Fotoin Raga (23)

277 38 18
                                    

____

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi 🤍
Tetap jaga iman dan imun 🤍

Happy Reading!

***
"Abang nggak jadi di mall ketemuannya," ucap Ayra membuat Raga mendengkus sebal.

"Kita udah hampir sampai loh, Ay. Masa pindah tempat sih? Buang-buang waktu itu namanya. Bilang sama teman kamu, konsisten jadi orang," gerutu Raga.

"Jangan marah-marah, Bang. Tenang-tenang pindah tempatnya masih sekitaran mall kok, tapi ini belum sampai mall."

"Ngomong yang jelas, Ayra."

"Hehe kelewatan dikit, Bang. Jadi, putar balik. Di Varsha cafe," kata Ayra dengan terkekeh kecil.

"Astagfirullah, puter baliknya lumayan jauh juga, Ay. Kalian tuh kalau janjian dipastikan tempatnya, bukan malah seenaknya gini ganti tempat. Mikir dong, ini waktunya kebuang sia-sia. Seharusnya, waktu kebuang sia-sia itu bisa abang manfaatkan buat ngoreksi lima jurnal mahasiswa, Ayra."

Ayra terdiam mendengar omelan panjang dari Raga membuat Naya menjadi tidak tega. Akhirnya, Naya angkat bicara supaya Raga tidak terus-menerus mengomel seperti ini.

"Udah ih, gausah marah-marah terus. Yuk, bisa yuk puter balik langsung."

Raga berhenti menggerutu dan kembali fokus kepada jalanan. Raga harus mencari bundaran untuk putar balik. Lumayan lama perjalanan yang mereka tempuh hingga sampai ke Varsha Cafe.

"Pindah lokasi lagi nggak, Ay?" tanya Raga setengah menyindir ketika ketiganya sudah keluar dari mobil.

"Enggak, Bang. Udah pas di sini kok, maafin, ya, udah ngerepotin Abang."

"Lain kali nggak boleh kayak gitu," kata Raga yang dibalas anggukan oleh Ayra.

"Itu anak rambut kamu keluar, Ay. Makanya, besok-besok pakai ciput," ucap Raga lalu berjalan dahulu meninggalkan kedua perempuan tersebut.

"Sini, biar kakak rapiin, Ay."

Naya merapikan hijab Ayra supaya anak rambut milik Ayra tidak kelihatan.

"Ayra belum bisa sesempurna itu untuk pakai hijab, Kak."

"Iya, kakak tahu kok. Lagian, kakak juga sama kayak lo, Ay bahkan belum Istiqomah pakai hijab. Tapi, gapapa semua butuh proses," ucap Naya dengan senyuman.

"Makasih, Kak Naya."

"Sama-sama. Kita masuk, yuk, kasihan teman lo nungguin lama."

Keduanya masuk ke dalam Varsha Cafe bersamaan dengan Naya yang menggandeng tangan Ayra. Ketika sudah masuk ke dalam cafe tersebut, Ayra izin untuk ke meja temannya berada sedangkan Naya menemui Raga yang berada di tempat duduk outdoor setelah memesan minum dan makanan.

***
Sejak sepuluh menit Naya duduk di sini dan Raga sama sekali tidak membuka obrolan. Lelaki itu hanya menyesap kopi sambil menatap layar ponsel membuat Naya dilanda kebosanan.

"Aha, gue punya ide," gumam Naya sambil mengotak-atik ponselnya.

"Raga, sini gue fotoin! Gue baru belajar fotografi loh," ucap Naya memecahkan keheningan.

"Gue udah pro loh," sambungnya sombong.

"Tidak minat difoto kamu," ucap Raga yang masih berfokus pada ponselnya.

"Ish, ayolah! Percaya deh bakalan bagus hasilnya."

Melihat Naya yang terus merengek-rengek membuat Raga mengiyakan keinginan Naya karena ia tidak ingin menjadi pusat perhatian pengunjung lainnya. Naya langsung memotret Raga yang memang duduk di hadapannya.

Rahasia Hati Braga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang