"Good job, Cath."
Gadis berdarah campuran itu ikut mengacungkan ibu jari seraya menunjukkan senyuman lebar khasnya. Khusus klub siaran, mereka tidak harus beraktivitas setelah pulang sekolah seperti klub lainnya. Mereka bisa menggunakan waktu jam istirahat untuk melakukan siaran setiap hari dengan jadwal segmen yang telah disusun sebelumnya. Hari ini, Catherine kedapatan tugas menjadi pengisi acara selama 30 menit saat jam istirahat kedua. Mereka membahas tentang puncak acara Festival IMS yang setiap tahunnya berbeda. Tahun ini puncak acaranya akan menampilkan beberapa persembahan dari klub yang ada di IMS.
Setelah merapikan ruang siaran, Catherine langsung membereskan barang-barangnya. Dia memasukkan ponsel dan charger ke dalam pouch merah muda yang isinya rahasia.
"Duluan, ya!"
Gadis itu melambaikan tangannya riang. Meninggalkan sejumlah anggota klub yang masih betah di ruang siaran sampai bel masuk berbunyi. Begitu Catherine merapatkan pintu ruang siaran, dia melihat Niskala sudah menunggu di luar.
"Kenapa nggak masuk aja?" tanya Catherine. Mereka kemudian berjalan, kembali ke kelas.
"Aku nggak mau ganggu. Lagian baru sampe juga, jadi tadi nggak nunggu lama."
Catherine hanya manggut-manggut. Mereka berjalan melewati koridor yang ramai oleh anak-anak IMS lainnya--kebanyakan dari mereka sedang mengobrol santai. Membicarakan cowok yang mereka sukai, menggosipkan seseorang, bahkan ada yang membahas pelajaran sebelumnya bersama-sama.
Di sisi lain, Catherine menyadari bahwa Niskala bukan semata-mata menjemputnya ke ruang siaran tanpa alasan. Pesan pribadi tanpa basa-basi yang Niskala kirim beberapa saat sebelum Catherine memulai siaran sudah menandakan dengan jelas bahwa ada yang ingin dibicarakan secara serius.
"And ... you wanna talk about?"
"Danuar tadi ke sini."
Catherine langsung menghentikan langkah. Kedua matanya sontak melotot lebar. "Serious? For what?"
"Aku juga nggak tau," jawab Niskala menggelengkan kepala. "Aku juga dapat info itu mendadak dari Pak Noer. Beliau nggak sengaja papasan sama Danuar di kantor. Kayaknya mau nemuin kepala sekolah deh. Aku memang nggak punya bukti, tapi dengan adanya rumor kalau kepala sekolah terlihat bikin aku jadi nggak tenang."
"By the way, masalah mobil tempo hari yang mau nabrak Barata sudah ketahuan."
Kini, giliran Niskala yang tertarik dengan ucapan Catherine. "Secepat itu?" ungkapnya sedikit terkejut.
Gadis itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepala bangga. "Kemarin gue langsung minta Om Pradana buat cek CCTV. And lucky, not far from there ada ruko yang ngerekam plat the car. Waktu di-investigate ternyata itu mobil orang yang kerja sama Danuar. So, evidence related to Danuar and Barata is growing."
"Thanks, Cath. Kamu beneran ngebantu."
"It's my job."
Niskala tersenyum tipis. Tidak salah dia menempatkan Catherine di bagian hubungan masyarakat. Secara gadis itu sangat mudah berbaur sehingga bisa mendapatkan banyak informasi. Ditambah Catherine memiliki privilege yang digunakannya secara maksimal. Hal itu membuatnya semakin bersinar.
"Omong-omong, aku udah diskusi sama Pak Noer. Rencana itu bakal dilaksanain dalam waktu dekat. Tapi aku pastiin bakal selesai sebelum festival. Malam ini bakal kita bahas. Nanti aku bilang ke Yosa di grup juga."
"Really?" pekik Catherine terkejut. "Bukannya lo sendiri yang bilang buat nggak buru-buru? I think we will do it after the event."
"Awalnya emang mau gitu. Tapi kamu tahu sendiri, kan Barata hampir ditabrak kemarin. Kamu juga bilang pengendara mobil kemarin bawahannya Danuar. Kalau kita nggak gerak cepat sekarang, yang ada masalah akan semakin runyam. Lagipula, aku juga punya beberapa pertimbangan lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐄𝐋𝐋𝐎, 𝐒𝐈𝐌𝐒!
Roman pour Adolescents[ COMPLETED ] Cerita dimulai sejak munculnya Barata Aswatama, siswa IMS--International Mandala School--dengan kesabaran setipis kertas dan bertemperatur kasar yang akhirnya kembali masuk sekolah setelah mengalami kecelakaan di awal tahun ajaran baru...