Ikan Misterius (27)

274 38 11
                                    

___

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi🤍
Tetap jaga iman dan imun🤍

Happy Reading!

***

Setelah berbicara dengan Amelia. Raga mengalami serangan kecemasan karena kembali teringat dengan peristiwa pengkhianatan Amelia. Raga menyadari jika PTSD-nya kambuh memilih masuk ke dalam kamar mandi umum yang dekat dengan keberadaannya. Jika sudah kambuh seperti ini, suasana hati Raga lebih cepat berubah.

"Raga, nggak boleh begini," ucap Raga dengan menangis.

"Lo bisa lawan, tanpa harus minum obat!"

Raga mengepalkan tangannya lalu memukul tembok sehingga tangan lelaki itu berdarah. Melihat tangannya sudah berlumuran darah membuat Raga menghela napas panjang.

"Bukan kayak gini caranya, Ga. Lo nggak boleh nyakitin diri sendiri," ucap Raga yang sekarang menyandarkan tubuhnya di tembok.

Raga mulai menarik napas yang dalam lalu mengembuskannya. Teknik relaksasi dengan menarik napas yang dalam bisa menjadi cara sederhana untuk membantu mengatasi segala stress termasuk PTSD.

"Sekarang, Sugesti diri lo Raga. Harus tenang!"

Raga meletakkan tangannya di dada untuk memulai sugesti nya sendiri. Tak lupa, lelaki 27 tahun itu memejamkan matanya.

"Braga Pratama Athaya. Lo mampu melawan gangguan kecemasan ini. Lo hebat sudah bertahan sampai di titik ini. Lupakan segala hal yang menyakitkan karena gue yakin lo bisa melupakan itu semua. Hidup harus tetap berjalan dan ikhlaskan semua kejadian kelam tersebut. Terima kasih Braga Pratama Athaya sudah semaksimal ini untuk bertahan."

Perlahan, kondisi Raga kembali normal ketika ia selesai menyugesti dirinya sendiri. Sekali lagi Raga menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Setelah itu, Raga membasuh wajahnya terlebih dahulu sebelum keluar dari kamar mandi tersebut.

***
Kyana menatap iba Amelia yang seharian penuh menangis. Meskipun Amelia selalu menyebalkan, tapi melihat Amelia seperti ini membuat hati Kyana teriris. Perempuan itu mengusap lembut bahu Amelia supaya tangisan Amelia mereda.

"Sakit banget rasanya ditolak dan dikata-katain Raga, Na," ucap Amelia terisak-isak.

"Dulu Raga nggak pernah kayak gini. Raga selalu menjaga perasaan gue. Bahkan, kalimat kasar nggak pernah terlontar di bibir Raga. Namun, sekarang perkataan Raga menyakiti hati ini, Na."

Kyana hanya mendengarkan saja keluh kesah Amelia, tanpa menimpali. Kyana tahu, jika yang dibutuhkan Amelia kali ini hanya untuk didengarkan.

"Gue cinta sama Raga meskipun gue terlambat menyadarinya. Kenapa dunia ini nggak adil sama gue, Na?"

"Orang tua dan abang gue udah pergi. Sekarang, Raga juga akan benar-benar pergi dari hidup gue. Gimana gue jalanin hidup ke depannya, Na?"

Kyana memeluk tubuh Amelia membuat Amelia semakin mengeraskan tangisannya. Tanpa sadar, Kyana juga meneteskan air matanya mendengar semua ucapan dari Amelia.

"Gue udah kehilangan semuanya, Kyana. Semua ini berawal dari kebodohan gue yang lebih milih Devan dibandingkan Raga. Gue bodoh udah melepaskan Raga."

Suara Amelia mulai mengecil membuat Kyana tersentak. Ia cemas ketika Amelia pingsan di dalam pelukannya. Kyana merebahkan tubuh Amelia di kasur lalu segera menelpon dokter.

"Jangan buat gue khawatir, Mel."

***
Raga menikmati angin malam di balkon dengan jarinya memegang rokok. Raga memang perokok, tapi ia merokok ketika stress menghampiri untuk saat ini.

Rahasia Hati Braga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang