Kilas Balik Awal (16)

273 35 7
                                    

___

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi🤍
Tetap jaga iman dan imun🤍

Happy Reading!

***
Setahun yang lalu ***

Amelia dan Raga sudah bersahabat sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Kemudian, keduanya sama-sama menempuh pendidikan sarjana di tempat yang sama, tetapi dengan jurusan yang berbeda. Meskipun begitu, Amelia dan Raga terlihat sangat dekat. Di mana ada Amelia pasti ada Raga.

"Kenapa, Mel?" tanya Raga ketika melihat raut wajah kesal Amelia.

Keduanya sedang berada di taman. Raga baru saja pulang dari kuliah sedangkan Amelia tidak menempuh pendidikan magister. Namun, Amelia merupakan seorang guru di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Yogyakarta.

"Ternyata, Devan udah punya pacar, Aga" ucap Amelia dengan bola mata berkaca-kaca.

"Aku udah sering bilang sama kamu, Mel kalau Devan itu nggak bakalan bisa balas perasaan kamu. Lupain Devan dan peka dengan perasaan orang lain terhadap kamu."

"Kamu terlalu jatuh cinta kepada yang tak mencinta, Mel bahkan Devan juga nggak pernah tahu tuh kamu hidup dan berharap pada dia."

"Ih, Aga. Kok kamu bukan malah ngehibur aku sih? Aku tuh lagi patah hati nih. Rasa cemburu melihat Devan sama yang lain mengoyak hati hingga patah tak beraturan."

Raga merotasikan bola mata malas mendengar ucapan Amelia yang terkesan berlebihan. Namun, melihat orang yang dicintai sudah menangis seperti ini membuat Raga tak tega. Raga menarik tubuh Amelia untuk dipeluknya.

"Udah jangan nangis terus. Masih banyak laki-laki di luaran sana yang bisa menerima dan mencintai kamu. Misalnya aku, Mel," ujar Raga sambil mengelus rambut Amelia dengan lembut.

"Kamu nggak bosan aku tolak terus?"

Amelia bertanya sambil mendongak untuk menatap wajah tampan sahabatnya tersebut. Raga tersenyum kecil mendengar pertanyaan dari Amelia.

"Kamu terlalu berharga untuk disia-siakan, Amel. Meskipun, beribu kali kamu nolak aku. Aku akan berusaha mendapatkan hati kamu walaupun sulit karena harus bersaing dengan Devan yang menjadi pilihanmu."

Amelia menarik dirinya dari pelukan Raga. Bibirnya mengerucut mendengar penuturan dari Raga. Melihat hal tersebut membuat Raga terkekeh lalu mengusap jejak air mata di wajah Amelia.

"Kalau aku bisa milih. Aku juga mau mencintai orang yang mencintai aku, Ga. Namun, urusan hati siapa yang tahu kan? Sosoknya Devan sudah mengakar begitu hebatnya di hati aku sejak kita duduk di bangku SMA."

"Iya aku tahu, yang terpenting kamu nggak menjauh dari aku. Dekat sama kamu aja udah buat aku bahagia, Mel."

"Aku nggak bakal jauhin kamu kok, Aga. Kamu laki-laki terbaik yang aku kenal. Makasih, ya, udah selalu ada buat aku."

Amelia memasang senyuman terbaiknya sehingga matanya turut tersenyum. Melihat senyuman dari Amelia membuat Raga merasa lega karena Amelia tidak berlarut dengan patah hatinya.

"Amel juga perempuan yang terbaik."

***
Amelia hanya tinggal kakak lelakinya karena orang tua gadis itu sudah meninggal sejak dua tahun yang lalu. Jika mengingat hanya Hendra, sang kakak yang ia miliki membuat Amelia selalu menuruti segala ucapan dari Hendra.

"Bang, hari ini jadwal kemoterapi. Kok Bang Hendra masih rebahan aja sih."

Amelia berdecak sebal ketika setiap waktu kemoterapi Hendra tiba. Pasti, lelaki itu tidak berselera untuk menjalani kehidupan.

Rahasia Hati Braga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang