Pelaku Lain? (63)

107 14 10
                                    

Yang cuma jadi silent readers semoga jidatnya kelap-kelip karena tidak meninggalkan jejak🙂📸

Happy Reading!

***
"Mas kalau Naya pergi duluan, mas harus ikhlas, ya."

"Janji sama aku kalau kamu akan terus bahagia meskipun aku nggak berada di sampingmu lagi."

"Aku cinta kamu, Mas. Cinta ini akan aku bawa sampai kita kembali bertemu di surganya Allah."

Raga tersentak dari tidurnya ketika mimpi itu kembali menghampiri. Sosok Naya seakan berpamitan padanya, ia membuka mata dan tersadar jika tertidur di atas sajadah.

"Jangan tinggalin mas, dek ...." Raga mengusap kedua wajahnya kasar.

Kesepian yang tak berujung kini selalu menyertai Raga. Lelaki yang kebingungan setiap pagi saat bangun dari tidurnya karena sang istri yang belum juga ditemukan. Pikiran Raga hanya dipenuhi dengan ‘siapa pelaku penculikan istriku?’ setiap harinya.

Raga seolah tak bisa hidup tenang meskipun Devan, yang sempat dicurigai sudah berkomitmen akan membuktikan kalau dirinya tak bersalah. Bahkan, Amelia juga tampak tulus saat memberitahunya tentang pertemuan terakhir dengan Naya. Kini, Raga terjebak dalam pikiran-pikirannya yang semakin rumit.

"Ya Allah, jagalah istriku di atas penjagaan-Mu."

Raga berdiri menuju lemari tempat Naya biasa Menyusun barang-barang mereka yang ada di kamar. Raga sudah sangat rindu dengan aroma tubuh sang istri, karena itulah dia berinisiatif untuk mencari baju-baju Naya hanya untuk dipeluk dan menghalau rindu yang semakin menggebu. Namun, ditengah aktivitas tersebut, matanya justru tertuju pada satu hampers yang ada di dalam lemari pakaian Naya.

“Hampers?”

Raga sempat bingung, seingatnya ia tidak pernah memberikan Naya sebuah hampers. Hingga akhirnya, timbullah pertanyaan tentang dari siapa hampers itu. Hanya saja, Raga lebih tertarik untuk mengetahui isinya. Ia berjalan ke ranjang dan duduk di tepi.

Benda pertama yang Raga temukan adalah selembar kertas yang ditulis dengan tulisan tangan. Saat pertama melihat tulisannya, Raga seolah tahu itu tulisan siapa. Tidak berhenti sampai situ, untuk memastikannya Raga membaca isi surat itu dengan hati-ati.

Seketika, tidak hanya hatinya saja yang terasa seperti diremas kuat, bersamaan dengan itu juga Raga meremas selembar kertas berisi pengakuan yang membuatnya seperti disambar petir siang bolong.

“Revan suka sama Naya?” Raga menggeleng tak percaya.

Pria itu baru saja mengetahui kalau adiknya ternyata memendam rasa terhadap istrinya sendiri. Napas Raga spontan naik-turun tidak beraturan, siapa yang menyangka kalau ada seorang adik yang bisa menyukai kakak iparnya sendiri? Raga bahkan tidak melihat ada gelagat yang mencurigakan dari Revan.

Raga langsung menyambar kunci kendaraannya. Langkah lelaki itu sangat terburu karena adrenalinnya juga dipacu kencang setelah mengetahui fakta menyesakkan itu. “Lo tega sama abang, Van?”

Perjalanan terasa sangat lama, sehingga mau tidak mau Raga semakin tancap gas menuju kediaman orang tuanya. Genggamannya pada stir semakin erat, Raga juga mengabaikan jalanan yang padat dan ramai. Saat ini, ia hanya perlu menuju rumah orang tuanya untuk mencari tahu akan kebenaran tersebut.

“Raga, gimana? Udah ada kabar dari Naya?”

Raga langsung disambar pertanyaan oleh sang Mama tepat saat kakinya menginjak ke dalam rumah orang tuanya. Namun, raut wajah Sary—Mama dari Raga, langsung berubah saat melihat ekspresi wajah Raga yang tidak bersahabat.

Rahasia Hati Braga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang