Barata berada sekret SIMS. Dia tidak sendirian. Ada Yosa dan juga Catherine. Termasuk Pak Noer. Namun, bukannya saling berinteraksi, keempat orang itu justru hanyut dalam pikirannya masing-masing. Membiarkan suasana dalam ruangan itu lengang begitu lama, sementara penghuninya sibuk dengan kegiatan mereka sendiri.
Di tangan Barata tergenggam buku catatan yang dulu ia gunakan untuk mencatat petunjuk-petunjuk dan sejumlah bukti yang bisa ia pakai untuk menyerang Danuar Brawijaya. Sudah setahun yang lalu ternyata sejak Barata menyelidiki pria paruh baya itu. Sedikit ia terkejut dalam hati bahwa ternyata waktu sudah lama berlalu. Meskipun setengah tahunnya dihabiskan untuk koma dan rehabilitasi pasca kecelakaan.
Perasaannya mulai campur aduk. Mungkin kemarin-kemarin emosinya sedang melimpah ruah. Yah, tapi orang-orang selalu melihatnya bertemperatur tinggi setiap saat. Mereka tidak tahu saja ada masa di mana Barata benar-benar tenang. Tapi belakangan ini rasanya sulit untuk tidak merasa kesal. Pikirannya yang ikut kacau membuat decak frustrasi acap kali ia kumandangkannya; di mana saja.
Ingatannya sudah kembali. Ruang sekret SIMS sudah tidak asing lagi di matanya Di situ, Barata dengan pikirannya kacau memaksa. Namun, tempat itu menyimpan banyak tangisan daripada tawa. Lebih banyak merahasiakan rahasia. Tempat ini mengingatkan Barata akan dirinya sebelumnya. Atas posisi dan tanggung jawab yang diembannya dulu. Ketua SIMS. Di tempat ini Barata mengetahui apa alasan Danuar mengincar nyawanya. Di tempat ini pula, Barata akhirnya tahu tentang Niskala.
Masih dalam kelengangan yang sama, Pak Noer setia dengan teh racikannya. Tak lupa ia menyeduhkan tiga cangkir kepada murid-muridnya itu. Sebab bagaimanapun, Pak Noer yakin bahwa tidak mungkin Barata, Yosa, dan Catherine datang ke sekret SIMS dalam waktu yang bersamaan kalau bukan karena ingin membicarakan sesuatu. Setidaknya ada satu alasan yang membuat mereka melangkahkan kaki ke ruangan ini.
Pak Noer menghela napas panjang. Ia tahu, suasana SIMS sedang tidak baik-baik saja. Meski anggota lain tidak tahu kalau Niskala adalah ketua SIMS, tetapi bagi ketiga remaja ini Niskala adalah pusat dari banyak hal. Pak Noer sampai memilih opsi untuk menjeda seluruh kegiatan SIMS. Kalaupun ada masalah yang harus diurus, ia akan memilih satu dua orang saja untuk penyelidikan awal.
Masih saling diam-diam, Pak Noer memilih untuk membuka obrolan. Pria itu berdeham singkat. “Barata, saya harap kamu tidak memaksakan diri.” Pak Noer ingat kemarin malam Barata menghubunginya.
“SIMS akan tetap saya ambil alih.”
Mendengarnya, Yosa dan Catherine terkejut. Mereka menoleh bersamaan.
“Buat apa?” kata Yosa menyela. Dia yang sedari tadi sibuk melamun menatap jari-jemari ternyata fokus mendengarkan. “Nggak ada kasus. Bentar lagi juga bubar.”
“Mulut lo, Yos! Nggak pakai mikir lo ngomong gitu?” sembur Catherine mendelik.
“Emang benar, kan?”
Namun, Barata tidak peduli. Bubar atau tidak, dia akan bersikeras.
“Oke. Bapak juga sempat berpikiran seperti itu, Yosa. Tapi kita tidak boleh menyerah,” ucap Pak Noer menengahi. “Dan Barata. Saya paham perasaanmu kalau kamu mau mengambil alih. Posisi ketua kosong sekarang. Kamu juga pernah menjabat sebagai ketua sebelum ... Niskala. Jadi, apa yang mau kamu lakukan, Barata?”
“Finishing.”
“Finishing gimana?” tanya Catherine.
“Soal Niskala.”
Yosa mengangkat kepalanya. Sedikit antusias saat mendengar nama gadis itu dari mulut seorang Barata, meskipun suasana hatinya sedang tidak baik saat ini.
Barata mulai menjelaskan. “Dia memang mencuri. Tapi cuma itu. Nggak ada yang lain. Berita itu dilebih-lebihkan. Niskala nggak ada hubungannya dengan rencana Danuar atas kecelakaan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐄𝐋𝐋𝐎, 𝐒𝐈𝐌𝐒!
Teen Fiction[ COMPLETED ] Cerita dimulai sejak munculnya Barata Aswatama, siswa IMS--International Mandala School--dengan kesabaran setipis kertas dan bertemperatur kasar yang akhirnya kembali masuk sekolah setelah mengalami kecelakaan di awal tahun ajaran baru...