Festival IMS sudah semakin dekat. Akan ada banyak yang terjadi dalam festival nanti. Pameran, stan dari setiap kelas dan klub, juga pertunjukan beberapa klub di panggung utama saat puncak acara nanti. Semua siswa sama sibuknya dalam mengurus persiapan. Apalagi kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung sesuai jadwal, kegiatan klub semakin padat, dan rapat bagi panitia Festival IMS yang memastikan zemua persiapan berjalan dengan lancar. Membayangkannya saja sudah sangat melelahkan.
Festival IMS adalah event terbesar di sekolah elite tersebut. Katanya, daripada mengadakan pesta ulang tahun sekolah dan festival kesenian di waktu yang berbeda, kenapa tidak dijadikan satu acara saja dan menjadikannya sebagai perayaan yang megah. Dari dasar pemikiran itulah, festival kesenian diadakan bersamaan dengan pesta ulang tahun IMS. Dibuka untuk umum selama tiga hari, dengan puncak acara di hari terakhir. Dan tentunya, persiapannya akan lebih besar.
Niskala yang saat itu berada di kafetaria tiba-tiba mendapat Barata tengah duduk seorang diri. Dia kemudian berinisiatif untuk mendekati pemuda itu.
"Yo! Ketemu lagi!"
Niskala menarik kursi kantin dan menumpu wajah dengan kedua tangannya. Tepat di depan, sudah ada Barata dengan milkshake dengan vanilla cream yang baru saja tiba. Niskala sengaja menghampiri pemuda itu, karena cara seperti inilah yang membuat mereka berhasil berteman dengannya kelas sepuluh lalu. Yah, walau harus kena semprot dulu, sih.
"Halo?" Niskala melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Barata. "Aku nggak lagi ngomong sama batu, kan?"
"Berisik sih lo."
Anehnya, Niskala justru tersenyum. "Kamu tau, aku bahkan nggak mampu beli itu," ujar Niskala asal.
Meski di awal Barata mengacuhkan, rupanya kehadiran perempuan itu benar-benar mengganggunya. Kepalanya terangkat, menatap tajam ke arah Niskala. "Di sini lo tinggal ambil, ya. Nggak perlu beli."
"Tapi anak beasiswa kayak aku nggak bisa ngambil seenaknya selain makan siang loh."
"Sumpah, ya. Lo ini anak beasiswa tapi sombong banget."
Niskala mendelik tidak terima. "Aku, kan ngasih tau doang. Kalau anak beasiswa pun ada batasan yang harus aku turutin. Selain makan siang, aku nggak bisa ngambil apa-apa. Jadi aku ngasih tau ke kamu."
"Biar apa coba? Mau gue ambil satu gitu?"
"Ya enggaklah!" seru Niskala tidak terima. Dia kemudian menggerutu. "Nggak seru ah. Orang tadi cuma basa-basi."
"Dih, gak jelas."
Barata kembali menyesap milkshake miliknya. Sesekali menyuapkan krim rasa vanila dengan sendok yang sudah sepaket saat membelinya.
"Habis ini ke kelas, ya. Bantu persiapan untuk stan."
"Hah?" sungut Barata. "Males. Lo aja sana."
Gadis itu menghela napas. "Masa kamu mau nyuruh anak perempuan bawa barang-barang berat? Turun tangga banyak, jauh lagi ke lapangan indoor."
"Ya terus? Suruh siapa kerajinan. Masih sebulan lagi kan acaranya?"
"Dari dulu juga emang gitu kali," sambung Niskala. Gadis itu melipat tangannya di atas meja. "Mau, ya? Nggak kasian apa sama anak kelas yang lain?"
"Ngapain kasian?" lanjut Barata, masih sambil meminum milkshakenya. "Lo udah sekolah di sini, tandanya bersedia naik turun tangga buat kepentingan acara kelas lo."
Niskala menggeleng cepat. "Kelas kamu juga, Barata."
Pemuda itu kemudian diam, tidak lagi menjawab kata-kata Niskala. Pikir sang gadis bahwa Barata bersedia untuk ikut ke kelas dengannya dan membantu persiapan stan untuk kelasnya karena pemuda itu langsung mempercepat laju minumnya. Namun sayang, tidak sampai habis hingga tiba-tiba dirinya berdiri dan beranjak pergi meninggalkan Niskala yang spontan terkejut karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐄𝐋𝐋𝐎, 𝐒𝐈𝐌𝐒!
Teen Fiction[ COMPLETED ] Cerita dimulai sejak munculnya Barata Aswatama, siswa IMS--International Mandala School--dengan kesabaran setipis kertas dan bertemperatur kasar yang akhirnya kembali masuk sekolah setelah mengalami kecelakaan di awal tahun ajaran baru...