Pencarian (60)

112 13 20
                                    

Jangan lupa untuk bahagia🫰
Tetap jaga iman dan imun♥️

Happy Reading

***
Pagi-pagi sekali, Raga sengaja mengosongkan waktu demi mencari Naya. Tidurnya tak nyenyak semalaman, bagaimana ia bisa terlelap jika istrinya tidak ada? Karena itulah, pagi ini Raga sudah siap untuk mencari Naya sendiri.

Raga memulai dengan mengunjungi tempat-tempat yang biasa didatangi istrinya itu. Sebelum ke Kafe R Capella, Raga singgah di Taman Matahari. Kendaraannya diparkirkan, kemudian Raga mulai menyusuri seluk beluk Taman.

Wajah Raga tampak gelisah. Sejak tadi matanya menelisik ke setiap sudut Taman. "Ke mana kamu, Sayang ...."

Taman yang luas dan dipenuhi banyak arena, membuat Raga mau tak mau menyusuri satu persatu. Langkahnya cepat tapi matanya tetap waspada. Raga tak ingin kehilangan Naya.

"Kenapa kamu hilang gitu aja, Nay. Mas khawatir."

Jantung Raga tak bisa berdenyut normal. Ia selalu berhenti di tempat-tempat yang pernah Naya hampiri. Bisa saja, ada jejak yang tertinggal dan ditemukan oleh Raga.

Sayangnya, saat Raga sampai di titik awal saat ia masuk ke Taman Matahari, artinya Raga sudah kembali ke lokasi semula dan tidak ada jejak Naya di Taman.

Raga menepuk keningnya. "Ah, kenapa saya nggak tanya Naya pakai baju apa malam itu."

Raga menyesali hal itu. Andai saja ia sempat menerima panggilan video yang dilakukan Naya saat sedang sibuk di penerbitan, mungkin ia bisa lihat apa hijab yang dipakai istrinya.

Cukup lama Raga menyesali hal itu, akhirnya ia sadar kalau harus terus bergerak. Meski semula bingung harus kemana, tepat saat kendaraan meluncur—Raga tahu harus pergi ke tujuan berikutnya.

"Ah ya, Kafe R Capella. Semoga Naya kes ana dan ada jejak yang bisa saya temukan," gumamnya sambil tancap gas.

***
Tidak berselang lama, Raga sampai. Bangunan luas di depannya yang penuh lampu dengan tulisan R Capella yang terpampang jelas, membuat Raga harap-harap cemas.

Ia menemui seorang waitress. Gadis yang sudah bekerja di R Capella dan tentunya mengenal Naya.

"Eh, tumben kesini, Mas Raga."

Raga yang disapa lebih dulu, langsung tersenyum. "Saya lagi cari istri, Naya kesini nggak, ya?"

Gadis yang berhijab instan itu menggeleng. Wajahnya tampak bingung karena Raga menanyakan keberadaan Naya pagi-pagi sekali seperti saat ini.

"Mbak Naya? Nggak ada, tuh, Mas. Saya nggak lihat, sih. Tapi coba tanya ke anak-anak yang lain," katanya dengan sopan.

Raga sekedar mengangguk. Ia menghampiri seorang barista yang sudah dikenal sejak lama. Laki-laki berjambang dengan topi hitamnya tersenyum melihat kedatangan Raga.

Namun, sebelum mulut laki-laki itu menyapa, Raga lebih dulu bicara. "Istri saya kemarin malam datang ke sini, nggak, Pian?"

Pian yang dimaksud menggeleng, senyumnya memudar dan ekspresinya sama seperti waitress muda tadi.

"Wah, nggak ada, Mas. Sejak kemarin pagi sampai detik ini Mbak Naya nggak ada datang. Kenapa, tuh?"

Raga yang merasa tak perlu bicaranya banyak pun hanya tersenyum dan mengangguk. Saat hendak berbalik, Raga dikejutkan dengan kehadiran Rafa di belakangnya.

"Lo kesini gak bilang-bilang dulu, Bang" tegur Rafa.

Raga menggeleng. "Abang juga udah mau pergi lagi."

Rahasia Hati Braga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang