Masakan Pertama (48)

234 16 11
                                    

Jangan lupa bahagia!
Tetap jaga iman dan imun

Happy Reading!

***
"Mel, Kadam Sidik mau datang, Mel!" teriak Kyana heboh.

Entah berapa lama, Amelia melamun sehingga ia tidak sadar jika Ustaz Handy Bonny telah selesai mengisi materi dan sekarang berganti guest star Kadam Sidik. Amelia berdecak malas melihat raut wajah Kyana yang begitu antusias menyambut Kadam Sidik.

Semua peserta disuruh berdiri oleh master of ceremony untuk menyambut kedatangan Kadam Sidik dengan bersenandung shalawat. Ruangan ini pun terisi senandung shalawat sampai Kadam Sidik naik ke atas panggung.

"Wah, kita sudah bersama Mas Kadam nih. Jadi, kita bakalan sharing-sharing, Mas. Ada beberapa pertanyaan yang akan diberikan kepada Mas Kadam," ucap lelaki berjas hitam sebagai moderator.

Kyana yang berada di samping Amelia langsung meremas lengan sepupunya itu karena melihat senyuman Kadam Sidik yang membuatnya salah tingkah padahal senyuman itu jelas-jelas bukan untuk Kyana.

Amelia berdecak sebal melihat tingkah sepupunya yang berlebihan lalu ia mendorong Kyana. Hampir saja Kyana terjungkal, tetapi gadis itu masih bisa menjaga keseimbangannya.

"Jahat banget sih, Mel."

"Makanya jangan norak," cibir Amelia lengkap dengan tatapan sinisnya.

"Ck, nyebelin banget sih!"

Kyana kembali menatap ke depan sedangkan Amelia kembali berdecih sinis melihat kelakuan Kyana. Ia langsung meraup wajah Kyana membuat gadis itu lagi-lagi kesal dengan sepupunya.

"Udah muslimah banget tuh penampilan. Diharapkan banget loh jaga pandangan," sindir Amelia.

Kyana yang mendengar itu menjadi menyengir kuda. "Astagfirullah, khilaf," ucapnya.

"Tapi, Mel penampilan muslimah begini sama perilaku itu dua hal yang berbeda loh nggak bisa disamakan," sanggah Kyana kemudian.

"Iya memang bener, tapi lo sadar diri dong. Lo nggak bakalan bisa sama Kadam Sidik karena kalian kayak bumi dan langit."

"Wah, sama dong kayak lo sama Raga. Ustaz Agam said, 'pandanglah langit sebagai langit. Jangan pernah kamu ingin memeluknya. Kalau kamu rasa tidak sanggup memilikinya. Jangan!' minimal lo juga sadar diri kalau Raga tercipta bukan buat lo, Mel," ucap Kyana tepat mengenai sasaran hingga membuat Amelia tidak berkutik.

"Udah sana dengerin idola lo ngomong," kata Amelia mengalihkan topik pembicaraan melihat itu Kyana menjadi tergelak.

Kemudian, Amelia melayangkan tatapan tajam hingga Kyana kembali fokus ke depan dan berhenti meledeknya.

***
"Raga, gue nggak percaya lo bisa masak!"

Naya memajukan bibir beberapa centi lalu menggerakkan kursi rodanya untuk mendekat ke arah suaminya tersebut. Raga yang melihat kehadiran Naya langsung menyentil dahi istrinya.

"Kamu meragukan kemampuan saya?"

"Ck! Mama Sary juga sering bilang kalau lo nggak bisa masak," cibirnya.

"Sekarang, saya bisa masak. Udah sana hush! Pergi."

Naya menarik ujung baju Raga lalu merengek dengan manja membuat Raga merotasikan bola mata malas.

"Gue bantuin. Ih, Raga mah!"

"Enggak, Naya Ayura Ningtyas. Sekarang, kamu balik ke ruang keluarga nonton aja. Kalau udah mateng pasti saya panggil."

"Raga ...."

"Jangan buat saya marah, ya, Nay."

Naya menghela napas panjang ketika mendengar kalimat yang terlontar dari Raga barusan. Ia memerhatikan Raga yang masih memegang spatula di tangan kanan dan tutup panci di tangan kirinya untuk menghindari cipratan minyak.

Rahasia Hati Braga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang