangat kesal?!
"A-ah, baiklah Yang mulia. Hamba menunggumu di kediaman hamba." Jawab Putri Oliv. "Kalau seperti itu, hamba pamit undur diri Yang mulia Putra mahkota, dan---- Putri." Putri Oliv pun pergi dengan suasana hati yang sangat baik.
Evylin menghela nafas. Ia lalu tersenyum manis. "hah, baiklah. Apa gunanya aku merasa kesal?" Setelah menggumamkan hal tersebut. Evylin langsung pergi meninggalkan Putra mahkota Arthur yang menatap nya dalam.
Evylin menghentak hentakkan kakinya. Sialannnn! Arthur sialan! Sialan! Sialannn!
Rasanya hatinya sangat panas saat suaminya itu menerima tawaran dari Putri Oliv. Nafas Evylin tersendat sendat karena saking kesalnya. Ia bahkan menendang nendang angin.
Arthur yang melihat hal itu dari belakang merasa bingung. Bingung melihat Evylin yang aneh karena menendang nendang angin. Tanpa mau pikir panjang, Putra mahkota itu langsung tancap gas pergi dari sana.
Arthur menatap danau kecil di depan kediamannya dan Evylin yang ada di istana Grogli. Air danau itu sangat jernih. Layaknya air sungai langsung dari pegunungan. Namun bedanya, ini adalah danau. Bukan sungai.
Ikan ikan yang ada di dasar Danau saja terlihat jelas saking beningnya air itu. Tanaman tamanan air berbagai warna menghias dasar danau itu.
"Danau yang indah namun memiliki sejuta rahasia." Gumam Putra mahkota Arthur. Putra mahkota itu menatap ke arah langit. Matahari tidak terlalu terlalu terik.
"Sejuta rahasia yang tidak di ketahui semua orang. Termasuk keluargaku sendiri." Lanjutnya sembari menatap langit yang cerah.
***
Putri Oliv tersenyum malu malu sembari menatap Pria di hadapannya.
"Pelayan, tolong tuangkan teh ke dalam cangkirku dan cangkir Yang mulia Putra mahkota." Pinta Putri Oliv sembari tersenyum malu malu."Baik tuan Putri." Ucap Pelayan itu sembari menuangkan teh ke dalam cangkir Orang terhormat itu.
"Silahkan di nikmati, Yang mulia." Ucap Putri Oliv dengan malu malu. Putra mahkota Arthur menuruti saja. Putra mahkota itu meminum teh yang sudah di sajikan dengan tenang.
Putri Oliv ikut menyeruput teh yang ada di cangkirnya dengan anggun dan elegan. "Em, Yang mulia? Bolehkah hamba bertanya?" Tanya Putri Oliv dengan malu.
"Hm." Balas Arthur malas. Sebenarnya ia sangat malas meladeni Putri Satu ini. Ia paling malas berurusan dengan wanita atau gadis yang tidak dekat dengannya. Jika dekat dengannya, Arthur akan menerima nerima saja.
Kalau bukan karena ingin melihat Evylin cemburu dengannya atau tidak, tidak mungkin Arthur mau menerima ajakan Putri Oliv. "Apakah benar, ayah dari istri anda adalah Duke Erland, Yang mulia?" Putra mahkota Arthur tidak menjawab. Pria itu hanya mengangkat satu alisnya menunggu kelanjutan ucapan tuan Putri itu.
"Ah, rupanya benar. Ayah sangat baik pada semua orang. Aku sangat menyayangi ayah. Betul tidak Yang mulia?" Tanya Putri Oliv dengan tatapan intensnya. Ck, pasti ada sesuatu di balik kata tuan Putri satu ini.
"Ehm, Yang mulia?" Putri Oliv beranjak dari duduknya. Putri Oliv mendekati Putra mahkota Arthur. Gadis itu memegang lengan Arthur yang berdengger manis di atas meja.
"Bolehkan hamba datang ke kerajaanmu yang Mulia?" Tanya Putri Oliv masih memegang lengan kekar milik Arthur. Putra mahkota Arthur mendongak menatap gadis di sebelahnya. Putri Oliv yang merasa di tatap langsung tersenyum malu.
"ARTHURRRRR!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Evylin (S2)
Historical FictionKisah seorang Evylin Valentine Laezeno, ya Putri dari Duke Leazeno dan Duchess Leazeno.kisah Evylin yang terus mencoba mengejar Cinta Pertamanya, tanpa mempedulikan hati sang Suami yang sangat mencintainya. Bagaimana jadinya jika cinta pertama gadis...