Jodoh Pilihan (47)

229 22 9
                                    

Jangan lupa bahagia🩵
Tetap jaga iman dan imun🩵

Happy Reading!

***
Naya mendengar curhatan Revan dengan seksama. Mengetahui Naya sudah bisa kembali berbicara, lelaki itu memutuskan untuk curhat dengan Naya meskipun mendapatkan tatapan tajam dari Raga.

"Gue ada suka sama cewek, Kak. Cuma dia nolak gue karena kita seumuran. Kata dia, berat kalau seumuran itu. Laki-laki kejar karir sedangkan perempuan bakalan kejar umur. Dia takut dikatain perawan tua kalau nunggu gue mapan."

"Hah, gimana maksudnya dikatain perawan tua kalau nunggu lo mapan?"

Revan menghela napas berat. "Kata dia, mustahil laki-laki di umur belum sampai 25-an itu mapan, Kak kecuali orangtuanya kaya. Lah, dia belum tahu aja kalau Abintara Group itu pewaris tunggalnya gue," jelas Revan sedangkan Naya sudah terbahak melihat raut kesal Revan.

"Kenapa lo nggak terus terang aja kalau lo pewaris Abintara Group sekaligus penulis yang lagi naik daun, Van?"

"Kalau soal pewaris Abintara Group gue belum ada bilang sih, Kak cuma untuk penulis terkenal gue udah bilang dong. Tapi, tetap aja ditolak hahaha gue rasa bukan karena kami seumuran deh alasan dia nolak gue, tapi karena dia nggak punya rasa sama gue."

Naya menjadi sedih mendengar curhatan Revan kali ini. Ia mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Revan dengan lembut, di saat bersamaan Raga masuk ke dalam ruang tengah yang melihat keakraban keduanya.

"Naya ...."

Mendengar suara Raga yang berat sekaligus datar tersebut membuat Naya menarik tangannya lalu tersenyum kikuk ketika melihat tatapan suaminya sedangkan Revan masih bersikap santai seolah tidak terjadi apapun.

"Kacang rebus, Bang," ujar Revan sambil mengangkat sebutir kacang rebus.

Raga tidak menjawab, tetapi ia langsung duduk di samping Naya untuk memisahkan jarak antara istrinya dengan sang adik. Perempuan itu menjadi kikuk ketika aura dingin mendominasi ruangan ini.

"Sejak kapan?"

"Apanya?" tanya Naya dengan alis terangkat satu.

"Sejak kapan tangan kamu ngelus kepala Revan?"

Mendengar pertanyaan dari Raga membuat Naya menjadi gugup sedangkan Revan langsung menatap ke arah kakak lelakinya.

"Nggak lama kok. Seriusan deh!" Naya berujar seraya dua jarinya mengudara.

"Yaelah, cuma ngelus kepala doang, Bang. Itu tadi Kak Naya cuma ngehibur gue," kata Revan santai.

"Tetap aja saya tidak suka, Nay," ucap Raga kesal.

"Cemburu, ya?" Naya tidak lagi gugup, ia malah meledek Raga dengan alis naik turun.

"Saya suami kamu, wajar kalau saya cemburu, 'kan?" tanya Raga balik membuat rona merah timbul di wajah Naya.

"Uhuk, keselek dengan kata suami kamu," ucap Revan terbatuk-batuk.

Mendengar ucapan adiknya membuat Raga melempar bantal sofa, tepat ke wajah Revan.

"Kak Nay, terima suami kedua nggak? Lo tipe istri gue banget," kata Revan dengan cengiran.

"Dosa Bodoh!"

Revan terbahak-bahak mendengar seruan dari Raga yang terdengar sangat kesal sedangkan Naya hanya tertawa kecil melihat pertikaian kakak beradik tersebut.

"Kak Nay, ikan hiu pakai dempul. I love you full."

"Najis, Van," sahut Raga dengan datar.

Rahasia Hati Braga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang