Malu (45)

258 18 10
                                    

______

Jangan lupa bahagia🌷
Tetap jaga iman dan imun🌷

Happy Reading!

***
Raga duduk di samping tempat tidur Naya dengan tatapan penuh kasih sayang. Sudah tiga hari pernikahan keduanya dan Raga berusaha membiasakan dirinya akan kehadiran Naya dalam hidupnya. Sampai detik ini, Naya masih kehilangan kemampuannya untuk bicara. Meskipun kehilangan kata-kata, ekspresi mata istrinya tetap mampu mengungkapkan perasaanya.

"Kamu tahu, Naya," kata Raga sambil memegang tangan istrinya dengan lembut.

"Sejak kecelakaan itu, hidup saya berubah secara drastis. Namun, ada satu hal yang tidak berubah dan itu adalah rasa saya ingin melindungimu."

Naya menatap Raga dengan mata berkaca-kaca, ekspresi lembut yang menunjukkan betapa ia tidak menyangka suaminya akan berbicara seperti ini.

"Meskipun kamu tidak bisa bicara, saya tahu bahwa kamu mendengar saya dengan hatimu. Setiap detik yang kita habiskan bersama, saya merasakan kebahagiaan yang sebelumnya belum pernah saya rasakan." Raga melanjutkan ucapannya.

Raga telah menjadi pendamping setia Naya, membantunya melakukan berbagai terapi fisik, dan selalu berusaha memberikan semangat untuk tetap melangkah maju. Meskipun ada tantangan, Raga tetap berusaha menjadi tumpuan untuk Naya supaya istrinya tidak pernah merasakan kesendirian.

"Saya baru beli buku qoutest yang isinya romantis, ini buku rekomendasi dari Rafa."

Raga membawa sebuah buku dan membacanya bersama-sama di samping Naya. Meskipun istrinya tidak bisa bicara, Naya selalu menunjukkan ekspresi kebahagiaan ketika Raga membacakan qoutest-qoutest yang indah. Raga menyadari bahwa dalam cinta sejati, kata-kata tidak selalu diperlukan.

"Kamu adalah bintang dalam hidupku. Kamu mengajarkanku arti sejati dari cinta dan pengorbanan. Tidak ada apapun yang aku tidak akan lakukan untukmu."

Raga mulai membaca beberapa qoutest yang dibelinya dengan Rafa. Meskipun agak kaku membaca kata-kata manis dan terkesan romantis, tetapi lelaki itu tetap berusaha membuat Naya sedikit terkekeh.

"Raga nggak cocok ngomong kayak gitu, tapi gapapa gue apresiasi usahanya." Itulah kalimat yang terlontar dalam hati Naya.

Mereka berdua duduk bersama, saling berpegangan tangan, dan menikmati kehadiran satu sama lain. Raga menggenggam tangan Naya seperti kuncinya untuk mengungkapkan perasaannya.

"Kita akan melewati semua ini bersama-sama, Naya. Saya berjanji, tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian," Raga berkata dengan penuh tekad.

Ketulusan dan kesetiaan Raga membuat Naya merasa dicintai dan dihargai. Ia tahu bahwa meskipun ia tidak bisa berbicara, hatinya bisa berbicara lebih banyak daripada kata-kata yang pernah Naya ucapkan sebelumnya.

Saat senja tiba, Raga membuka jendela kamarnya dan bersama-sama mereka menatap matahari terbenam. Naya merasakan cahaya hangat matahari di wajahnya dan tersenyum, menunjukkan betapa bahagianya ia bersama Raga.

***
Revan menghela napas berkali-kali membuat Farhan yang di sampingnya mengerenyitkan dahi heran. Kemudian, ia juga melihat Revan menelungkupkan wajahnya di atas meja padahal sudah setengah jam mereka di kafe ini, tetapi wajah Revan tetap saja kusut.

"Lo kenapa sih?"

"Besok Senin, Han. Gue takut," jawab Revan lemas.

"Sama hari senin takut, sama hari pembalasan amal perbuatan nggak ada takut-takutnya lo, gue perhatiin. Mana cuma ngandelin infaq lo yang cuma dua rebu itu pun pas idul fitri doang," kata Farhan yang berhasil membuat Revan menatapnya dengan kesal.

Rahasia Hati Braga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang