33 || EPILOG

12 3 0
                                    

"IMS KEMBALI MENGAMANKAN TIMNYA DAN MELAJU KE NASIONAL!"

Tepuk tangan riuh dan sorak sorai selamat memenuhi isi lapangan basket indoor. Unggul 90 poin dari tim lawan menjadikan kemenangan tim basket IMS sebagai tim tangguh di Kejuaraan Basket Nasional tahun ini. Untuk kesekian kalinya, tim basket Silver Eye's melebarkan sayap mereka ke tingkat nasional sebagai perwakilan provinsi. Kemenangan tersebut tentunya didapat dari hasil kerja keras seluruh pemain, anggota klub basket IMS, coach dan pembina yang selalu menjadi pendorong, serta yang pasti ketua tim basket Silver Eye's yang selalu memberi dukungan mental yang besar di lapangan ketika mereka bertanding.

Upacara penutupan pertandingan tingkat provinsi berakhir sudah. Penyerahan medali emas pada tim Silver Eye's menjadi riuh sorak sorai yang paling bergemuruh di lapangan utama. Dan kepada lima pemain inti Silver Eye's menjadi sorotan beberapa pengamat basket dari organisasi persatuan bola basket yang sengaja hadir menonton untuk menemukan benih muda.

Yosa mengusap lehernya yang penuh keringat dengan handuk yang diberikan manajer tim. Ia dan anggota klub basket akan pulang ke IMS setelah ini. Seluruh rangkaian pertandingan telah selesai dengan trofi besar yang siap terpajang di Ruang Prestasi IMS. Di ruangan itu, seluruh piala yang dimenangkan klub atau perlombaan yang dimenangkan perseorangan akan dipajang disitu. Kerja keras seluruh anggota dan pemain ini berhasil membawa tim Silver Eye's melaju ke tingkat nasional. Sebagai kapten tim, tidak ada yang bisa menahan rasa senangnya yang membuncah.

Yosa, anggota klub, coach dan pembina berjalan menuju parkiran, menuju bus sekolah. Para anggota klub tampak sangat bahagia sambil membanggakan trofi kemenangan mereka. Yosa yang berjalan di belakangnya hanya bisa menggelengkan kepala.

"Eh, Iyan, kan?"

Langkah Yosa berhenti begitu suara gadis menyapanya. Dia menoleh ke arah seseorang dengan jaket klub berwarna hijau tua. Ia terdiam sejenak, berusaha mengenali perempuan dan sapaan khas itu.

"Dih lupa? Ini Wyna. Wynona Hesti Prabaswara. Masa lupa, sih?"

Setelah mendengar nama lengkap gadis itu, barulah Yosa ingat. Ia manggut-manggut.

Wynona, atau yang sering disapa Wyna. Dia adalah remaja cewek yang baru menginjak kelas 8 SMP. Bagaimana Yosa bisa kenal dengan bocah kecil ini? Tentunya karena pertandingan basket. Beberapa kali mereka bertemu dan berpapasan dalam pertandingan yang sama, yaitu basket. Walaupun kelas tanding mereka berbeda, tapi nama Wyna hampir dikenali semua pemain karena mahir mendribble untuk ukuran anak SMP. Kebetulan juga, kakak kandungnya pernah sekolah di IMS sebelum akhirnya memutuskan untuk pindah ke sekolah swasta biasa. Sedangkan kakak kirinya adalah kakak kelas Yosa sekarang.

"Udah lama banget nggak ketemu bikin lupa, ya?" lanjut Wyna. Gadis itu melebarkan senyumannya. "Iyan apa kabar?" tanya Wyna berseri-seri.

"Kak Iyan!" timpal Yosa sambil menyentil jidat Wyna.

Gadis itu menyentuh jidatnya, kemudian mengerucutkan bibirnya dan menggerutu. "Iya Kak Iyaaaann...."

Yosa tersenyum menang. "Kabar gue baik. Ngapain lo di sini?"

"Tandinglah! Kan ada yang tingkat SMP-nya."

"Ada yang nonton tah?" godanya.

"Sombong banget, sih yang main di lapangan utama, terus kalo menang disamperin fansnya," cibir Wyna tidak terima dengan pernyataan pemuda itu.

"Sirik amat dah jadi orang," ujar Yosa. Dia membenarkan posisi tas ranselnya, ujung matanya mulai mengedarkan pandang. "Lo sendirian?"

Wyna menggeleng. "Bareng Kak Kira. Mau ketemu? Barangkali lo kangen."

𝐇𝐄𝐋𝐋𝐎, 𝐒𝐈𝐌𝐒!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang