21 || KILAS BALIK

4 3 0
                                    

Festival IMS minggu lalu berakhir dengan luar biasa. Beritanya muncul di mana-mana. Menyebutkan bahwa IMS berhasil membuat seluruh siswanya ikut andil dalam kegiatan sekolah serta menanamkan nilai-nilai moral, seperti gotong royong dan kekeluargaan yang erat. Bahkan satu dua kali IMS muncul di pemberitaan online luar negeri karena namanya semakin besar.

Namun, dibalik euforia yang dirasakan IMS, muncul berita lain yang hanya diketahui dan disebar di antara para siswa. Sepakat untuk disembunyikan dari para guru agar tidak menjadi masalah yang lebih besar. Itu artinya, berita tersebut hanya untuk konsumsi semata untuk menyegarkan diri dari tugas dan kegiatan IMS yang padat.

Katanya, sejak bulan Maret kemarin Windu dan ketiga temannya merundung salah satu anak sekelas mereka yang bernama Marina Sandekala. Tak ada yang tahu seperti apa Marina juga karena kepribadiannya yang tertutup. Dalam gerombolan siswa perempuan yang sedang bergosip itu, ada yang menyebutkan kalau sebenarnya Windu dan Marina adalah teman. Mereka sering terlihat bersama dan tertawa layaknya teman biasa. Tetapi memang akhir-akhir ini jarang sekali melihat Windu dan Marina kumpul bersama lagi.

"Fix! Sudah pasti Marina dibully cewek sok cantik itu!"

Kemudian, dalam hitungan beberapa hari kabar tersebut menyebar luar di seluruh kalangan siswa; tanpa ada guru yang tahu. Entah karena apa, tapi perundungan di sekolah yang penuh dengan orang-orang berada tampaknya menjadi hal biasa yang akrab untuk disaksikan. Latar belakang yang orang-orang ketahui tentang Marina hanyalah seorang pelukis yang jago dan putri sulung dari profesor di universitas ternama di Indonesia. Harusnya, dengan pamor orang tuanya yang selalu tampil di banyak seminar penelitian sebagai penguji, Marina tidak perlu khawatir. Tapi karena sifatnya yang pendiam dan penakut itulah membuatnya menjadi sasaran empuk perundungan.

Gosip lainnya juga menyebar kalau Windu sebenarnya berpura-pura baik pada Marina saat mereka ada di depan banyak orang. Tapi Marina tampak tidak tergganggu dan tidak menunjukkan tanda-tanda perundungan. Ada yang bilang kalau Marina sudah diancam, dan ada juga yang masih mendukung Windu kalau gosip perundungan itu tidak benar.

Lantas, muncul dua opini yang berbeda terkait kabar burung itu. Ada yang setuju kalau Marina dirundung. Ada pula yang membela kalau Windu tidak mungkin merundung karena mereka kenal sifat baik hati gadis itu.

Meski pada akhirnya, tidak ada yang tahu kalau berita itu memang benar adanya.

Bel berbunyi, tanda usainya seluruh kegiatan belajar mengajar. Namun, pintu gerbang IMS masih terbuka sampai jam lima sore untuk anak-anak yang sedang ada kelas tambahan ataupun kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

Sore itu Windu menghampiri Marina di ruang klub lukis yang tak ramai. Pintu ruangan itu dibuka lebar, menampilkan seorang perempuan yang sibuk dengan palet dan kuasnya di depan kanvas berukuran kecil di hadapannya. Segera ditutup kembali agar tidak ada yang melihatnya.

Windu mendekatinya dengan langkah cepat. Fokus Marina sangat tinggi sehingga tidak menyadari ada seseorang yang datang menghampirinya. Kemudian, tanpa aba-aba yang jelas, Windu menarik rambut hitam gadis itu. "Lo pasti ngadu, kan?" tuduhnya setengah berteriak kepada Marina.

Palet warna dan kuas di kedua tangan Marina spontan terjatuh di lantai. Gadis itu memegang rambutnya, berusaha melepaskan jambakan oleh Windu. Kedua matanya telah memerah. Ia menggeleng pelan. "B-Bukan...."

"Nggak usah bohong!" pekik Windu semakin marah. "Kalau bukan lo memangnya siapa lagi yang berani sebar gosip itu, hah?" Windu berpindah tempat. Masih menarik rambut Marina, kini ia memaksa gadis mungil itu untuk berdiri dan dihantamnya ke dinding ruangan. "Gue awalnya berusaha buat tahan nggak ngamuk kayak gini. Tapi lo ini dibiarin malah makin jadi, ya?"

𝐇𝐄𝐋𝐋𝐎, 𝐒𝐈𝐌𝐒!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang