Manusia Cuek (42)

231 29 11
                                    

_____

Jangan lupa bahagia
Tetap jaga iman dan imun

Happy Reading!

***
"Kayak nggak punya tulang, sepanjang hari rebahan," cibir Raga ketika berjalan ke ruang keluarga mendapati Revan yang masih rebahan sedari tadi.

"Jelas dong gue nggak punya tulang, gue kan bukan orang Batak."

Revan menanggapi dengan santai sambil memakan keripik yang toplesnya diletakkan di atas perutnya.

"Beda tulang, Revan."

"Lohloh nggak bahaya ta?"

Raga mendengkus kesal sedangkan Revan sudah tertawa puas. Raga langsung merebut toples berisi keripik tersebut membuat raut wajah Revan menjadi sedih.

"Keripiknya punya Revan, Bang."

"Sejak kapan makan boleh tiduran begitu?" tanya Raga dengan tatapan tajamnya.

Revan bangkit dari rebahannya dengan cemberut. Jika Raga ada di rumah, Revan tidak bisa bersikap sesuka hatinya.

"Iya maaf, Baginda Raja Braga Pratama Athaya."

Raga yang mendengar itu hanya merotasikan bola mata malas lalu meletakkan toples itu di atas meja. Wajah Revan kembali bersinar lalu mengambil toples tersebut dan memeluknya erat supaya tidak diambil oleh Raga lagi.

"Kapan nikah?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Revan yang mengunyah keripik.

"Kapan seminar proposal?"

Bukannya menjawab pertanyaan dari Revan. Raga malah memberikan pertanyaan balik kepada adiknya tersebut. Revan yang mendengar itu menjadi terkekeh kecil.

"Boro-boro sempro, mikirin judul penelitian aja belum gue, Bang."

"Yang utama itu cari fenomena permasalahannya dulu, Van baru judul nyusul," kata Raga sambil mengganti channel televisi.

"Nah itu masalahnya, Bang. Gue anaknya cinta damai, nggak suka cari masalah."

"Susah emang ngomong sama cacing kremi," ucap Raga membuat Revan mendelik sebal.

"Ganteng begini disamain sama cacing kremi. Emang nggak beradab sekali blasteran beruang kutub ini," cibir Revan yang tidak mendapatkan tanggapan dari Raga.

Revan kembali asyik dengan keripiknya sedangkan Raga sudah tenggelam menonton siaran televisi yang mengabarkan tentang kondisi Indonesia yang akan menggelar pemilu di tahun mendatang.

***
Naya dikejutkan dengan kehadiran Raga bersama Sary. Gadis itu juga merasa terharu ketika Sary membawakan dirinya banyak sekali buah-buahan dan makanan. Ia lantas mengembangkan senyumnya seraya menggerakkan bibirnya untuk mengatakan terimakasih.

"Tante bawain kamu apel nih, Nay. Kata mamamu, kamu suka banget sama apel jadi tante beliin buat kamu. Raga, tolong ambilkan pisau didapur sekalian kamu cuci apelnya, ya, biar dimakan sama Naya."

Tanpa banyak kata, Raga beranjak dari duduknya untuk melaksanakan instruksi dari mamanya.

"Kamu tadi pagi ke dokter buat terapi, ya?"

Naya mengangguk untuk menanggapi. Sary tersenyum lalu mengelus lengan Naya lembut.

"Tante yakin, kamu bakalan bisa jalan sama ngomong lagi kok."

"Iya, Tante. Aamiin."

Kemudian, muncul Farah yang membawa nampan berisi cangkir serta ceret. Ia letakkan minuman tersebut di atas meja. Lalu, Farah mengambil posisi duduk di samping Sary untuk menceritakan perkembangan kondisi Naya.

Rahasia Hati Braga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang